Sejarah Nusantara Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan "Manusia Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); Era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.
Masa Prasejarah Indonesia
Secara geologi, wilayah Indonesia modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut Nusantara) merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik (lihat artikel Geologi Indonesia). Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es, sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-fosil Homo erectus manusia Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis)[1] di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan masih bertahannya H. erectus hingga masa Zaman Es terakhir.[2]
Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 50.000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.[3] Mereka, yang berciri rasial berkulit gelap dan berambut ikal rapat (Negroid), menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk Papua) sekarang dan membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum). Gelombang pendatang berbahasa Austronesia dengan kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui Formosa dan Filipina membawa kultur beliung persegi (kebudayaan Dongson). Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik. Kedatangan gelombang penduduk berciri Mongoloid
ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau
berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk
Maluku serta Nusa Tenggara. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik pertanian, termasuk bercocok tanam padi di sawah (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), beternak kerbau, pengolahan perunggu dan besi, teknik tenun ikat, praktik-praktik megalitikum, serta pemujaan roh-roh (animisme) serta benda-benda keramat (dinamisme). Pada abad pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk
Era pra kolonial
Sejarah awal
Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai adanya dua kerajaan bercorak Hinduisme pada abad ke-5, yaitu: Kerajaan Tarumanagara yang menguasai Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan. Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut.
Di saat Eropa memasuki masa Renaisans, Nusantara telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dengan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa, ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang sering kali menjadi vazal tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perdagangan (seperti di Maluku)
Kerajaan Hindu-Buddha
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada
berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya
adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari
masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa,
seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Kerajaan Islam
Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad 7.
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz
dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa
menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang
adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja,
yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di
wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu
wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau
jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain
dengan Allah.
Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan
hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya
ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam
kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua
tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu,
masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'.
Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.[5]
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak
didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain
adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini
tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.
Kesultanan Islam
kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui
pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang
dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan
meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli
kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam
penting termasuk di antaranya: Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, Kerajaan Iha, Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku.
Era kolonial
Kolonisasi Portugis dan Spanyol
Afonso (kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque. Karena tokoh inilah, yang membuat kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh orang Eropa dan dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.
Dari Sungai Tagus yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut
negeri Katolik itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar
melalui Sungai Tagus,” kata Teresa. Biara St Jeronimus atau Biara Dos
Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh Raja Manuel pada
tahun 1502 di tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur.
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan Portugis di Asia,
ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511
membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya
mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai
perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka,
ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat
rempah-rempah.
Periode Kejayaan Portugis di Nusantara
Periode 1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara menjadi pelabuhan
maritim penting bagi Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi rute
maritim untuk menuju Pulau Sumatera, Jawa, Banda, dan Maluku.
Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan Malaka.
Pada tahun 1512 Portugis menjalin komunikasi dengan Kerajaan Sunda
untuk menandatangani perjanjian dagang, terutama lada. Perjanjian
dagang tersebut kemudian diwujudkan pada tanggal 21 Agustus 1522 dalam
bentuk dokumen kontrak yang dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja
Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal. Pada hari yang sama dibangun
sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal
di suatu tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkeh dan Jalan
Kali Besar Timur I, Jakarta Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis
dibolehkan membangun gudang atau benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim Antonio Albreu
dan Franscisco Serrao untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat
asal rempah-rempah di Maluku. Sepanjang perjalanan, mereka singgah di
Madura, Bali, dan Lombok. Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa,
armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara hingga
tiba di Ternate.
Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah
meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sampai hari ini masih
dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya flores, Solor
dan Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang terletak di bagian Utara
Jakarta, antara Kali Cakung, pantai Cilincing dan tanah Marunda.
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada
tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah
pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan
Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan
penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di
pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli,
begitupula Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan
dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis
menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen.
Salah seorang misionaris terkenal adalah Francis Xavier. Tiba di Ambon
14 Pebruari 1546, kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada
tahun 1547, dan tanpa kenal lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di
Kepulauan Maluku untuk melakukan penyebaran agama. Persahabatan Portugis
dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan Sultan Babullah
selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki dari
Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon.
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda
untuk menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil
memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven
van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula
benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda. Sejak
saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada
tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di
Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala Operasional
VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC selama
hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir
pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang
Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.
kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian
tahun 1512 membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah
perang dengan Spanyol maka daerah Sulawesi utara diserahkan dalam
kekuasaan Spanyol (1560 hingga 1660). Kerajaan Portugis kemudian
dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. (Baca buku :Sejarah Kolonial
Portugis di Indonesia, oleh David DS Lumoindong). Abad 17 datang armada
dagang VOC (Belanda) yang kemudian berhasil mengusir Portugis dari
Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai Timor timur
(sejak 1515).
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad
ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan
bangsa Belanda yang dipimpin Cornellis de Houtman pada tahun 1596, untuk
mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.
Perlawanan Rakyat terhadap Portugis
Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dan ke Kepulauan Maluku merupakan perintah dari negaranya untuk berdagang
Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque
menyerang Kerajaan Malaka. Untuk menyerang colonial Portugis di Malaka
yang terjadi pada tahun 1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan
persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada Demak di bawah
pimpinan Fatahillah/Falatehan dapat menguasai Banten,Suda Kelapa, dan
Cirebon. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Fatahillah/Falatehan dan
ia kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya
kemenangan besar, yang kemudian menjadi Jakarta.
Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis
Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut gagal
karena Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada saat
Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang Portugis
di Malaka pada tahun 1615 dan 1629.
Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis
Bangsa Portugis pertama kali mendarat di Maluku pada tahun 1511.
Kedatangan Portugis berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Ternate
merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh
keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat
Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat
Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan
perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis
hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya
dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang
kemudian bermukim di Pulau Timor.
Kolonisasi Spanyol
Ferdinand Magelhaens
(kadang juga ditulis Ferdinan) Magelan. Karena tokoh inilah, yang
memimpin armada yang pertama kali mengelilingi dunia dan membuktikan
bahwa bumi bulat, saat itu itu dikenal oleh orang Eropa bumi datar. Dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Spanyol bersama bangsa Eropa lain, terutama Portugis,Inggris dan Belanda.
Dari Spanyol ke Samudra Pasifik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Pasifik, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut
negeri Katolik itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar
melalui samudera.
Pada tanggal 20 September 1519, San Antonio, Concepción, Victoria,
dan Santiago—yang terbesar hingga yang terkecil—mengikuti kapal induk
Magelhaens, Trinidad, kapal terbesar kedua, seraya mereka berlayar
menuju Amerika Selatan. Pada tanggal 13 Desember, mereka mencapai
Brasil, dan sambil menatap Pāo de Açúcar, atau Pegunungan Sugarloaf,
yang mengesankan, mereka memasuki teluk Rio de Janeiro yang indah untuk
perbaikan dan mengisi perbekalan. Kemudian mereka melanjutkan ke selatan
ke tempat yang sekarang adalah Argentina, senantiasa mencari-cari el
paso, jalur yang sulit ditemukan yang menuju ke samudera lain. Sementara
itu, udara semakin dingin dan gunung es mulai tampak. Akhirnya, pada
tanggal 31 Maret 1520, Magelhaens memutuskan untuk melewatkan musim
salju di pelabuhan San Julián yang dingin.
Pelayaran tersebut kini telah memakan waktu enam kali lebih lama
daripada pelayaran Columbus mengarungi Samudra Atlantik yang pertama
kali—dan belum terlihat satu selat pun! Semangat juang mereka mulai
sedingin cuaca di San Julián, dan pria-pria, termasuk beberapa kapten
serta perwira, merasa putus asa dan ingin pulang saja. Tidaklah
mengherankan bila terjadi pemberontakan. Namun, berkat tindakan yang
cepat dan tegas di pihak Magelhaens, hal itu digagalkan dan dua pemimpin
pemberontak tersebut tewas.
Kehadiran kapal asing di pelabuhan pastilah menarik perhatian
penduduk lokal yang kuat—dan berbadan besar. Merasa seperti orang kerdil
dibandingkan dengan raksasa-raksasa ini, para pengunjung tersebut
menyebut daratan itu Patagonia—dari kata Spanyol yang berarti "kaki
besar"—hingga hari ini. Mereka juga mengamati 'serigala laut sebesar
anak lembu, serta angsa berwarna hitam dan putih yang berenang di bawah
air, makan ikan, dan memiliki paruh seperti gagak'. Tentu saja tidak
lain tidak bukan adalah anjing laut dan pinguin!
Daerah lintang kutub cenderung mengalami badai yang ganas secara
tiba-tiba, dan sebelum musim dingin berakhir, armada itu mengalami
korban pertamnya—Santiago yang kecil. Namun, untunglah para awaknya
dapat diselamatkan dari kapal yang karam itu. Setelah itu, keempat kapal
yang masih bertahan, bagaikan ngengat kecil bersayap yang terpukul di
tengah arus laut yang membeku dan tak kunjung reda, berjuang sekuat
tenaga menuju ke selatan ke perairan yang semakin dingin—hingga tanggal
21 Oktober. Berlayar di bawah guyuran air hujan yang membeku, semua mata
terpaku pada sebuah celah di sebelah barat. El paso? Ya! Akhirnya,
mereka berbalik dan memasuki selat yang belakangan dikenal sebagai Selat
Magelhaens! Namun, bahkan momen kemenangan ini ternoda. San Antonio
dengan sengaja menghilang di tengah jaringan rumit selat itu dan kembali
ke Spanyol.
Ketiga kapal yang masih bertahan, diimpit oleh teluk yang sempit di
antara tebing-tebing berselimut salju, dengan gigih berlayar melewati
selat yang berkelok-kelok itu. Merek mengamati begitu banyaknya api di
sebelah selatan, kemungkinan dari perkemahan orang Indian, jadi mereka
menyebut daratan itu Tierra del Fuego, “Tanah Api”.
Tiba di Pilipina Magelhaens mengajak para penduduk lokal dan pimpinan
mereka untuk memeluk agama Katolik. Tetapi semangatnya juga menjadi
bencana, dimana kemudian ia terlibat dalam pertikaian antarsuku. Hanya
dengan dibantu kekuatan 60 pria, ia menyerang sekitar 1.500 penduduk
pribumi, dengan keyakinan bahwa meskipun harus melawan senapan busur,
senapan kuno, namun Tuhan akan menjamin kemenangannya. Akan tetapi yang
terjadi adalah Sebaliknya, ia dan sejumlah bawahannya tewas. Magelhaens
pada saat itu berusia sekitar 41 tahun. Pigafetta yang setia meratap,
'Mereka membunuh cerminan, penerang, penghibur, dan penuntun sejati
kita'. Beberapa hari kemudian, sekitar 27 perwira yang hanya menyaksikan
dari kapal mereka, dibunuh oleh para kepala suku yang sebelumnya
bersahabat.
Dikarenakan jumlah awak kapal yang tersisa hanya sedikit, sehingga tidak
mungkin untuk berlayar menggunakan tiga kapal, mereka kemudian
menenggelamkan Concepción dan berlayar dengan dua kapal yang masih
tersisa, Trinidad dan Victoria ke tujuan terakhir mereka, yaitu
kepulauan Rempah. Setelah ke 2 kapal tersebut diisi penuh dengan
rempah-rempah, kemudian kedua kapal itu kembali berlayar secara
terpisah. Akan tetapi salah satu dari ke 2 kapal tersebut,Trinidad
tertangkap oleh Portugis dan kemudian awak kapalnya dipenjarakan.
Namun, Victoria, di bawah komando mantan pemberontak Juan Sebastián
de Elcano, luput. Sambil menghindari semua pelabuhan kecuali satu,
mereka mengambil risiko melewati rute Portugal mengelilingi Tanjung
Harapan. Namun, tanpa berhenti untuk mengisi perbekalan merupakan
strategi yang mahal. Sewaktu mereka akhirnya mencapai Spanyol pada
tanggal 6 September 1522—tiga tahun sejak keberangkatan mereka—hanya 18
pria yang sakit dan tidak berdaya yang bertahan hidup. Meskipun
demikian, tidak dapat dibantah bahwa merekalah orang pertama yang
berlayar mengelilingi bumi. Juan Sebastián de Elcano pun menjadi
pahlawan. Sungguh suatu hal yang menakjubkan, muatan rempah Victoria
seberat 26 ton menutup ongkos seluruh ekspedisi!
Ketika satu kapal yang selamat, Victoria, kembali ke pelabuhan
setelah menyelesaikan perjalanan mengelilingi dunia yang pertama kali,
hanya 18 orang laki-laki dari 237 laki-laki yang berada di kapal pada
awal keberangkatan. Di antara yang selamat, terdapat dua orang Itali,
Antonio Pigafetta dan Martino de Judicibus. Martino de Judicibus (bahasa
Spanyol: Martín de Judicibus) adalan orang dari Genoa[1] yang bertindak
sebagai Kepala Pelayan. Ia bekerja dengan Ferdinand Magellan pada
perjalanan historisnya untuk menemukan rute barat ke Kepulauan
Rempah-rempah Indonesia. [2] Sejarah perjalanannya diabadikan dalam
pendaftaran nominatif pada Archivo General de Indias di Seville,
Spanyol. Nama keluarga ini disebut dengan patronimik Latin yang tepat,
yakni: "de Judicibus". Pada awalnya ia ditugaskan pada Caravel
Concepción, satu dari lima armada Spanyol milik Magellan. Martino de
Judicibus memulai ekspedisi ini dengan gelar kapten. (baca selengkapnya
dalam buku "Sejarah Kolonial Spanyol di Indonesia" oleh David DS
Lumoindong.
Sebelum menguasai kepulauan Filipina pada 1543, Spanyol menjadikan pulau Manado Tua sebagai tempat persinggahan untuk memperoleh air tawar. Dari pulau tersebut kapal-kapal Spanyol memasuki daratan Sulawesi-Utara melalui sungai Tondano. Hubungan musafir Spanyol dengan penduduk pedalaman terjalin melalui barter ekonomi bermula di Uwuran (sekarang kota Amurang) ditepi sungai Rano I Apo. Perdagangan barter berupa beras, damar, madu dan hasil hutan lainnya dengan ikan dan garam.
Gudang Kopi Manado dan Minahasa menjadi penting bagi Spanyol, karena
kesuburan tanahnya dan digunakan Spanyol untuk penanaman kofi yang
berasal dari Amerika-Selatan untuk dipasarkan ke daratan Cina. Untuk itu
di- bangun Manado sebagai menjadi pusat niaga bagi pedagang Cina yang
memasarkan kofi kedaratan Cina. Nama Manado dicantumkan dalam peta dunia
oleh ahli peta dunia, Nicolas_Desliens‚ pada 1541. Manado juga menjadi
daya tarik masyarakat Cina oleh kofi sebagai komoditi ekspor masyarakat
pedalaman Manado dan Minahasa. Para pedagang Cina merintis pengembangan
gudang kofi (kini seputar Pasar 45) yang kemudian menjadi daerah pecinan
dan pemukiman. Para pendatang dari daratan Cina berbaur dan
berasimilasi dengan masyarakat pedalaman hingga terbentuk masyarakat
pluralistik di Manado dan Minahasa bersama turunan Spanyol, Portugis dan
Belanda.
Kemunculan nama Manado di Sulawesi Utara dengan berbagai kegiatan
niaga yang dilakukan Spanyol menjadi daya tarik Portugis sejak
memapankan posisinya di Ternate . Untuk itu Portugis melakukan
pendekatan mengirim misi Katholik ke tanah Manado dan Minahasa pada 1563
dan mengembangkan agama dan pendidikan Katholik. Lomba Adu Pengaruh di
Laut Sulawesi
Antara Minahasa dengan Ternate ada dua pulau kecil bernama Mayu dan
Tafure. Kemudian kedua pulau tadi dijadikan pelabuhan transit oleh
pelaut Minahasa. Waktu itu terjadi persaingan Portugis dan Spanyol
dimana Spanyol merebut kedua pulau tersebut. Pandey asal Tombulu yang
menjadi raja di pulau itu lari dengan armada perahunya kembali ke
Minahasa, tapi karena musim angin barat lalu terdampar di Gorontalo.
Anak lelaki Pandey bernama Potangka melanjutkan perjalanan dan tiba di
Ratahan. Di Ratahan, dia diangkat menjadi panglima perang karena dia
ahli menembak meriam dan senapan Portugis untuk melawan penyerang dari
Mongondouw di wilayah itu. Tahun 1563 diwilayah Ratahan dikenal orang
Ternate dengan nama “Watasina” karena ketika diserang armada Kora-kora
Ternate untuk menhalau Spanyol dari wilayah itu (buku “De Katholieken en
hare Missie” tulisan A.J. Van Aernsbergen). Tahun 1570 Portugis dan
Spanyol bersekongkol membunuh raja Ternate sehinga membuat keributan
besar di Ternate. Ketika itu banyak pedagang Islam Ternate dan Tidore
lari ke Ratahan. Serangan bajak laut meningkat di Ratahan melalui
Bentenan, bajak laut menggunakan budak-budak sebagai pendayung. Para
budak tawanan bajak laut lari ke Ratahan ketika malam hari armada perahu
bajak laut dirusak prajurit Ratahan – Pasan. Kesimpulan sementara yang
dapat kita ambil dari kumpulan cerita ini adalah Penduduk asli wilayah
ini adalah Touwuntu di wilayah dataran rendah sampai tepi pantai
Toulumawak di pegunungan, mereka adalah keturunan Opok Soputan abad
ke-tujuh. Nama Opo' Soputan ini muncul lagi sebagai kepala walak wilayah
itu abad 16 dengan kepala walak kakak beradik Raliu dan Potangkuman.
Penduduk wilayah ini abad 16 berasal dari penduduk asli dan para
pendatang dari Tombulu, Tompakewa (Tontemboan), Tonsea, Ternate dan
tawanan bajak laut mungkin dari Sangihe.
Perjuangan Minahasa Melawan Spanyol
Ratu Oki berkisar di tahun 1644 sampai 1683. Waktu itu, terjadi
perang yang hebat antara anak suku Tombatu (juga biasa disebut Toundanow
atau Tonsawang) dengan para orang-orang Spanyol. Perang itu dipicu oleh
ketidaksenangan anak suku Tombatu terhadap orang-orang Spanyol yang
ingin menguasai perdagangan terutama terhadap komoditi beras, yang kala
itu merupakan hasil bumi andalan warga Kali. Di samping itu kemarahan
juga diakibatkan oleh kejahatan orang-orang Spanyol terhadap warga
setempat, terutama kepada para perempuannya. Perang itu telah
mengakibatkan tewasnya 40 tentara Spanyol di Kali dan Batu (lokasi Batu
Lesung sekarang – red). Naasnya, di pihak anak suku Tombatu, telah
mengakibatkan tewasnya Panglima Monde bersama 9 orang tentaranya.
Panglima Monde tidak lain adalah suaminya Ratu Oki. Menurut yang
dikisahkan dalam makalah itu, Panglima Monde tewas setelah mati-matian
membela istrinya, Ratu Oki.Menurut P.A. Gosal, dkk., dalam masa
kekuasaan Ratu Oki, anak suku Toundanow (sebutan lain untuk anak suku
Tombatu atau Tonsawang) yang mendiami sekitar danau Bulilin hidup
sejahtera, aman dan tenteram. “Atas kebijaksanaan dan kearifannya
memimpin anak suku Toudanow maka Ratu Oki disahkan juga sebagai Tonaas
atau Balian. Selama kepemimpinnan Ratu Oki, Spanyol dan Belanda tidak
pernah menguasai atau menjajah anak Toundanow,”
Perang Minahasa lawan Spanyol
Para pelaut awak kapal Spanyol berdiam di Minahasa dan bahkan membaur
dengan masyarakat. Mereka menikah dengan wanita-wanita Minahasa,
sehingga keturunan mereka menjadi bersaudara dengan warga pribumi.
Tahun 1643 pecah perang Minaesa Serikat melawan kerajaan Spanyol.
dalam suatu peperangan di Tompaso, pasukan spanyol dibantu pasukan Raja
Loloda Mokoagouw II dipukul kalah, mundur oleh gabungan pasukan serikat
Minaesa, dikejar hingga dipantai tapi
Tahun 1694 dalam suatu peperangan di Tompaso, pasukan Raja Loloda
Mokoagouw II dipukul kalah, mundur oleh gabungan pasukan serikat
Minahasa, dikejar hingga ke pantai tapi dicegah dan ditengahi oleh
Residen V.O.C. Herman Jansz Steynkuler. Pada tahun 1694 bulan September
tanggal 21, diadakanlah kesepakatan damai, dan ditetapkan perbatasan
Minahasa adalah sungai Poigar. Pasukan Serikat Minaesa yang berasal dari
Tompaso menduduki Tompaso Baru, Rumoong menetap di Rumoong Bawah,
Kawangkoan mendiami Kawangkoan bawah, dan lain sebagainya.
Pada pasa pemerintahan kolonial Belanda maka daerah ini semula masih otonom tetapi lama kelamaan kelamaan kekuasaan para raja dikurangi dengan diangkatnya raja menjadi pejabat pemerintahan Belanda, sehingga raja tinggal menjadi pejabat wilayah setingkat 'camat'
Tahun 1521 Spanyol Mulai Masuk perairan Indonesia
Awak kapal Trinidad yang ditangkap oleh Portugal dan dipenjarakan
kemudian dengan bantuan pelaut Minahasa dan Babontewu dari kerajaan
Manado mereka dapat meloloskan diri. Ke 12 pelaut ini kemudian berdiam
dipedalaman Minahasa, ke Amurang terus ke Pontak, kemudian setelah
beberapa tahun mereka dapat melakukan kontak kembali dengan armada
Spanyol yang telah kembali ke Pilipina. 1522 Spanyol memulai kolonisasi
di Sulawesi Utara 1560 Spanyol mendirikan pos di Manado
Minahasa memegang peranan sebagai lumbung beras bagi Spanyol ketika melakukan usaha penguasaan total terhadap Filipina.
Pada tahun 1550 Spanyol telah mendirikan benteng di Wenang dengan
cara menipu Kepala Walak Lolong Lasut menggunakan kulit sapi dari
Benggala India yang dibawa Portugis ke Minahasa. Tanah seluas kulit sapi
yang dimaksud spanyol adalah tanah seluas tali yang dibuat dari kulit
sapi itu. Spanyol kemudian menggunakan orang Mongodouw untuk menduduki
benteng Portugis di Amurang pada tahun 1550-an sehingga akhirnya Spanyol
dapat menduduki Minahasa. Dan Dotu Kepala Walak (Kepala Negara) Lolong
Lasut punya anak buah Tonaas Wuri' Muda.
Nama Kema dikaitkan dengan pembangunan pangkalan militer Spanyol ketika
Bartholomeo de Soisa mendarat pada 1651 dan mendirikan pelabuhan di
daerah yang disebutnya ‘La Quimas.’ Penduduk setempat mengenal daerah
ini dengan nama ‘Maadon’ atau juga ‘Kawuudan.’ Letak benteng Spanyol
berada di muara sungai Kema, yang disebut oleh Belanda, "Spanyaardsgat, "
atau Liang Spanyol.
Dr. J.G.F. Riedel menyebutkan bahwa armada Spanyol sudah mendarat di
Kema tepat 100 tahun sebelumnya.Kema berkembang sebagai ibu negeri
Pakasaan Tonsea sejak era pemerintahan Xaverius Dotulong, setelah
taranak-taranak Tonsea mulai meninggalkan negeri tua, yakni Tonsea Ure
dan mendirikan perkampungan- perkampungan baru. Surat Xaverius Dotulong
pada 3 Februrari 1770 kepada Gubernur VOC di Ternate mengungkapkan bahwa
ayahnya, I. Runtukahu Lumanauw tinggal di Kema dan merintis pembangunan
kota ini. Hal ini diperkuat oleh para Ukung di Manado yang mengklaim
sebagai turunan dotu Bogi, putera sulung dari beberapa dotu bersaudara
seperti juga dikemukakan Gubernur Ternate dalam surat balasannya kepada
Xaverius Dotulong pada 1 November 1772.
Asal nama Kema
Misionaris Belanda, Domine Jacobus Montanus dalam surat laporan
perjalanannya pada 17 November 1675, menyebutkan bahwa nama Kema, yang
mengacu pada istilah Spanyol, adalah nama pegunungan yang membentang
dari Utara ke Selatan. Ia menulis bahwa kata ‘Kima’ berasal dari bahasa
Minahasa yang artinya Keong. Sedangkan pengertian ‘Kema’ yang berasal
dari kata Spanyol, ‘Quema’ yaitu, nyala, atau juga menyalakan.
Pengertian itu dikaitkan dengan perbuatan pelaut Spanyol sering membuat
onar membakar daerah itu. Gubernur Robertus Padtbrugge dalam memori
serah terima pada 31 Agustus 1682 menyebutkan tempat ini dengan sebutan
"Kemas of grote Oesterbergen, " artinya adalah gunung-gunung besar
menyerupai Kerang besar. Sedangkan dalam kata Tonsea disebut ‘Tonseka,’ karena berada di wilayah Pakasaan Tonsea.
Hendrik Berton dalam memori 3 Agustus 1767, melukiskan Kema selain
sebagai pelabuhan untuk musim angin Barat, juga menjadi ibu negeri
Tonsea. Hal ini terjadi akibat pertentangan antara Manado dengan Kema
oleh sengketa sarang burung di pulau Lembeh. Pihak ukung-ukung di Manado
menuntut hak sama dalam bagi hasil dengan ukung-ukung Kema. Waktu itu
Ukung Tua Kema adalah Xaverius Dotulong.
Portugis dan Spanyol merupakan tumpuan kekuatan gereja Katholik Roma
memperluas wilayah yang dilakukan kesultanan Ottoman di Mediterania pada
abad ke-XV. Selain itu Portugis dan Spanyol juga tempat pengungsian
pengusaha dan tenaga-tenaga terampil asal Konstantinopel ketika dikuasai
kesultanan Ottoman dari Turki pada 1453. Pemukiman tersebut menyertakan
alih pengetahuan ekonomi dan maritim di Eropa Selatan. Sejak itupun
Portugis dan Spanyol menjadi adikuasa di Eropa. Alih pengetahuan
diperoleh dari pendatang asal Konstantinopel yang memungkinkan bagi
kedua negeri Hispanik itu melakukan perluasan wilayah-wilayah baru
diluar daratan Eropa dan Mediterania. Sasaran utama adalah Asia-Timur
dan Asia-Tenggara. Mulanya perluasan wilayah antara kedua negeri terbagi
dalam perjanjian Tordisalles, tahun 1492. Portugis kearah Timur
sedangkan Spanyol ke Barat. Masa itu belum ada gambaran bahwa bumi itu
bulat. Baru disadari ketika kapal-kapal layar kedua belah pihak bertemu
di perairan Laut Sulawesi. Kenyataan ini juga menjadi penyebab terjadi
proses reformasi gereja, karena tidak semua yang menjadi "fatwa" gereja
adalah Undang-Undang, hingga citra kekuasaan Paus sebagai penguasa dan
wakil Tuhan di bumi dan sistem pemerintahan absolut theokratis ambruk.
Keruntuhan ini terjadi dengan munculnya gereja Protestan rintisan Martin
Luther dan Calvin di Eropa yang kemudian menyebar pula ke berbagai
koloni Eropa di Asia, Afrika dan Amerika.
Dari kesepakatan Tordisalles itu, Portugis menelusuri dari pesisir
pantai Afrika dan samudera Hindia. Sedangkan Spanyol menelusuri Samudera
Atlantik, benua Amerika Selatan dan melayari samudera Pasifik.
Pertemuan terjadi ketika kapal-kapal Spanyol pimpinan Ferdinand Maggelan
menelusuri Pasifik dan tiba di pulau Kawio, gugusan kepulauan Sangir
dan Talaud di Laut Sulawesi pada 1521. Untuk mencegah persaingan di
perairan Laut Sulawesi dan Maluku Utara, kedua belah pihak memperbarui
jalur lintas melalui perjanjian Saragosa pada tahun 1529. Perjanjian
tersebut membagi wilayah dengan melakukan batas garis tujuhbelas derajat
lintang timur di perairan Maluku Utara. Namun dalam perjanjian
tersebut,
Spanyol merasa dirugikan karena tidak meraih lintas niaga dengan
gugusan kepulauan penghasil rempah-rempah. Untuk itu mengirimkan
ekspedisi menuju Pasifik Barat pada 1542. Pada bulan Februari tahun itu
lima kapal Spanyol dengan 370 awak kapal pimpinan Ruy Lopez de
Villalobos menuju gugusan Pasifik Barat dari Mexico . Tujuannya untuk
melakukan perluasan wilayah dan sekaligus memperoleh konsesi perdagangan
rempah-rempah di Maluku Utara.
Dari pelayaran ini Villalobos mendarat digugusan kepulauan Utara
disebut Filipina, di ambil dari nama putera Raja Carlos V, yakni
Pangeran Philip, ahli waris kerajaan Spanyol. Sekalipun Filipina tidak
menghasilkan rempah-rempah, tetapi kedatangan Spanyol digugusan
kepulauan tersebut menimbulkan protes keras dari Portugis. Alasannya
karena gugusan kepulauan itu berada di bagian Barat, di lingkungan
wilayahnya. Walau mengkonsentrasikan perhatiannya di Amerika-Tengah,
Spanyol tetap menghendaki konsesi niaga rempah-rempah Maluku-Utara yang
juga ingin didominasi Portugis. Tetapi Spanyol terdesak oleh Portugis
hingga harus mundur ke Filipina. Akibatnya Spanyol kehilangan pengaruh
di Sulawesi Utara yang sebelumnya menjadi kantong ekonomi dan menjalin
hubungan dengan masyarakat Minahasa.
Pengenalan kuliner asal Spanyol di Minahasa
Peperangan di Filipina Selatan turut memengaruhi perekonomian
Spanyol. Penyebab utama kekalahan Spanyol juga akibat aksi pemberontakan
pendayung yang melayani kapal-kapal Spanyol. Sistem perkapalan Spanyol
bertumpu pada pendayung yang umumnya terdiri dari budak-budak Spanyol.
Biasanya kapal Spanyol dilayani sekitar 500 - 600 pendayung yang umumnya
diambil dari penduduk wilayah yang dikuasai Spanyol. Umumnya
pemberontakan para pendayung terjadi bila ransum makanan menipis dan
terlalu dibatasi dalam pelayaran panjang, untuk mengatasinya Spanyol
menyebarkan penanaman palawija termasuk aneka ragam cabai (rica), jahe
(goraka), kunyit dll.
Kesemuanya di tanam pada setiap wilayah yang dikuasai untuk persediaan logistik makanan awak kapal dan ratusan pendayung.
Sejak itu budaya makan "pidis" yang di ramu dengan berbagai bumbu
masak yang diperkenalkan pelaut Spanyol menyebar pesat dan menjadi
kegemaran masyarakat Minahasa.
Ada pula yang menarik dari peninggalan kuliner Spanyol, yakni budaya
Panada. Kue ini juga asal dari penduduk Amerika-Latin yang di bawa oleh
Spanyol melalui lintasan Pasifik. Bedanya, adonan panada, di isi dengan
daging sapi ataupun domba, sedangkan panada khas Minahasa di isi dengan
ikan.
Kota Kema merupakan pemukiman orang Spanyol, dimulai dari kalangan
"pendayung" yang menetap dan tidak ingin kembali ke negeri leluhur
mereka. Mereka menikahi perempuan-perempuan penduduk setempat dan hidup
turun-temurun. Kema kemudian juga dikenal para musafir Jerman, Belanda
dan Inggris. Mereka ini pun berbaur dan berasimilasi dengan penduduk
setempat, sehingga di Kema terbentuk masyarakat pluralistik dan
memperkaya Minahasa dengan budaya majemuk dan hidup berdampingan
harmonis. Itulah sebabnya hingga masyarakat Minahasa tidak canggung dan
mudah bergaul menghadapi orang-orang Barat.
Pergerakan Mengusir Penjajahan lawan Spanyol
Minahasa juga pernah berperang dengan Spanyol yang dimulai tahun 1617
dan berakhir tahun 1645. Perang ini dipicu oleh ketidakadilan Spanyol
terhadap orang-orang Minahasa, terutama dalam hal perdagangan beras,
sebagai komoditi utama waktu itu. Perang terbuka terjadi nanti pada
tahun 1644-1646. Akhir dari perang itu adalah kekalahan total Spanyol,
sehingga berhasil diusir oleh para waranei (ksatria-ksatria Minahasa).
Dampak Spanyol Bagi Ekonomi Indonesia Utara
Diplomasi para pemimpin pemerintahan Walak mendekati Belanda berhasil
mengusir Spanyol dari Minahasa. Namun konsekwensi yang harus dialami
adalah rintisan jalur niaga laut di Pasifik hasil rintisan Spanyol sejak
abad ke-17 terhenti dan memengaruhi perekonomian Sulawesi Utara. Sebab
jalur niaga ini sangat bermanfaat bagi penyebaran komoditi eskpor ke
Pasifik. Sejak itupun pelabuhan Manado menjadi sepi dan tidak berkembang
yang turut memengaruhi pengembangan kawasan Indonesia bagian Timur
hingga Pasifik Barat Daya. Dilain pihak, pelabuhan Manado hanya menjadi
persinggahan jalur niaga dari Selatan (berpusat di Surabaya, Tanjung
Priok yang dibangun oleh Belanda sejak abad ke-XVIII) ke Asia-Timur
melalui lintasan Selat Makassar. Itupun hanya digunakan musiman saat
laut Cina Selatan tidak di landa gelombang ganas bagi kapal-kapal.
Sedangkan semua jalur niaga Asia-Timur dipusatkan melalui Laut Cina
Selatan, Selat Malaka, Samudera Hindia, Tanjung Harapan Atlantik-Utara
yang merupakan pusat perdagangan dunia.
Sebagai akibatnya kegiatan hubungan ekonomi diseputar Laut Sulawesi
secara langsung dengan dunia luar praktis terlantar. Karena penyaluran
semua komoditi diseluruh gugusan nusantara melulu diatur oleh Batavia
yang mengendalikan semua jaringan tata-niaga dibawah kebijakan satu
pintu. Penekanan ini membawa derita berkepanjangan bagi kegiatan usaha
penduduk pedalaman Minahasa.
Garis waktu kolonialisasi
Kolonialisasi Spanyol
- 1521 Spanyol memulai petualangannya di Sulawesi Utara
- 1560 Spanyol mendirikan pos di Manado.
- 1617 Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara untuk mengusir kolonial Spanyol.
- 1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya Spanyol masih mencoba memengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut kembali minahasa tapi gagal, terakhir dengan mendukung Bolaang Mongondow yang berakhir tahun 1692.
Kolonialisasi Portugis
- 1509 Portugis tiba pertama kali di Melaka.
- 1511 April, Admiral Portugis Alfonso de Albuquerque memutuskan berlayar dari Goa ke Melaka.
- 10 Agustus, Pasukan Albuquerque menguasai Melaka.
- Sultan Melaka melarikan diri ke Riau.
- Portugis di Melaka menghancurkan armada Jawa. Kapal mereka karam dengan seluruh hartanya dalam perjalanan kembali ke Goa.
- Patih Unus menaklukkan Jepara
- Desember, Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah Antonio de Abreu dari Melaka untuk menjelajah ke arah Timur.
- 1512 Perjalanan ekspedisi De Abreu dari Melaka menuju Madura, Bali, Lombok, Aru dan Banda.
- Dua kapal rusak di Banda. Da Breu kembali ke Melaka; Francisco Serrão memperbaiki kapal dan melanjutkan menuju ke Ambon, Ternate, dan Tidore. Serrão menawarkan dukungan bagi Ternate dalam perselisihannya dengan Tidore, pasukannya mendirikan sebuah pos Portugis di Ternate.
- 1513 Pasukan dari Jepara dan Palembang menyerang Portugis di Melaka,
tetapi berhasil dipukul mundur. Maret, Portugis mengirim seorang duta
menemui Raja Sunda di Pajajaran. Portugis diizinkan untuk membangun sebuah benteng di Sunda Kelapa (sekarang Jakarta).
- Portugis menghubungi Raja Udara, anak dari Girindrawardhana dan penguasa bekas kerajaan Majapahit
- Portugis membangun pabrik-pabrik di Ternate dan Bacan.
- Udara menyerang Demak dengan bantuan dari Raja Klungkung dari Bali. Pasukan Majapahit dipukul mundur, tapi Sunan Ngudung tewas dalam pertempuran. Banyak pendukung Majapahit melarikan diri ke Bali.
- 1514
- Ali Mughayat Syah mendirikan Kesultanan Aceh, dan menjadi Sultan Aceh pertama.
- 1515
- Portugis pertama kali tiba di Timor.
- 1518
- Sultan Mahmud dari Melaka mengambil alih kekuasaan di Johore.
- Raden Patah meninggal dunia; Patih Unus menjadi Sultan Demak.
- 1520
- Aceh mulai menguasai pantai timur laut Sumatra.
- Rakyat Bali menyerang Lombok.
- Para pedagang Portugis mulai mengunjungi Flores dan Solor.
- Banjar di Kalimantan menjadi Islam.
- 1521
- Unus memimpin armada dari Demak dan Cirebon melawan orang-orang Portugis di Melaka. Unus terbunuh dalam pertempuran. Trenggono menjadi Sultan Demak.
- Portugis merebut Pasai di Sumatra;
- Gunungjati (dari Cirebon) meninggalkan Pasai berangkat ke Mekkah.
- Kapal terakhir dari ekspedisi Magelhaenz mengeliling dunia berlayar antarapulau Lembata dan Pantar di Nusa Tenggara.
- 1522
- Februari ekspedisi Portugis di bawah De Brito tiba di Banda.
- Mei, ekspedisi De Brito tiba di Ternate, membangung sebuah benteng Portugis.
- Kerajaan Sunda, yang masih beragama Hindu, meminta bantuan Portugis untuk menghadapi kemungkinan serangan Demak yang Muslim. Kontrak kerjasama ditandatangani dan sebuah padrao didirikan di Sunda Kalapa
- Sisa-sisa ekspedisi Magelhaenz berkeliling dunia mengunjungi Timor.
- Portugis membangun benteng di Hitu, Ambon.
- 1523
- Gunungjati kembali dari Mekkah, kembali ke Cirebon, dan menetap di Demak, menikahi saudara perempuan Sultan Trenggono.
- 1524
- Gunungjati dari Cirebon dan anaknya Hasanuddin (di Banten) melakukan dakwah secara terbuka dan rahasia di Jawa Barat untuk memperlemah Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran dan persekutuannya dengan Portugis. Pemerintah lokal di Banten, yang tadinya tergantung pada Pajajaran, masuk Islam dan bergabung dengan pihak Cirebon dan Demak.
- Aceh merebut Pasai dan Pedir di Sumatra utara.
- 1525
- Hasanuddin (dari Banten}, anak dari Gunungjati (dari Cirebon), melakukan dakwah di Lampung.
- 1526
- Portugis membangun benteng pertama di Timor.
- 1527
- Demak menaklukkan Kediri, sisa-sisa Hindu dari kerajaan Majapahit; Sultan-sultan Demak mengklaim sebagai pengganti Majapahit; Sunan Kudus ikut serta.
- Demark merebut Tuban.
- Cirebon, dibantu Demak, menduduki Sunda Kelapa, pelabuhan Kerajaan Sunda. Fatahilah mengganti namanya menjadi Jayakarta. (Sukses ini dikatakan berkat pimpinan "Fatahillah"—atau, sesuai dengan kekeliruan ucapan Portugis, "Falatehan"—namun mungkin ini adalah nama yang diberikan kepada Sunan Gunungjati dari Cirebon.) Para penjaga keamanan pelabuhan Kerajaan Sunda didorong mundur meninggalkan daerah pesisir. Dengan demikian pembangunan gudang atau benteng sesuai perjanjian dagang antara Portugis dengan Kerajaan Sunda batal terwujud.
- Kerajaan Palakaran di Madura, yang berbasis di Arosbaya (kini Bangkalan), menjadi Islam di bawah Kyai Pratanu.
- Ekspedisi dari Spanyol dan Meksiko berusaha mengusir Portugis dari Maluku.
- 1529
- Demak menaklukkan Madiun.
- Raja-raja Spanyol dan Portugal sepakat bahwa Maluku harus menjadi milik Portugal, dan Filipina menjadi milik Spanyol.
- 1530
- Salahuddin menjadi Sultan Aceh.
- Surabaya dan Pasuruan takluk kepada Demak. Demak merebut Balambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur Jawa.
- Gowa mulai meluas dari dari Makassar.
- Banten memperluas pengaruhnya atas Lampung.
- 1536
- Serangan besar Portugis terhadap Johore.
- Antonio da Galvão menjadi gubernur di pos Portugis di Ternate; mendirikan pos Portugis di Ambon.
- Portugis membawa Sultan Tabariji dari Ternate ke Goa karena mencurigainya melakukan kegiatan-kegiatan anti Portugis activity, menggantikannya dengan saudara-saudaranya.
- 1537
- Serangan Aceh atas Melaka gagal. Salahuddin dari Aceh digantikan oleh Alaudin Riayat Syah I.
- 1539
- Aceh menyerang suku Batak di selatan mereka.
- 1540
- Portugis berhubungan dengan Gowa.
- Kesultanan Butung didirikan.
- 1545
- Demak menaklukkan Malang.Gowa membangun benteng di Ujung Pandang.
- 1546
- Demak menyerang Balambangan namun gagal.
- Trenggono dari Demak meninggal dan digantikan oleh Prawata. Menantunya, Joko Tingkir memperluas pengaruhnya dari Pajang (dekat Sukoharjo sekarang).
- St. Fransiskus Xaverius pergi ke Morotai, Ambon, dan Ternate.
- 1547
- Aceh menyerang Melaka.
- 1550
- Portugis mulai membangun benteng-benteng di Flores.
- 1551
- Johore menyerang Portugis Melaka dengan bantuan dari Jepara.
- Pasukan-pasukan dari Ternate menguasai Kesultanan Jailolo di Halmahera dengan bantuan Portugis.
- 1552
- Hasanuddin memisahkan diri dari Demak dan mendirikan Kesultanan Banten, lalu merebut Lampung untuk Kesultanan yang baru.
- Aceh mengirim duta ke Sultan Ottoman di Istanbul.
- 1558
- Leiliato memimpin suatu pasukan dari Ternate untuk menyerang Portugis di Hitu.
- Portugis membangun benteng di Bacan.
- Ki Ageng Pemanahan menerima distrik Mataram dari Joko Tinggir, memerintah di Pajang.
- Wabah cacar di Ternate.
- 1559
- Para misionaris Portugis mendarat di Timor. Khairun menjadi Sultan Ternate.
- 1560
- Portugis mendirikan pos misi dan perdagangan di Panarukan, di ujung timur Jawa.
- Spanyol mendirikan pos di Manado.
- 1561
- Sultan Prawata dari Demak meninggal dunia.
- Misi Dominikan Portugis didirikan di Solor.
- 1564
- Wabah cacar di Ambon.
- 1565
- Aceh menyerang Johore.
- Kutai di Kalimantan menjadi Islam.
- 1566
- Misi Dominikan Portugis di Solor membangun sebuah benteng batu.
- 1568
- Serangan yang gagal oleh Aceh di Melaka Portugis.
- 1569
- Portugis membangun benteng kayu di pulau Ambon.
- 1570
- Aceh menyerang Johore lagi, namun gagal.
- Sultan Khairun dari Ternate menandatangani sebuah perjanjian damai dengan Portugis, tetapi esok harinya ternyata ia diracuni. Agen-agen Portugis dicurigai melakukannya. Babullah menjadi Sultan (hingga * 1583), dan bersumpah untuk mengusir Portugis keluar dari benteng-benteng mereka.
- Maulana Yusup menjadi Sultan Banten.
- 1571
- Alaudin Riayet Shah meninggal, kekacauan di Aceh hingga 1607.
- 1574
- Jepara memimpin serangan yang gagal di Melaka.
- 1575
- Sultan Babullah mengusir Portugis dari Ternate. Karena itu Portugis membangun sebuah benteng di Tidore.
- 1576
- Portugis membangun benteng di kota Ambon sekarang.
- 1577
- Ki Ageng Pemanahan mendirikan Kota Gede (dekat Yogyakarta sekarang).
- 1579
- Banten menyerang dan meluluhlantakkan Pajajaran merebut sisa-sisa Kerajaan Sunda, dan menjadikannya Islam. Raja Sunda terakhir yang enggan memeluk Islam, yaitu Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana, meninggalkan ibukota Kerajaan Sunda tersebut dan meninggal dalam pelarian di daerah Banten.
- November, Sir Francis Drake dari Britania, setelah menyerang kapal dan pelabuhan Spanyol di Amerika, tiba di Ternate. Sultan Babullah, yang juga membenci orang-orang Spanyol, mengadakan perjanjian persahabatan dengan Britania.
- 1580
- Maulana Muhammad menjadi Sultan Banten.
- Portugal jatuh ke tangan kerajaan Spanyol; usaha-usaha kolonial Portugis tidak dipedulikan.
- Drake mengunjungi Sulawesi dan Jawa, dalam perjalanan pulang ke Britania.
- Ternate menguasai Butung.
- 1581
- Sekitar saat ini, Kyai Ageng Pemanahan mengambil alih distrik Mataram (yang telah dijanjikan kepadanya oleh Joko Tingkir, yang menundanya hingga Sunan Kalijaga dari Wali Songo mendesaknya), mengubah namanya menjadi Kyai Gedhe Mataram.
- 1584
- Sutawijaya menggantikan ayahnya Kyai Gedhe Mataram sebagai pemerintah lokal dari Mataram, memerintah dari Kota Gede.
- 1585
- Sultan Aceh mengirim surat kepada Elizabeth I dari Britania.
- Kapal Portugis yang dikirim untuk membangun sebuah benteng dan misi di Bali karam tepat di lepas pantai.
- 1587
- Sutawijaya mengalahkan Pajang dan Joko Tingkir meninggal; garis keturunan beralih kepada Sutawijaya. Gunung Merapi meletus.
- Portugis di Melaka menyerang Johore.
- Portugis menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sultan Aceh.
- Sir Thomas Cavendish dari Britania mengunjungi Jawa.
- 1588
- Sutawijaya mengganti namanya menjadi Senopati; merebut Pajang dan Demak.
- 1590
- Desa asli Medan didirikan.
- 1591
- Senopati merebut Madiun, lalu Kediri.
- Sir James Lancaster dari Britania tiba di Aceh dan Penang, tetapi misinya gagal.
- Ternate menyerang Portugis di Ambon.
- 1593
- Ternate mengepung Portugis di Ambon kembali.
- 1595
- 2 April, ekspedisi Belanda di bawah De Houtman berangkat ke Hindia Belanda.
- Suriansyah menjadikan Banjar di Kalimantan sebuah Kesultanan (belakangan Banjarmasin).
MASA PENJAJAHAN BELANDA
Abad ke-19
[sunting] 1800-1820 (Daendels, Perang Inggris-Belanda, Raffles)
- 1800
- VOC resmi dibubarkan pada 1 Januari; hak miliknya dialihkan kepada pemerintah Belanda.
- Belanda kalah perang dan dikuasai Perancis. Wilayah-wilayah yang dimiliki Belanda menjadi milik Perancis.
- Sultan dari Kraton Kanoman di Cirebon dibuang ke Ambon oleh pemerintah Belanda.
- Sebuah pemberontakan kecil-kecilan pecah di bawah pimpinan Bagus Rangin.
- 1802
- Malaka dan Maluku dikembalikan dari Britania ke tangan Belanda melalui Perjanjian Amiens. Belanda mulai mengirim tambahan militer ke Jawa.
- 1803
- Pemerintah Belanda (Republik Batavia) mengeluarkan keputusan kolonial yang menjadikan pemerintah Hindia Belanda bertanggung jawab kepada pemerintah Belanda (berbeda dengan VOC).
- Tiga orang haji dari Minangkabau kembali setelah perjalanan naik haji ke Mekkah, dan bertemu dengan penganjur-penganjur gerakan Wahabi yang mulai menguat di Arabia dan menguasai Mekkah. Ketiga peziarah ini disebut "Padri" sesuai dengan pelabuhan Pedir (atau Pidie) di Aceh, tempat keberangkatan orang-orang yang naik haji. Gerakan Padri mulai berkembang di daerah Minangkabau, mengembangkan ajaran Islam yang lebih ortodoks yang melawan praktik-praktik tradisional setempat.
- Britania menyerahkan Ambon kepada Belanda.
- Mahmud Badaruddin II menjadi Sultan Palembang-Darussalam menggantikan ayahnya Sultan Muhamad Bahauddin.
- 1806
- Angkatan Laut Britania bertempur dengan tentara-tentara Prancis dan Belanda di lepas pantai Jawa.
- Britania merebut Bangka.
- Departemen Urusan Koloni didirikan di Belanda.
- "Republik Batavia" di Belanda, di bawah kekuasaan Prancis, diubah menjadi "Kerajaan Belanda", dengan Louis, saudara laki-laki Napoleon, sebagai rajanya.
- 1807
- 1808
- 1 Januari Daendels tiba. Ia memindahkan tempat kediaman resminya ke Buitenzorg (kini dinamai Bogor). Daendels memerintah dengan menjalankan prinsip-prinsip pembaharuan dengan metode-metode kediktatoran ke Jawa. Daendels berusaha memberantas ketidakefisienan, korupsi, penyelewengan-penyelewengan dalam administrasi Eropa. Akibat rasa tidak suka dari naluri-naluri anti feodal, Daendels menganggap penguasa Jawa sebagai pegawai administrasi Eropa. Sehingga dimulailah suatu masa konflik yang sangat panjang.
- Daendels secara resmi menguasai Lampung untuk Belanda.
- Pakubuwono IV mengadakan hubungan damai dengan Daendels; Hamengkubuwono II menentangnya.
- Mangkunegara II membentuk "Legiun Mangkunegaran" dengan pendanaan Belanda.
- Daendels membebaskan Sultan Cirebon yang dibuang sebelumnya, namun pemberontakan di daerah pedesaan sekitar Cirebon berlanjut.
- 18 Agustus Daendels menata kembali wilayah-wilayah di bawah kekuasaan Belanda di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Para bupati dan penguasa setempat dijadikan pegawai pemerintah Belanda.
- Daendels memerintahkan serangkaian pekerjaan umum di sekitar Banten, termasuk pembangunan jalan-jalan raya dan sebuah pelabuhan baru, yang dilaksanakan oleh pekerja-pekerja setempat. Para pekerja itu memberontak karena beban pekerjaannya; Residen Belanda di Banten dibunuh. Daendels mengirimkan suatu pasukan militer untuk memadamkan pemberontakan dan menggantikan Sultan, yang dibuang ke Ambon.
- Britania memutuskan untuk melepaskan Malaka; Stamford Raffles, yang saat itu seorang pegawai kecil, menulis surat yang penting kepada India yang isinya mendesak agar keputusan itu diubah. Keputusan diubah, dan Britania tetap tinggal di Malaka.
- Sulaiman Saidullah menjadi Sultan Banjar.
- 1809
- Daendels membangun jalan pegunungan dari Batavia ke Cirebon (Jalan Raya Pos/Groote Postweg), memerintahkan pemindahkan kota Bandung ke jalan tersebut (tempatnya sekarang). Pangeran Kornel, pemerintah setempat di Sumedang, menolak bekerja sama karena perlakuan yang buruk terhadap rakyat setempat.
- Daendels melepaskan kekuasaan Belanda di Banjarmasin demi mengonsolidasikan kekuasaannya di Jawa.
- 1810
- Daendels melepaskan kekuasaan Belanda di Banjarmasin.
- Bulan Mei, Britania menyerang dan merebut kembali Ambon, Ternate and Tidore.
- Raden Rangga, ipar Sultan, memulai pemberontakan yang gagal melawan Belanda di Yogyakarta; Daendels bersama ribuan tentara berangkat ke Yogyakarta, memaksa Hamengkubuwono II mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaannya kepada Hamengkubuwono III.
- Napoleon menganeksasi Belanda untuk Perancis. Daendels mengibarkan bendera Perancis di Batavia.
- Raffles mengunjungi Lord Minto, Gubernur Jenderal Britania di India, di Kolkata (Kalkuta), mendesaknya agar mengusir Perancis dan Belanda dari Jawa. Minto setuju.
- 1811
- Januari, Daendels memaksakan perjanjian-perjanjian baru terhadap Yogyakarta dan Surakarta, isinya mencakup penghentian pembayaran uang sewa Belanda kepada kedua Sultan untuk wilayah-wilayah pantai utara.
- Hamengkubuwono III menyerahkan Pangeran Natakusuma kepada Belanda, karena dicurigai terlibat dalam pemberontakan 1810.
- Mei, Daendels digantikan oleh Jan Willem Janssens. (Tak lama kemudian Daendels bekerja di bawah Napoleon dalam peperangannya yang gagal di Moskwa.)
- 3 Agustus pasukan-pasukan Britania dengan puluhan kapal berlabuh di Jawa.
- Para pangeran setempat di Banten, yang masih dilanda pemberontakan karena beban pekerjaan-pekerjaan umum yang diperintahkan Daendels, menangkap dan memenjarakan Sultan Banten dan bekerja sama dengan Britania.
- 26 Agustus Perang Jawa Britania-Belanda dimulai. Britania di bawah Lord Minto merebut Batavia. Belanda, yang menderita kekalahan yang hebat, mengundurkan diri ke Semarang. Jansen mundur ke daerah Semarang.
- 18 September Pemerintahan Belanda dibawah Jansen menyerah kepada Britania di Salatiga.
- Thomas Stamford Raffles sebagai wakil kerajaan Britania, diangkat sebagai Letnan Gubernur Jenderal Jawa. Dia berusaha menunjukkan perhatiannya terhadap kesejahteraan penduduk asli sebagai tanggung jawab pemerintah. Selain itu tindakan kebijaksanaan Raffles yang terkenal di Indonesia adalah memasukkan sistem landrente (pajak tanah) yang selanjutnya meletakkan dasar begi perkembangan perekonomian, Raffles juga mengenalkan sistem uang dan penekanan desa sebagai pusat administrasi.
- Bagus Rangin ditangkap oleh Britania; pemberontakan di sekitar Cirebon mereda.
- Penduduk Belanda di Palembang dan sekitarnya dibunuh, diduga karena perintah Sultan Mahmud Badaruddin II; Britania memerintahkan Badruddin digulingkan dan digantikan oleh saudara lelakinya, Husin Diauddin.
- Hamengkubuwono II merebut kembali gelarnya di Yogyakarta.
- Desember Raffles mengunjungi Kraton Yogyakarta sehingga membangkitkan sikap bermusuhan.
- Pakubuwono IV mengirimkan surat-surat rahasia ke Yogyakarta yang menawarkan bantuan kepada Britania, namun juga mengharapkan Yogyakarta akan dapat memperluas daerahnya; Britania mulai melakukan perundingan rahasia dengan Hamengkubuwono III; Natakusuma menawarkan bantuan kepada Britania.
- 1812
- 12 Januari Raffles mengeluarkan pengumuman untuk menata ulang dan memodernisasikan sistem pengadilan.
- Juni, Britania dibantu prajurit Legiun Mangkunegara menembaki Yogyakarta dengan meriam, merebut, dan merampok kota itu. Pakubuwono IV dari Surakarta tidak banyak membantu. Hamengkubuwono II disingkirkan oleh Britania, dibuang ke Padang, dan digantikan kembali oleh Hamengkubuwono III.
- Natakusuma menjadi Pangeran Pakualam I, mendirikan Dinasti Pakualam.
- Oktober Britania menandatangani perjanjian dengan Sultan Banjar.
- Britania merebut Timor.
- Britania menguasai Palembang, Britania mengangkat pangeran Adipati menjadi sultan dengan gelar Ahmad Najamuddin II atau Husin Diauddin
- Britania menguasai Belitung sebagai ganti rugi untuk "pembantaian" di Palembang pada tahun sebelumnya.
- 1813
- Britania berdamai dengan Palembang, Mahmud Badaruddin II naik tahta kembali menjadi Sultan Palembang
- Raffles menghapuskan Kesultanan Banten; Sultan akan diberikan uang pensiun oleh pemerintah Britania.
- November, Pemberontakan di Belanda melawan Napoleon.
- 1814
- Juni Lord Minto, Gubernur Britania di India dan pelindung serta promotor Raffles meninggal dunia. Raffles dituduh korupsi, namun kemudian terbukti tidak bersalah.
- 21 Juni Perjanjian antara bangsa-bangsa yang berperang melawan Napoleon untuk mendirikan sebuah "Kerajaan Belanda" yang baru.
- 13 Agustus Britania setuju bahwa semua harta dan kekuasaannya di Hindia Belanda dikembalikan kepada Belanda.
- Perang Britania dengan orang-orang Bali di Buleleng dan Karangasem karena perdagangan budak.
- Bone menyerang kekuasaan Britania.
- Orang-orang Britania ditempatkan di Banjarmasin dan Pontianak.
- Hamengkubuwono IV berkuasa di Yogyakarta. Diponegoro (kakak laki-lakinya yang menolak naik takhta) ditunjuk sebagai wali dari Sultan yang baru berusia 13 tahun.
- Ekspedisi Britania melaporkan penemuan Borobudur dan Prambanan ke Eropa untuk pertama kalinya.
- 1815
- Sebagian besar dari para bangsawan Minangkabau dibunuh oleh para pendukung Padri; kaum Padri mulai memperluas penyebaran Islam ke daerah-daerah Batak.
- April-Juli, Gunung Tambora di Sumbawa meletus: 12.000 orang meninggal karena letusan itu sendiri, belakangan 50.000 meninggal karena kelaparan yang disebabkan letusan itu. Gunung Tambora menyemburkan debu vulkanik sejauh beribu-ribu kilometer sehingga iklim dunia berubah drastis.
- Mei, Raffles mengunjungi Borobudur.
- Raffles memerintah langsung atas Cirebon, menyingkirkan kekuasaan dari para Sultannya.
- Pemerintah Belanda membentuk aturan-aturan tentang pemerintahan Hindia Belanda. (Aturan-aturan ini kelak menjadi semacam konstitusi untuk Hindia Belanda, dalam suatu bentuknya atau yang lainnya, hingga 1942.)
- Pada Kongres Wina, diputuskan bahwa Britania harus mengembalikan Jawa dan kekuasaan Hindia-Belanda lainnya kepada Belanda sebagai bagian dari persetujuan yang mengakhiri Perang Napoleon.
- 1816
- Bone kembali menyerang Britania.
- 19 Agustus, Belanda kembali berkuasa di Batavia. Cornelis Elout melanjutkan kebijakan-kebijakan pembaruan Raffles. Penyerahan kekuasan dari Inggris (letnan Gubernur John Fendall) kepada Belanda (Komisaris Jenderal yang terdiri dari Tiga orang, yakni Elout, Buijskes, Van der Capellen). Jawa dan pos-pos lainnya di Indonesia dikembalikan kepada pihak Belanda sebagai bagian dari penyusunan kembali secara menyeluruh urusan-urusan Eropa setelah perang-perang Napoleon. Thomas Stamford Raffles meninggalkan Jawa kembali ke Inggris.
- Belanda gagal dalam usahanya membujuk raja-raja Bali menerima kekuasaan Belanda.
- 1817
- Wilayah Madura disatukan menjadi satu kabupaten/keresidenan.
- Pattimura memimpin pemberontakan melawan Belanda yang kini kembali di Ambon; digantung pada Desember.
- 8 Mei, Kebun Raya didirikan di Bogor.
- Gunung Ijen meletus di Jawa Timur.
- 1818
- Maret, Sir Thomas Stanford Raffles dikirim untuk memimpin benteng Britania di Bengkulu. Dari sana ia berusaha mendirikan kekuasaan Britania di Hindia.
- Raffles mengirim sebuah pasukan kecil ke Lampung untuk membangun kekuasaan Britania di sana; para pegawai Perusahaan Hindia Timur Britania di Kolkata memanggilnya kembali.
- Raffles mengirim pasukan-pasukan ke Palembang untuk mencampuri perundingan-perundingan antara Sultan dan Belanda. Mereka ditangkap dan dikirim ke Batavia. Para pejabat Britania sekali lagi memerintahkan Raffles untuk mengundurkan diri.
- Di bawah Cornelis Elout, Belanda mengakhiri perdagangan budak di Jawa.
- Belanda kembali ke Melaka.
- Belanda kembali ke Pontianak.
- 1819
- 19 Januari, Raffles mendirikan Singapura, setelah membeli pulau itu dari Sultan Johore.
- Belanda kembali ke Padang. Raffles berusaha membangkitkan aksi-aksi anti-Belanda di pedesaan Minangkabau.
- Perang Menteng meletus di Palembang.
- Pangeran Ratu menjadi Sultan Palembang dengan gelar Ahmad Najamuddin III menggantikan ayahnya Sultan Mahmud Badaruddin II.
- 1820
- Pakubuwono V menjadi Susuhunan Solo.
- Belanda mengirim ekspedisi ke Kepulauan Aru.
- Komisi payung dibentuk untuk mengawasi gereja-gereja Protestan di Hindia Belanda.
1821-1840 (Perang Padri, Perang Diponegoro, Tanam paksa)
- 1821
- Para bangsawan Minangkabau yang tersisa menandatangani perjanjian yang menyerahkan Minangkabau kepada Belanda sebagai pembayaran untuk perlindungan terhadap kaum Paderi.
- "Perang Padri" meletus, hingga 1837.
- Kolera muncul pertama kali di Jawa; panen padi gagal.
- Britania menguasai Palembang. Sultan Mahmud Badaruddin II dan keluarganya ditangkap dan diasingkan ke Ternate.
- Prabu Anom menjadi Sultan Palembang dengan gelar Ahmad Najamuddin IV.
- 1822
- Hamengkubuwono IV meninggal, sementara menyebar desas-desus bahwa ia telah diracuni. Hamengkubuwono V adalah Sultan yang baru. Diponegoro kecewa karena penanganan situasinya oleh para pejabat Belanda.
- Gunung Merapi meletus dekat Yogyakarta.
- 1823
- Pasukan-pasukan Belanda dikalahkan oleh kaum Padri di Lintau.
- Gubernur Jenderal van der Capellen menghapuskan penyewaan tanah di Jawa Tengah. Dia memerintahkan sewa-menyewa tanah dihapuskan dan mengembalikan uang muka yang telah dibayarkan penyewa Tionghoa dan Eropa kepada pemilik tanah untuk dikembalikan. Hal ini menjadikan bengsawan kehilangan sumber pendapatannya sementara uang muka yang telah diterima sudah habis digunakan.
- Pakubuwono VI naik takhta di Solo.
- Kramo Jayo menjadi Sultan Palembang.
- Raffles, dalam kondisi kesehatan yang buruk, kembali ke Inggris.
- 1824
- 17 Maret, Britania dan Belanda menandatangani Perjanjian London dan membagi Hindia Belanda di antara mereka sendiri. Belanda mengklaim Sumatra, Jawa, Maluku, Irian Jaya, dan lain-lain. Britania mengklaim Malaya dan Singapura, dan mempertahankan kepentingannya di Borneo Utara. Aceh diharapkan akan tetap independen.
- Bone merebut wilayah-wilayah Belanda di Sulawesi selatan.
- Hindia Belanda menghadapi krisis keuangan - Gubernur Jenderal van der Capellen menawarkan koloni ini kepada sebuah perusahaan swasta Britania, Palmer and Co., sebagai ganti pinjaman untuk menebus pemerintahan kolonial. (Pemerintah Belanda yang merasa dipermalukan oleh kejadian-kejadian ini, memberikan pinjaman besar kepada Hindia Belanda pada 1826 dan 1828.)
- Belanda membentuk pemerintahan langsung di Riau.
- 1825
- 29 Maret, Nederlandsche Handel Maatschappij (Perusahaan Dagang Belanda) dibentuk. Komoditi-komoditi ekspor seperti kopi, gula, nila yang dihasilkan masyarakat dikapalkan ke Eropa oleh perusahaan ini.
- Belanda mengalahkan Bone sebelum Perang Diponegoro; pertempuran sporadik berlanjut selama bertahun-tahun.
- para pejuang Padri merebut daerah Tapanuli selatan. Raja Sisingamangaraja X dari Batak terbunuh dalam peperangan melawan kaum Padri.
- Belanda menuntut para calon haji yang ingin naik haji untuk memperoleh paspor dan membajar pajak seharga 110 gulden.
- Mei, Diponegoro dan para penguasa istana bentrok karena pertikaian menyangkut jalan yang baru yang akan dibangun di dekat Tegalreja yang melewati makam dan tanah leluhur.
- Juli, Belanda mengirim pasukan-pasukannya untuk menangkap Diponegoro, yang mengumumkan pemberontakan. Tegalreja direbut dan dibakar, Diponegoro berhasil melarikan diri. Inilah awal dari "Perang Diponegoro", yang berlangsung hingga 1830. Perjuangan Diponegoro dibantu Kyai Maja yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontakan.
- Adam al-Wasi' Billah menjadi Sultan Banjar.
- Garis suksesi di Palembang berakhir. Belanda membentuk pemerintahan langsung.
- Belanda mengeluarkan perintah untuk menangkap Raden Intan di Lampung. Raden Intan meninggal dan digantikan oleh Raden Imba Kusuma.
- 1826
- Perang gerilya merebak di seluruh Jawa Tengah dan Timur.
- Belanda mulai mengorganisasi pasukan-pasukan khusus untuk berperang di Hindia Belanda.
- Van der Capellen digantikan oleh Du Bus sebagai Gubernur Jenderal.
- Agustus Belanda membebaskan Hamengkubuwono II dari pembuangan di Ambon, dan mengangkatnya kembali sebagai Sultan Yogyakarta.
- Oktober, Diponegoro dikalahkan di Gowok, dekat Surakarta. Pasukan-pasukannya dipukul balik.
- 1827
- Belanda menata ulang pasukan-pasukannya dalam Perang Diponegoro, mengganti dengan taktik-taktik yang lebih fleksibel, mengadakan serangan-serangan terhadap para pasukan gerilya.
- 1828
- April, orang-orang Jawa berhasil menghadapi Belanda.
- Madura menjadi satu keresidenan dengan Surabaya.
- Wabah cacar di Bali.
- Fort Du Bus didirikan Belanda di Papua.
- November Kyai Maja, penasihat rohani Diponegoro, ditangkap Belanda setelah pertempuran berlangsung.
- 1829
- September Pangeran Mangkubumi (paman dari Diponegoro) menyerah. Ia diizinkan kembali ke istananya.
- Oktober, Panglima Sentot Alibasyah menyerah. Belanda mengangkatnya menjadi Letnan kolonel.
-
- Maret, Diponegoro setuju mengadakan perundingan Magelang, ditangkap dan dibuang ke Manado, lalu ke Makassar (hingga meninggal tahun 1855).
- Pakubuwono VI, dicurigai oleh Belanda, dibuang ke Ambon (hingga 1849). Pakubuwono VII menjadi Susuhunan Solo.
- Johannes van den Bosch tiba sebagai Gubernur Jenderal yang baru, mulai menerapkan cultuur stelsel atau "tanam paksa". Setiap desa harus menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor khususnya kopi, tebu, nila. Hasil tanaman ini akan dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan (20%) dan hasil panen diserahkan kepada pemerintah kolonial.
- Tanam paksa tumbuhan indigo (nila) diperkenalkan di Priangan.
- Kapal uap pertama tiba di Hindia Belanda.
- Nederlands Zendelinggenootschap (NZG - Perhimpunan Zending Belanda) mulai menawarkan pendidikan kepada anak-anak pribumi.
- 4 Desember Van den Bosch secara resmi mengorganisasi pasukan Belanda dari Perang Jawa menjadi Oost-Indische Leger, atau "Tentara Hindia Timur" (belakangan dikenal sebagai KNIL).
- 1831
- Pemerintah Hindia Belanda berhasil membuat anggaran berimbang.
- Pasukan-pasukan Belanda memerangi kaum Padri di Sumatra dan mencapai wilayah Bonjol.
- 1833
- Januari, desa-desa Minangkabau di sekitar Bonjol bangkit dalam pemberontakan rakyat; pasukan-pasukan Belanda di daerah itu dibantai. Perang Padri memanas; Belanda menyegel daerah pantai. Sentot berperang di pihak Belanda, namun kemungkinan di dalam hatinya ia tidak memihak Belanda. Belanda menempatkan Sentot di bawah pengawasan di Bengkulu (hingga 1855).
- Sultan Jambi meminta bantuan Belanda untuk melawan Palembang.
- 1834
- Belanda memaksa Sultan Muhammad Fahruddin dari Jambi mengakui kekuasaan Belanda.
- Pemerintah Portugis mengusir para pastor Dominikan dari Timor Timur.
- 1836
- Belanda mengabaikan Fort Du Bus di Papua.
- 1837
- Bonjol di Minangkabau akhirnya jatuh ke tangan Belanda dalam Perang Padri. Tuanku Imam Bonjol menyerah dan dikirim ke pembuangan.
- 1838
- Kemenangan Belanda di Daludalu mengakhiri Perang Padri di Minangkabau. Pemerintahan langsung Belanda atas Minangkabau diterapkan (hukum adat dan para bangsawan tampaknya pro-Belanda, para pemimpin Islam anti-Belanda).
- Ekspedisi Belanda melawan Flores.
- Bone memperbarui Perjanjian Bungaya; peperangan melawan Belanda mereda.
- Belanda meresmikan kehadirannya di Nias.
- Sulaiman mewarisi takhta Aceh, tetapi Tuanku Ibrahim memerintah sebagai wali, dan berkuasa di Aceh hingga 1870.
- Kerajaan Mataram di Lombok menguasai seluruh pulau, ditambah Karangasem di Bali.
- 1839
- Pedagang Denmark, Mads Lange, membuka sebuah pos perdagangan di Kuta, Bali.
- 1840
- Cultuur Stelsel sudah menghadapi berbagai masalah. Tanda-tanda penderitaan dikalangan orang pribumi Jawa dan Sunda mulai tampak. Khususnya didaerah penanaman tebu. Pabrik-pabrik gula bersaing dengan pertanian padi untuk jatah air. Tibul paceklik dan harga beras menjadi sangat mahal.
1841-1860 (Perang Bali, Max Havelaar)
- 1841
- Raja-raja Badung, Klungkung, Karangasem dan Buleleng di Bali menandatangani perjanjian yang mengakui kekuasaan Belanda; para raja itu diberikan hak untuk tetap berkuasa ke dalam.
- James Brooke mulai membangun sebuah kerajaan pribadi untuk dirinya sendiri di Sarawak.
- 1842
- Belanda menarik diri dari pantai timur Sumatra di sebelah utara Palembang karena kekuatiran Britania.
- Bangsawan di Surakarta ditangkap karena dicurigai menghasut pemberontakan.
- 1843
- Raja Lombok menerima kekuasaan Belanda.
- Kelaparan di Cirebon.
- 1844
- Raja-raja Buleleng dan Karangasem tidak puas dengan Belanda, dan menolak untuk mengesahkan perjanjian.
- 1846
- Juni, pasukan-pasukan Hindia Belanda menyerang Buleleng; raja-raja lain diam-diam mendukung kekuatan-kekuatan anti-Belanda. Istana di Singaraja dihancurkan. Raja Buleleng menandatangani perjanjian penyerahan. Hindia Belanda menempatkan sebuah pos pasukan di Singaraja.
- Ekspedisi Hindia Belanda melawan Flores.
- Wabah tipus merebak di Jawa.
- Hindia Belanda menguasai Samarinda.
- Tambang batu bara komersial pertama dibuka di Martapura, Kalimantan Selatan.
- Pemberontakan di Banten.
- 1847
- Ekspedisi militer Belanda ke Nias.
- 1848
- Juni, Hindia Belanda mengirim pasukan militer ke Bali untuk menghadapi konflik yang timbul karena pemaksaan perjanjian dengan raja-raja setempat. Pasukan ini dikalahkan oleh suatu pasukan Bali di bawah pimpinan Gusti Ketut Jilantik di Jagaraga, dan menarik diri dari pulau itu.
- Konstitusi baru di Belanda: Dewan Negara (parlemen) Belanda mempunyai kuasa atas urusan-urusan kolonial. Sebagian anggota parlemen menuntut diadakannya perubahan di tanah jajahan dan mendesak diadakannya pembaharuan liberal. Pengurangan peranan pemerintah dalam perekonomian kolonial, pembebasan terhadap pembatasan perusahaan swasta, dan diakhirinya tanam paksa.
- Undang-undang, sipil dan kriminal yang diperbarui untuk Hindia Belanda diperkenalkan, dan berlaku hanya untuk keturunan Eropa saja.
- Demonstrasi di Batavia, dipimpin oleh Baron van Hoevell (seorang pendeta Hervormd Belanda), memohon kepada Raja Belanda agar diberlakukan kebebasan pers, sekolah menengah untuk masyarakat, dan perwakilan untuk Hindia Belanda di Dewan Negara.
- Sekolah-sekolah karesidenan untuk pendidikan dan latihan anak-anak para pemerintah dan bangsawan setempat, mulai dibuka.
- 1849
- April, Sebuah kekuatan militer Hindia Belanda dalam jumlah besar dikirim ke Bali. Gusti Ketut Jilantik gugur dalam pertempuran. Hindia Belanda menguasai Buleleng dan pantai utara Bali.
- Mei Pasukan-pasukan Hindia Belanda memasuki Bali selatan untuk pertama kalinya, bergerak melalui Karangasem dan Klungkung untuk memadamkan perlawanan.
- Raja Lombok menyerang dan merebut Karangasem.
- Belanda menguasai penuh Palembang.
- 1850
- Belanda memulai pekerjaan misi di kalangan suku Batak di Sumatra utara. Pemerintah Hindia Belanda melarang para misionaris Katolik memasuki daerah suku Batak di Sumatra atau Toraja di Sulawesi. Hanya para misionaris Protestan yang diizinkan masuk ke sana.
- Bala kelaparan di Jawa Tengah.
- Belanda membeli sisa-sisa benteng Portugis di Flores.
- 1851
- Sekolah "Dokter-Jawa" didirikan di Gambir (Weltevreden), Batavia.
- Billiton Maatschappij memulai pertambangan timah di Belitung. Banyak buruh Tionghoa yang didatangkan ke sana.
- 1852
- Aceh mengirim utusan kepada Napoleon III dari Perancis.
- Pohon kola diperkenalkan di Jawa.
- Belanda mengakhiri pajak yang dipungut dari para calon jemaah haji.
- 1853
- Belanda mulai mengatur administrasi Bali utara.
- Mangkunegara IV mengambil gelarnya di Surakarta.
- 1854
- Pemerintah Belanda mengeluarkan suatu pembaruan konstitusional untuk daerah Hindia Belanda ("Regeeringsreglement"). Para penguasa setempat di Hindia Belanda akan tetap memiliki kekuasaan tradisional atas warga mereka, dan berkuasa atas nama Belanda. Pemisahan yang ketat antara warga Eropa dan kaum Inlander diakui di dalam undang-undang.
- Gubernur Jenderal Hindia Belanda memperoleh kuasa untuk mengasingkan siapapun juga; terhukum tidak memiliki hak untuk naik banding atau meninjau ulang keputusannya.
- Aceh menegakkan kekuasaannnya atas Langkat, Deli dan Serdang di pantai timur Sumatra ("pelabuhan lada").
- Tanaman cinchona (kina) diperkenalkan di Priangan, di Cibodas, Jawa Barat.
- 1855
- Hamengkubuwono VI menjadi Sultan Yogyakarta.
- Militer Belanda melakukan ekspedisi ke Nias.
- Belanda memperluas kekuasaannya atas Kalimantan Barat.
- Pangeran Diponegoro meninggal di Benteng Rotterdam, Makassar.
- 1856
- Aturan Penerbitan memberikan kekuasaan kepada Gubernur Jenderal untuk melakukan sensor pra-penerbitan terhadap pers tanpa kesempatan naik banding atau peninjauan kembali.
- Maret, Eduard Douwes Dekker dipecat dari posisinya di pemerintahan di Jawa Barat setelah menuduh para bupati setempat melakukan korupsi. (Belakangan, dengan nama pena "Multatuli", ia menulis novel "Max Havelaar", yang mengungkapkan kondisi-kondisi dan penindasan di Jawa oleh pemerintah kolonial kepada para pembaca di Belanda.)
- Ekspedisi militer Belanda ke Flores.
- 1857
- Belanda ikut campur dalam suksesi Sultan Banjarmasin, dengan mendukung Tamjidillah daripada Hidayatullah yang lebih populer.
- Kabel telegraf pertama diletakkan dari Batavia ke Buitenzorg (Bogor).
- 1858
- Ekspedisi Belanda melawan Sulawesi selatan.
- Ratu Taha Saifuddin dari Jambi menolak perjanjian dengan Belanda, melarikan diri ke hutan-hutan dengan membawa pusaka (lambang kekuasaan keluarganya), dan berjuang hingga 1904.
- Belanda mengambil Siak di Sumatra utara melalui perjanjian dan memindahkan pasukan-pasukannya untuk mencegah para petualang Britania mendapatkan tempat berpijak di sana. Perbatasan Siak ditetapkan hingga mencakup Langkat dan Deli, yang berbatasan dengan wilayah Aceh.
- Pemerintahan Hindia Belanda mengalami defisit karena biaya-biaya militer.
- Pakubuwono VIII menjadi Susuhunan Solo.
- 1859
- Perang Banjarmasin dipimpin oleh Pangeran Antasari; Belanda menarik dukungannya terhadap Tamjidillah, mengirimnya ke Buitenzorg (kini Bogor).
- Portugis menandantangani perjanjian dengan Belanda: Portugis melepaskan pos-posnya yang jauh dan klaim-klaimnya atas Flores dan Solor kepada Belanda, dan mempertahankan haknya atas Timor Portugis. Pembagian antara Timor Barat dan Timur diputuskan.
- Pemerintah Belanda melarang perbudakan di Hindia Belanda.
- Ekspedisi militer Belanda ke Bone untuk menggulingkan Ratu Basse Kajuara.
- Kabel telegraf dipasang antara Batavia hingga Singapura.
- 1860
- "Max Havelaar" diterbitkan.
- Belanda membuka Pulau Sabu.
- Belanda menghapuskan Kesultanan Banjarmasin, dan memaksakan pemerintahan kolonial langsung.
- Belanda memperluas wilayah protektoratnya hingga mencakup Kesultanan Wajo di Sulawesi
1861-1880 (Perang Aceh, Perang Batak, UU Agraria)
- 1861
- Pakubuwono IX menjadi Susuhunan Solo.
- Para misionaris Protestan Jerman mulai bekerja di sekitar Danau Toba di Sumatra Utara.
- 1862
- Pangeran Hidayatullah menyerah di Banjarmasin, dan dibuang ke Jawa. Antasari meninggal karena cacar, perang gerilya berlanjut.
- Wajib tanam lada dihentikan.
- 1863
- Ekspedisi militer Belanda ke Nias.
- Britania mengirim kapal-kapal perang ke Langkat dan "pelabuhan-pelabuhan lada lainnya " di Sumatra.
- 1 Juli, Perbudakan secara resmi berakhir di Hindia Belanda.
- Tanaman tembakau diperkenalkan di Sumatra Utara.
- Fransen van de Putte, seorang bekas pemilik perkebunan di Jawa dan penentang sistem tanam paksa, menjadi Menteri Urusan Koloni Belanda.
- Wajib tanam cengkeh dan pala diakhiri.
- 1864
- 1 April, Perangko Hindia Belanda pertama diterbitkan.
- Belanda bereksperimen dengan tanaman karet di Jawa dan Sumatra.
- Belanda mengklaim Kepulauan Mentawai.
- Sultan Siak terakhir turun takhta.
- 1865
- Tanam paksa teh, kayu manis dan nila diakhiri.
- Belanda memperkenalkan tembakau di Deli dan Sumatra Utara.
- Belanda melembagakan pemerintahan langsung di Kesultanan Asahan di Sumatra Utara dan menyingkirkan Sultan ke Riau.
- Undang-undang dan peraturan kehutanan yang baru diperkenalkan.
- 1866
- Wajib tanam tembakau diakhiri.
- Hindia Belanda melembagakan pemerintahan langsung di Sumba.
- 1867
- Gunung Merapi meletus dekat Yogyakarta; 1.000 orang meninggal.
- "Undang-undang Pertanggungjawaban" mewajibkan keuangan Hindia Belanda dipisahkan dari keuangan Belanda.
- Departemen Pendidikan Hindia Belanda dibentuk.
- 1868
- Belanda memperketat kekuasaannya terhadap Bengkulu.
- 1869
- Sepertiga penduduk Sabu meninggal karena cacar.
- Aceh memohon perlindungan kepada Kerajaan Ottoman.
- Deli Maatschappij didirikan oleh para investor swasta.
- Pada 1869, Terusan Suez dibuka, sehingga sangat mengurangi waktu dan upaya perjalanan antara Eropa dan Asia lewat laut, dan menjadikan tempat-tempat seperti Aceh jauh lebih penting dan strategis.
- 1870
- Wilayah Minahasa ditempatkan di bawah pemerintah langsung Belanda.
- Sultan Mahmud Syah memerintah di Aceh hingga 1874.
- Undang-undang Gula mulai suatu masa pembaruan agrikultur.
- Penyakit melanda tanaman kopi di Jawa.
- Pelayanan kapal uap yang rutin ke Belanda melalui Terusan Suez dibuka.
- 1871
- Undang-undang Agraria, Agrarische Wet, menggalakkan privatisasi pertanian, dan mulai membatalkan berbagai praktik tanam paksa. UU ini dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda sebagai tindak lanjut atas kemenangan partai Liberal di Belanda, sekaligus menggantikan politik Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) dengan penanaman modal pengusaha Belanda. Pada pelaksanaannya Agrarische Wet mendukung berdirinya perkebunan-perkebunan besar Belanda di Hindia Belanda, sehingga dapat disebut sebagai upaya menarik modal swasta ke Hindia Belanda.
- Wabah cacar membunuh 18.000 orang di Bali.
- Kabel telegraf dipasang dari Banyuwangi, Jawa hingga ke Australia.
- November, Traktat Sumatra antara Britania dan Belanda: Belanda memberikan Pantai Emas kepada Britania; Belanda dapat mengirimkan buruh-buruh kontrak dari India ke Guiana Belanda (kini: Suriname); Belanda bebas bertindak di Sumatra, Britania dan Belanda mempunyai hak-hak perdagangan di Aceh. Akibat dari perjanjian ini: tidak ada lagi keberatan terhadap upaya Belanda menaklukkan Aceh.
- 1872
- Perang Batak dimulai di Sumatra utara, berlangsung hingga 1895.
- 1873
- 25 Januari Utusan dari Aceh mengadakan pembicaraan dengan konsul Amerika di Singapura, namun Washington menolak memberikan bantuan AS. Belanda menjawab dengan peperangan.
- 26 Maret Perang Aceh meletus. Belanda mengebom Banda Aceh.
- 8 April Belanda mendaratkan pasukan-pasukannya di Banda Aceh.
- 25 April pasukan-pasukan Aceh memaksa Belanda mundur.
- Sultan Kutai menandatangani perjanjian yang mengakui Belanda.
- Tanaman teh Assam dari India diperkenalkan untuk menggantikan tanaman teh dari Tiongkok, yang hasilnya mengecewakan. Produksi teh mulai meningkat.
- Jalur kereta api pertama dibangun di Jawa.
- 11 November Belanda menyerang Aceh kembali, dan mempertahankan posisi mereka, namun mengalami kerugian besar karena penyakit.
- Belanda berperang sia-sia selama lebih dari 30 tahun, berusaha menguasai Aceh, namun tidak pernah benar-benar berhasil.
- 1874
- 24 Januari Pejuang Aceh meninggalkan Banda Aceh dan mengundurkan diri ke daerah perbukitan. Belanda mengumumkan bahwa Kesultanan Aceh telah berakhir.
- Sultan Mahmud Syah dari Aceh meninggal di hutan; Sultan Ibrahim Mansur Syah memimpin kesultanan di bukit-bukit hingga 1907. Teuku Umar, seorang bangsawan Aceh, memimpin pasukan-pasukan Aceh.
- Ekspedisi Belanda ke Flores.
- Belanda mengirim seorang utusan ke Kepulauan Aru.
- 1875
- Hindia Belanda, Australia, dan Jerman menetapkan perbatasan antara klaim-klaim mereka di New Guinea.
- 1876
- Tanaman karet diperkenalkan di Jawa.
- Baba Hassan memimpin pemberontakan di Halmahera.
- 1877
- Hamengkubuwono VII menjadi Sultan Yogyakarta.
- Sejak saat ini, pemerintahan Hindia Belanda beroperasi dengan keuangan yang merugi.
- 1878
- Tanam paksa gula dan kopi mulai dihapuskan.
- Ekspedisi di bawah Jenderal Van der Heijden membakar habis 500 desa di Aceh.
- Teungku Cik di Tiro, seorang ulama Islam, mulai memimpin perlawanan di Aceh.
- 1879
- R.A. Kartini dilahirkan di Jepara.
- Tanaman koka diperkenalkan di Jawa.
- 1880
- Jalur kereta api antara Batavia dan Bandung diselesaikan.
- Koelie Ordonnantie ("Ordonansi Kuli") menguraikan undang-undang kontrak tenaga kerja: majikan harus menyediakan perumahan dan pemeliharaan kesehatan yang memadai, buruh hanya terikat dengan perkebunan selama kontrak yang berlaku. Kontrak harus ditandatangani di hadapan hakim, dan dapat dipertikaian di pengadilan.
- Susu kental dalam kaleng yang pertama diimpor dari Australia.
1881-1899
- 1881
- Para tetua suku Minahasa dijadikan pegawai-pegawai bergaji dari Hindia Belanda.
- Mangkunegara IV wafat.
- Pada awal 1880-an, seorang penduduk Kudus yang bernama Haji Jamahri memulai kebiasaan mencampurkan cengkeh dalam rokok yang dilintingnya dengan tangan untuk menolongnya mengatasi gejala-gejala asma. Inilah asal-usul "kretek". Namun demikian, produksi kretek secara komersial baru dimulai secara serius pada 1930-an.
- 1882
- Hindia Belanda melembagakan pemerintahan langsung di Buleleng dan Jembrana di Bali.
- Hindia Belanda menguasai Karangasem dan Gianyar di Bali. Bali dan Lombok menjadi sebuah Karesidenan; raja-raja di Bali selatan tidak senang dengan hal ini, namun tetap berperang di antara mereka sendiri.
- Kepulauan Aru dan Tanimbar ditempatkan di bawah administrasi Belanda.
- 6 Agustus Tjokroaminoto dilahirkan.
- Penyakit melanda tanaman tebu di Jawa.
- Ekspedisi militer Belanda di Seram.
- Minyak ditemukan di sekitar Kutai di Kalimantan.
- Pengadilan Islam ("priesterraden") diberikan kekuasaan terbatas di Jawa. Yurisdiksinya dibatasi pada hukum keluarga.
- 1883
- Sisingamangaraja XII diusir dari wilayah Batak.
- Krakatau meletus; 36.000 orang di Jawa Barat dan Lampung meninggal sebagai korban letusan ini.
- A.J. Zijlker mendapatkan persetujuan dari Belanda untuk memulai pengeboran minyak di Langkat, Sumatra Uara.
- Pemberontakan yang mendukung Pangeran Suryengalaga gagal di Yogyakarta.
- 1884
- Perang gerilya memanas di Aceh. Belanda membangun "Geconcentreerde Linie" (Garis Konsentrasi) di Aceh: suatu rangkaian dari 16 benteng yang dirancang untuk mengepung para gerilyawan.
- Belanda memberlakukan pemerintahan langsung di Deli.
- Pelayanan komunikasi dikonsolidiasikan oleh pemerintah ke dalam PTT (Post Telegraaf Telefoon).
- 1885
- Sultan Asahan kembali dari pembuangan ke wilayahnya untuk berkuasa atas nama Belanda.
- Belanda memberlakukan pemerintahan langsung di Madura.
- Orang-orang keturunan Tionghoa di Hindia Belanda digolongkan sebagai "orang Eropa" hanya untuk tujuan-tujuan hukum dagang semata.
- 1886
- Pelabuhan modern dibangun di Tanjung Priok, Batavia (kini Jakarta).
- 1887
- Sultan-sultan Madura diturunkan statusnya menjadi bupati saja.
- Depresi ekonomi melanda Jawa.
- 1888
- Gempa bumi terjadi di Bali.
- Residen Belanda di Surakarta menguasai keuangan keluarga Mangkunegara.
- Pemberontakan di Banten dipimpin oleh kelompok Qadiriyya.
- Kalimantan Utara (Sabah) menjadi protektorat Britania.
- Koninklijke Paketvaart Maatschappij dibentuk sebagai perusahaan pengiriman barang dan penumpang kapal utama antar pulau.
- 1890
- Zijlker mendirikan perusahaan yang kelak menjadi Royal Dutch Shell.
- Ekspedisi Belanda melawan Flores.
- Hindia Belanda memperkenalkan pajak kekayaan.
- 1891
- Mengwi di Bali dikuasai oleh Badung.
- Pemerontakan Naqshbandiyya di Lombok melawan pemerintah Mataram-Bali; Belanda ikut campur.
- Buruh-buruh kontrak yang pertama meninggalkan Jawa dan berangkat ke Suriname di Amerika Selatan.
- 1893
- Pakubuwono X menjadi Susuhunan Solo.
- Sekolah-sekolah "Kelas Satu" untuk para penduduk pribumi Indonesia dibentuk.
- 1894
- Campur tangan terakhir Belanda di Lombok berhasil; para bangsawan melakukan puputan; Karangasem menjadi wilayah yang tergantung pada Belanda.
- "Perang Batak" berakhir.
- Pemberontakan melawan Portugis di Timor Timur.
- Hindia Belanda mengorganisasi monopoli opium yang diselenggarakan negara untuk menguasai perdagangan candu (Opiumregie).
- 1895
- Jami'at Khair didirikan, organisasi ini berdedikasi dalam mengembangkan pendidikan Arab.
- Timor Portugis, yang mulanya diadministrasi dari Makau, mendapatkan administrasinya sendiri.
- Perjanjian Britania-Belanda menetapkan batas-batas antara klaim-klaim mereka atas Pulau Papua.
- 1896
- Raja Chulalongkorn dari Thailand melakukan kunjungan ke negaraan ke Hindia Belanda.
- Belanda terus menyerang gerilya-gerilya di Aceh dengan pasukan-pasukan khusus (Korps Marechaussee).
- 1898
- Belanda mulai melakukan eksplorasi di Papua.
- Van Heutsz menjadi Gubernur Belanda di Aceh. Penasihatnya, Snouck Hurgronje memperkenalkan "Korte Verklaring", (Traktat Pendek), sebuah perjanjian singkat yang isinya mengakui pemerintahan Belanda, untuk menggantikan perjanjian-perjanjian terdahulu yang rumit dengan para pemimpin setempat; Belanda mengadakan aliansi dengan para uleebalang dalam melawan para pemimpin Islam.
- Juni, Van Heutsz mengirim suatu ekspedisi Belanda yang sukses melawan Pidie, Aceh.
- 1899
- R.A. Kartini memulai kariernya dalam menulis surat-surat.
- Pesantren Tebuireng, sebuah sekolah Islam yang terkenal, didirikan di Jombang, Jawa Timur.
- Teuku Umar terbunuh dalam suatu serangan Belanda.
- Van Deventer, seorang pembaharu kolonial, menerbitkan "Een Eereschuld", yang isinya menuntut agar uang yang dikumpulkan di masa lampau dari Hindia Belanda dikembalikan ke Hindia Belanda untuk menolong membayar utang kolonial yang kian meningkat.
Abad ke-20
1900-1910
- 1900
- Raja Gianyar di Bali takluk kepada kekuasaan Belanda.
- Sekolah-sekolah menengah di Bandung, Magelang dan Probolinggo ditata kembali untuk mendidik orang-orang Jawa yang ingin menjadi pegawai negeri.
- 17 Maret 1900, Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) terbentuk di Batavia. THHK mendirikan sekolah-sekolah, jumlahnya 54 buah pada tahun 1908 dan mencapai 450 sekolah pada tahun 1934.
- 1901
- Jambi ditempatkan di bawah kekuasaan Residen Belanda di Palembang pada saat munculnya masalah suksesi dan pergolakan lainnya yang terkait.
- Mahyudin Datuk Sutan Marajo menerbitkan koran Warta Berita di Padang, surat kabar berbahasa Indonesia pertama dengan tulisan latin.
- Perusahaan minyak Zijlker's Royal Dutch diperluas hingga ke Kalimantan.
- Belanda menempatkan pasukan keamanan di Kepulauan Mentawai.
- 6 Juni Soekarno dilahirkan.
- Ratu Wilhelmina dari Belanda mengumumkan " Politik Etis" untuk Hindia Belanda.
- 1902
- Belanda mengakhiri pembatasan-pembatasan dalam urusan haji.
- 12 Agustus Mohammad Hatta dilahirkan.
- 1903
- Sultan Aceh, Tuanku Daud Syah, menyerah kepada Belanda, namun tetap mempertahankan hubungan rahasia dengan para gerilyawan.
- Hindia Belanda mulai membuka sekolah-sekolah MULO untuk pendidikan dasar.
- Undang-undang Desentralisasi memberikan beberapa kursi kepada pemerintahan lokal dan provinsi kepada penduduk pribumi di Hindia Belanda. Pemilu untuk pertama kalinya diadakan di Jawa.
- Keuangan Hindia Belanda dipisahkan dari keuangan tanah air Belanda.
- 1904
- Van Heutsz, yang sebelumnya adalah Gubernur militer di Aceh, menjadi Gubernur Jenderal (hingga 1909).
- Taha dari Jambi dibunuh oleh Belanda.
- Mei, Kapal "Sri Koemala" karam di lepas pantai Sanur, Bali. Penduduk setempat menjarah kapal itu; si pemilik kapal menuntut ganti rugi pemerintah Hindia Belanda. Akibatnya, hubungan antara Hindia Belanda dengan Raja Badung di Bali memburuk.
- Ekspedisi militer Hindia Belanda menguasai wilayah Batak di Sumatra.
- Suatu ekspedisi di bawah Kapten Van Daalen ke daerah pegunungan di Aceh menyebabkan matinya lebih dari 3.000 penduduk desa, termasuk lebih dari 1.000 kaum perempuan dan anak-anak.
- Pemerintah Belanda mulai memberikan bantuan dan pinjaman untuk pembayaran kembali utang Hindia Belanda.
- Dewi Sartika mendirikan Sekolah Isteri, sebuah sekolah untuk kaum perempuan.
- 1905
- Januari, Belanda mulai melakukan operasi militer selama lima bulan di Kalimantan.
- Belanda mengirim sebuah pasukan militer melawan pemberontakan di Seram.
- Agustus, pasukan-pasukan Belanda mendarat di Pare Pare. Pasukan Belanda mencapai kemenangan besar di wilayah Sulawesi; Bugis, Makasar, Toraja dikuasai untuk seterusnya. Penguasa Bone digulingkan.
- Para pemberontak Aceh menghubungi konsul Jepang di Singapura untuk meminta pertolongan.
- Belanda menduduki Kepulauan Mentawai.
- Serikat buruh pertama dibentuk oleh para buruh kereta api.
- 16 Oktober Sarekat Dagang Islamiyah didirikan oleh Kyai Haji Samanhudi, mula-mula untuk melindungi kepentingan-kepentingan para pedagang batik Islam di Surakarta.
- Dewan kota dibentuk di Batavia dan Bandung.
- Pemerintah Hindia Belanda mensponsori suatu komunitas petani Jawa yang dipindahkan ke Lampung: inilah contoh transmigrasi pertama.
- 1906
- 15 September Belanda membuat berbagai kemajuan besar di Bali; armada Hindia Belanda membuang jangkar di lepas pantai Sanur.
- 16 September Pasukan-pasukan Hindia Belanda menyerbu Sanur.
- 20 September Angkatan Laut Belanda menembaki Denpasar dengan meriam.
- Para bangsawan Badung melakukan bunuh diri dalam sebuah puputan, sambil berbaris di jalan utama Denpasar. Lebih dari 3.600 orang terbunuh.
- 23 September Belanda membuat kemajuan di Tabanan, Bali. Raja Tabanan menawarkan penyerahan dirinya dengan syarat ia diizinkan mempertahankan gelar dan tanahnya. Residen Belanda menawan Raja hingga ia dapat mendapatkan jawaban dari pemerintah Hindia Belanda di Batavia. Raja Tabanan melakukan bunuh diri di tahanan.
- Perkebunan karet di Sumatra berkembang dengan berbagai varitas tanaman baru.
- Belanda menguasai Sumba.
- Belanda membentuk sebuah protektorat terhadap Berau di Kalimantan Timur.
- Sensor pasca-penerbitan diperkenalkan: semua penerbitan harus diserahkan dalam tempo 24 jam setelah terbitnya ke badan sensor untuk ditinjau.
- 1907
- Militer Belanda memadamkan pemberontakan di Flores, dan kini berkuasa penuh.
- Pemberontakan di Jambi akhirnya dipadamkan.
- Para gerilyawan Aceh menyerang Belanda di Banda Aceh.
- Raja Sisingamangaraja XII memberontak melawan Belanda, dan ditembak dalam konflik itu.
- Hindia Belanda memperkenalkan pajak terhadap usaha-usaha dagang.
- Samin Surosentiko, pencetus ajaran Samin, ditangkap di Jawa dan diasingkan ke Padang, Sumatera.
- Perusahaan minyak Zijlker's Royal Dutch bergabung dengan Shell Transport and Trading dan menjadi Royal Dutch Shell.
- Belanda mengirim polisi ke Kepulauan Tanimbar untuk menghentikan konflik antar suku.
- Program pendidikan baru diperkenalkan dengan maksud menawarkan pendidikan tiga tahun untuk anak-anak, yang terbuka untuk masyarakat umum.
- 1908
- Klungkung memberontak melawan Belanda; para bangsawan melakukan puputan untuk mempertahankan kehormatan mereka.
- Belanda ikut campur dalam konflik-konflik lokal di Sumbawa, hingga lebih ketat menguasai wilayah itu.
- Buton jatuh ke dalam pemerintah langsung Belanda.
- VSTP (serikat buruh kereta api) dibentuk, anggota-anggota orang Indonesia diterima.
- 20 Mei Budi Utomo didirikan di antara para mahasiswa suku Jawa kelas atas di Jawa, termasuk dr. Sutomo dan dr. Tjipto Mangunkusumo, menandai dimulainya era Kebangkitan nasional
- Oktober Budi Utomo mengadakan kongres di Yogyakarta. Tjipto Mangunkusumo meninggalkan organisasi ini.
- Indische Vereeniging didirikan untuk para mahasiswa Indonesia di Belanda.
- Pemberontakan kecil di Minangkabau dipadamkan.
- Hindia Belanda memperkenalkan pajak pendapatan.
- 1909
- Tjokroaminoto menjadi pemimpin Sarekat Dagang Islamiyah.
- Putri Hindia, sebuah penerbitan untuk kaum perempuan, didirikan.
- Belanda mengonsolidasikan kekuasaan atas Seram.
- Belanda menguasai Buru.
- Adabiah, sekolah Islam modern pertama berdiri di Padang
- 1910
- Perlawanan Islam di Aceh dilumpuhkan.
- Jami'at Khair digantikan oleh Al-Irsyad (Jamiat Islam al Irsyad al Arabia), sebuah organisasi untuk kaum Muslim keturunan Arab di Indonesia.
- Pemberontakan di Timor Timur di bawah pimpinan Dom Boaventura.
- Ratulangi mendirikan Perserikatan Minahasa, sebuah organisasi sosial untuk orang Minahasa.
- Ekspedisi Belanda ke Pulau Komodo melaporkan penemuan komodo kepada masyarakat di Eropa untuk pertama kalinya.
1911-1920
- 1911
- Abendanon menerbitkan surat-surat R.A. Kartini dengan judul "Door Duisternis Tot Licht " ("Habis Gelap Terbitlah Terang").
- Surat kabar Al-Munir mulai terbit di Padang.
- Wabah penyakit sampar melanda Pulau Jawa.
- 1912
- 10 September Sarekat Dagang Islamiyah berganti nama menjadi Sarekat Islam dibawah pimpinan Tjokroaminoto.
- Indische Partij dibentuk oleh Setiabudi (Douwes Dekker), Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara. Setahun kemudian, tiga serangkai ini diasingkan.
- Portugal meredam pemberontakan di Timor Timur.
- 18 November Kyai Haji Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta.
- Belanda mengirim lagi ekspedisi militer ke kepulauan Tanimbar.
- Setelah proklamasi Republik Rakyat Cina pada bulan Januari, organisasi-organisasi Tionghoa yang pada mulanya berkecimpung dalam bidang sosial-budaya mulai mengarah kepada politik.
- 1913
- Januari, kongres Sarekat Islam di Surabaya memutuskan meluaskan aktivitas mereka ke seluruh Hindia.
- Yayasan Kartini berdiri di Belanda untuk mendukung pendidikan kaum perempuan di Jawa.
- Gubernur Jenderal Idenburg menyatakan Sarekat Islam sebagai sebuah organisasi yang legal.
- Indische Partij dilarang; para pemimpinnya diasingkan ke Belanda.
- Organisasi Paguyuban Pasundan berdiri sebagai sebuah organisasi sosial dan budaya Sunda di Jawa Barat tanggal 20 Juli.
- Pemerintah Hindia Belanda mendapat kuasa untuk meminjam uang tanpa harus izin terlebih dahulu kepada pemerintah Kerajaan Belanda.
- Suwardi Suryaningrat (dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara) bersama Komite Boemi Poetera menerbitkan "Als Ik Eens Nederlander Was", sebuah tulisan nasionalisme. Ia diasingkan ke Belanda hingga 1919.
- Liem Seeng Tee membuka sebuah toko tembakau di luar Surabaya - cikal bakal perusahaan rokok kretek Sampoerna.
- 1914
- Hollandsch-Inlandsche Schools (HIS) dibentuk kembali, menjadi terbuka untuk orang Indonesia.
- 9 Mei, Sneevliet mendirikan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV), nantinya menjadi PKI.
- Perang di Eropa: Pemerintah Belanda mempertimbangkan menggunakan milisi dari Indonesia.
- Pameran Besar Kolonial di Semarang, dihadiri oleh Pakubuwono X dari Surakarta dan rombongannya.
- Pemerintah Hindia Belanda membuka fasilitas percobaan penerbangan di Surabaya untuk mempelajari kinerja pesawat dalam kondisi tropis.
- KNIL membentuk sebuah angkatan udara.
- Nias sepenuhnya dikuasai Belanda.
- Pasukan pendudukan KNIL di Bali ditarik mundur dan digantikan oleh unit polisi biasa.
- Insulinde berdiri, didukung oleh Dr. Tjipto Mangunkusumo, yang telah kembali dari pengasingan.
- 1915
- Haji Agus Salim masuk Sarekat Islam, memperkenalkan modernisasi Islam.
- Tri Koro Dharma terbentuk sebagai sebuah organisasi pemuda dari Budi Utomo (Berganti nama menjadi Jong Java pada 1918).
- Soedirman lahir.
- Britania dan Belanda menandatangani perjanjian perbaikan perbatasan antara Borneo Utara (Sabah) dan Hindia Belanda.
- 1916
- Delegasi anggota dari Budi Utomo, Sarekat Islam, dan organisasi-organisasi lain mengunjungi Belanda
- Pemerintah Hindia Belanda membentuk "Politiek Inlichtingen Dienst", sebuah pasukan polisi khusus untuk menyelidiki kejahatan politik (kemudian berganti nama menjadi "Algemene Recherche").
- J.P. Count van Limburg Stirum menjadi Gubernur-Jenderal hingga 1921.
- Soekarno muda bersekolah di Surabaya, tinggal di rumah Tjokroaminoto.
- Juni, Sarekat Islam menyelenggarakan pertemuan di Bandung; beberapa anggota dan kelompok Jawa tradisional tidak suka dengan modernisasi.
- Mangkunegara VII mengambil alih tempat tinggalnya di Surakarta.
- Desember, Dewan Negara (Parlemen) di Belanda meloloskan RUU untuk pembentukan sebuah Koloniale Raad (kemudian dikenal dengan Volksraad) untuk Hindia Belanda.
- 1917
- Jong Sumatranen Bond berdiri di Jakarta
- Sarekat Islam mulai mengambil posisi lebih anti-pemerintah.
- Kelompok sayap kiri dari Semarang berkumpul di Sarekat Islam dibawah Semaun; Tjokroaminoto tidak melarang mereka.
- Belanda mempertimbangkan milisi Indonesian untuk dinas militer; anggota sayap kiri di Sarekat Islam menentang.
- Aisyiyah, organisasi perempuan Muhammadiyah berdiri.
- Fasilitas pelabuhan modern dibangun di Surabaya.
- Ki Hajar Dewantara kembali dari pembuangan.
- 1918
- 18 Mei Volksraad berapat untuk pertama kalinya. 39% dari anggota-anggotanya adalah orang Indonesia. Anggota-anggotanya dipilih oleh dewan-dewan setempat dari kabupaten. Kebanyakan anggotanya adalah pegawai pemerintah atau bupati. Volksraad terdiri dari satu kamar, dan berfungsi sebagai dewan penasihat saja.
- Gubernur Jenderal van Limburg Stirum mengangkat Tjokroaminoto menjadi anggota Volksraad. Dr. Tjipto Mangunkusumo juga ditempatkan di sana.
- ISDV mulai membentuk soviet-soviet (dewan-dewan) di Surabaya.
- "Sarekat Islam B", cabang revolusioner rahasia, mulai terbentuk. Anggotanya termasuk Musso (dan kemungkinan juga Tjokroaminoto).
- Sarekat Sumatra didirikan.
- Wabah cacar melanda Jawa, Sumatra dan Kalimantan.
- Organisasi Jong Minahasa didirikan.
- Pemerintah Hindia Belanda mulai menindas ‘’soviet-soviet’’ ISDV, mengusir anggota-anggota Belanda dari gerakan komunis.
- "Janji November": pemerintah Belanda mengatakan bahwa Indonesia akan memiliki pemerintahan sendiri di masa depan yang belum ditetapkan.
- 14 November anggota-anggota orang Indonesia di Volksraad mengecam Pemerintah Hindia Belanda karena lebih mengutamakan kepentingan-kepentingan orang Eropa.
- Pemerintah Hindia Belanda membuang Sneevliet.
- Douwes Dekker kembali dari pembuangan.
- 1919
- Mei-Juni Penembakan di Garut; seorang pejabat Belanda di Toli-toli, Sulawesi dibunuh. Belanda menggunakan penembakan ini sebagai alasan untuk menindas Sarekat Islam Seksi B.
- Indo-Europees Verbond didirikan untuk memajukan kepentingan-kepentingan "orang-orang Indo", sementara pada saat yang sama juga mendukung Belanda.
- Haji Misbach mengajarkan "Komunisme Islam" di Surakarta
- Desember Sarekat Islam mengklaim mempunyai 2 juta anggota; menyelenggarakan kongres di Yogyakarta.
- KLM membuka pelayanan udara jarak jauh dari Amsterdam ke Batavia.
- 1920
- 27 Mei ISDV mengganti namanya menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (belakangan PKI).
- PKH menerbitkan tulisan-tulisan Lenin.
- Technische Hoogeschool didirikan di Bandung (sekarang ITB: Institut Teknologi Bandung).
- Sarekat Ambon didirikan.
- Konflik antara kaum Komunis dan Sarekat Islam berkembang.
- 25 Desember PKH bergabung dengan Komunis Internasional.
1921-1930
- 1921
- Juni, Jong Java mengadakan kongres di Bandung; Soekarno berbicara di kongres untuk menganjurkan pembaruan bahasa.
- Fock menjadi Gubernur-Jenderal Hindia Belanda hingga 1926.
- Timorsch Verbond didirikan.
- Agustus, Tjokroaminoto ditangkap.
- Oktober, Kongres Nasional ke-6 Sarekat Islam melarang anggota-anggota SI merangkap sebagai anggota partai-partai lain, termasuk PKI.
- Banyak cabang Sarekat Islam terpecah menjadi (SI-Merah) yang mengikuti Semaun dan (SI-Putih) yang mengikuti Tjokroaminoto.
- Semaun berangkat ke Uni Soviet.
- Tan Malaka berusaha memulihkan perpecahan dalam Sarekat Islam.
- PKI menolak Tjokroaminoto.
- Sukarno muda mulai belajar di Technische Hoogeschool di Bandung.
- Soeharto dilahirkan.
- Hamengkubuwono VIII menjadi Sultan Yogyakarta.
- Desember, Tan Malaka menjadi ketua PKI.
- 1922
- Perhimpunan Mahasiswa Indonesia didirikan di Belanda. Anggotanya antara lain Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Sutomo, Ali Sastroamidjojo, dan banyak lagi lainnya yang kelak memainkan peranan penting dalam perjuangan kemerdekaan (dan dalam pemerintahan Republik Indonesia pada tahun 1950-an).
- Maret, Tan Malaka dibuang dari Hindia Belanda.
- April, Tjokroaminoto dibebaskan dari tahanan sambil menunggu bandingnya.
- Ki Hadjar Dewantoro mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta, sebuah sekolah mandiri tanpa dukungan pemerintah untuk mengembangkan kesenian Jawa maupun pendidikan modern (anti-modernis); menciptakan istilah "demokrasi terpimpin".
- Indische Vereeniging di Belanda mengganti namanya menjadi Perhimpunan Indonesia. Anggotanya antara lain Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir; Tan Malaka dan Semaun berbicara dalam pertemuan-pertemuannya.
- Semaun kembali dari Belanda.
- Marah Roesli menerbitkan novel "Sitti Noerbaja"
- Pemogokan berlanjut.
- Kongres Al-Islam diadakan di Cirebon; perdebatan hangat pecah antara pandangan-anggota yang "modernis" dan "tradisionalis" tentang Islam.
- Pelgrimsordonnantie disetujui; mulailah kontrol pemerintah terhadap perjalanan calon haji.
- Fasilitas pelabuhan modern dibuka di Belawan untuk melayani Sumatra utara.
- 1923
- Februari, Partai Katolik didirikan.
- Pemogokan kereta api oleh VSTP yang dipimpin pihak Komunis, Semaun sebagai pemimpinnya ditangkap dan dibuang; banyak serikat buruh yang kini didominasi Komunis.
- Februari, Tjokroaminoto menata kembali Sarekat Islam menjadi Partai Sarekat Islam yang baru. Para pendukung komunis meninggalkan organisasi ini, dan membawa serta banyak anggota bersama mereka; Cabang-cabang SI Merah menjadi Sarekat Rakyat.
- Tan Malaka ditunjuk sebagai agen Komintern untuk Asia Tenggara, dan berbasis di Guangdong, Tiongkok.
- 12 September Persatuan Islam (atau Persis), sebuah kelompok modernis garis keras, didirikan di Bandung. Mohammad Natsir yang masih muda adalah salah satu anggota pertamanya.
- Pasteur Institute dipindahkan dari Batavia ke Bandung.
- Wajib militer diberlakukan untuk semua warga negara Belanda di Hindia.
- 1924
- Perserikatan Komunis di Hindia mengganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia, memutuskan untuk mengadakan pemberontakan. Musso bergabung dengan PKI.
- "Sarekat Hijau" dibentuk oleh Belanda, anggota-anggotanya adalah pejabat-pejabat setempat, kaum kriminal, polisi, dll. yang pro-Belanda.
- Dr. Sutomo mendirikan Indonesia Study Club.
- Pelayanan pos udara pertama dari Batavia ke Amsterdam. Penerbangan memakan waktu hampir dua bulan.
- Biro Malaria Pusat didirikan untuk mengoordinasikan program-program pemberantasan malaria.
- 1925
- Konstitusi baru: Dewan Hindia menjadi lembaga penasihat, Volksraad mendapatkan kekuasaan legislative terbatas. Gubernur Jenderal dan birokrasi tidak terpengaruh. Orang-orang Tionghoa secara resmi didefinisikan sebagai "vreemde oosterlingen"
- Keanggotaan di Volksraad ditetapkan 60:30; 60 orang Belanda, 25 Indonesia, dan 5 anggota lainnya keturunan Arab atau Tionghoa.
- Pemogokan yang dipimpin oleh PKI gagal, Tan Malaka berada di Singapura.
- Sukarno mendirikan Generaal Study Club yang pro kemerdekaan di Bandung, menganjurkan kesatuan bangsa.
- 23 September Jong Islamieten Bond didirikan di Jakarta; anggota-anggotanya antara lain adalah Haji Agus Salim dan Mohammad Natsir.
- Tan Malaka mencetus bentuk negara Republik, lewat buku Naar de Republiek Indonesia
- Sensor film diberlakukan.
- Stasiun radio komersial pertama di Batavia.
- Desember, para pemimpin PKI mengadakan rapat di Prambanan untuk merencanakan pemberontakan terbuka.
- 1926
- Belanda menangkap lebih banyak anggota PKI; Musso pergi ke Singapura. PKI mendapatkan instruksi dari Moskwa untuk memulai sebuah revolusi, lalu membatalkan instruksi ini. Musso merahasiakan instruksi yang kedua (instruksi untuk tidak memberontak).
- 31 Januari Komite para ulama Islam berkumpul di Surabaya untuk mengirim sebuah delegasi ke Arab Saudi untuk memprotes syarat-syarat untuk para jemaah haji Indonesia. (Komite ini kelak menjadi benih Nahdlatul Ulama.)
- Kongres Pemoeda I diadakan di Kota Solo pada tanggal 30 April s/d 2 Mei 1926, dg ketua Mohammad Tabrani (Jong Java)
- 12 November PKI memberontak di Banten, Batavia, Bandung, Padang. PKI mengumumkan pembentukan sebuah republik. Pemberontakan ini dihancurkan oleh Belanda, yang menangkap sekitar 13.000 orang. Tan Malaka menentang pemberontakan.
- Sukarno mendapatkan gelar insinyur dalam bidang Arsitektur di Bandung.
- Sukarno menerbitkan serangkaian tulisan yang berjudul "Nasionalisme, Islam dan Marxisme", dan menyerukan kerja sama antara ketiga gerakan ini.
- De Graeff menjadi Gubernur Jenderal hingga 1931.
- 31 Desember Kyai Haji Hasjim Asjari mendirikan Nahdlatul Ulama, sebuah organisasi Muslim yang berkarya dalam bidang pendidikan, bantuan amal, dan bantuan ekonomi.
- 1927
- Januari, pemberontakan PKI di Silungkang, Sumatra Barat dihancurkan.
- Februari, Hatta dan lain-lainnya menghadiri pertemuan anti kolonial di Brussel bersama dengan banyak nasionalis lainnya dari Asia dan Afrika.
- 4 Juli Sukarno dan dr. Tjipto Mangunkusumo mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).
- September, Hatta, Ali Sastroamidjojo dan lain-lainnya dalam Perhimpunan Mahasiswa Indonesia ditangkap.
- Dr. Tjipto Mangunkusumo ditangkap dan dikirim ke pembuangan di Banda. Ia tinggal di pembuangan selama 11 tahun.
- Hindia Belanda membangun kamp penjara Boven Digul di Papua untuk menampung para tahanan politik.
- Kampanye anti narkotik: Hindia Belanda melarang penanaman koka dan hemp.
- Desember, Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), kelompok yang menaungi organisasi-organisasi nasionalis dibentuk di Bandung.
- Jahja Datoek Kajo orang pertama yang berpidato menggunakan bahasa Indonesia dalam sidang Volksraad
- 1928
- PNI mengganti namanya menjadi Partai Nasional Indonesia, menerima bendera Merah-Putih, Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, "Indonesia Raya" ciptaan W.R. Supratman sebagai lagu kebangsaan.
- Maret, Hatta dan pendukung-pendukungnya dibebaskan; pidato-pidato Hatta jelas-jelas anti Belanda.
- 28 Oktober, Kongres Pemuda II di Batavia menerima "sumpah pemuda": satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Kongres diketuai oleh Sugondo Djojopuspito (PPI)
- Muhammad Yamin menulis puisi "Indonesia tumpah darahku".
- KNILM didirikan sebagai perusahaan penerbangan resmi Hindia Belanda.
- Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) didirikan di Bukittinggi sebagai organisasi pendidikan untuk kaum Muslim Minangkabau yang tradisionalis .
- 1929
- Agustus, Pemerintah Hindia Belanda memperingatkan anggota-anggota PNI agar menghentikan aktivitas-aktivitas mereka.
- Orang-orang Indonesia mendapatkan kursi mayoritas di Volksraad, yang tetap merupakan sebuah lembaga penasihat.
- Belanda memulihkan para bekas penguasa Bali hingga menjadi penguasa setempat yang berkuasa di bawah wewenang Belanda, dalam sebuah upacara yang panjang di Besakih.
- 29 Desember Soekarno dan pengikut-pengikutnya ditangkap di Yogyakarta. Mereka dipenjarakan di Bandung.
- 1930
- Muhammad Husni Thamrin membentuk sebuah fraksi nasionalis di Volksraad; menuntut otonomi.
- Pemerintah Hindia Belanda memulai produksi pesawat ringat secara terbatas di lapangan terbang Andir di Bandung (model AVRO-AL), dengan menggunakan sebuah rancangan Kanada dan kayu-kayu setempat.
- Juni, Pangeran Surjodiningrat mendirikan Pakempalan Kawula Ngayogyakarta sebagai sebuah organisasi kebudayaan untuk penduduk Yogyakarta, yang menjadi sangat popular.
- 18 Agustus Sukarno diadili di Bandung. Ia menyampaikan pidato-pidato yang membangkitkan semangat di pengadilan.
- Jepang mendirikan Borneo Oil Company.
- Gunung Merapi meletus dan membunuh 1300 orang.
- Jamiyatul Washliyah didirikan dengan partisipasi yang besar dari orang-orang Batak Karo.
- 22 Desember Sukarno dihukum empat tahun penjara karena kegiatan-kegiatan nasionalisnya.
- PNI dibubarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.
931-1940
- 1931
- Perhimpunan Indonesia dikuasai oleh kaum komunis; Sjahrir dan Hatta dipecat.
- 25 April PNI memutuskan untuk membuarkan dirinya. Partai Indonesia atau Partindo dibentuk sebagai gantinya empat hari kemudian. Beberapa anggota PNI, termasuk Hatta, kecewa.
- Desember, Sjahrir mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia bersama Hatta ("PNI-Baru").
- Sukarno dibebaskan oleh de Graeff.
- Raja Bone dipulihkan kekuasaannya oleh Belanda untuk memerintah dengan pemerintahan mandiri setempat.
- De Jonge menjadi Gubernur Jenderal hingga 1936.
- Pemerintah Hindia Belanda memperketat sensor pers.
- Ong Hok Liong mendirikan perusahaan rokok Bentoel.
- 31 Desember Sukarno dibebaskan lebih awal dari penjara di Bandung.
- 1932
- Sukarno bergabung dengan Partindo; minat terhadap Partindo meningkat.
- Agustus Hatta kembali dari Belanda.
- Mohammad Natsir, 24 tahun, bertanggung jawab atas sekolah-sekolah Persatuan Islam yang baru; ia menulis bahwa Islam harus menjadi dasar dari Indonesia yang baru.
- Belanda menuntut sekolah-sekolah independen untuk meminta izin operasi dari pemerintah; fraksi-fraksi di Volksraad bersatu menentang gagasan ini.
- 1933
- 5 Februari Pemberontakan para pelaut Belanda dan Indonesia di atas kapal Belanda “Zeven Provincien”. Pemberontakan ini disebabkan oleh ketidakpuasan karena gaji yang rendah, namun Pemerintah Hindia Belanda memandangnya sebagai suatu pemberontakan politik.
- Hindia Belanda menekan sekolah-sekolah independen dan para pemimpin politik di Minangkabau.
- Agustus, Sukarno, Hatta, Sjahrir ditangkap. Sukarno dibuang ke Ende di Flores tanpa pengadilan.
- Oost-Indische Leger diganti namanya menjadi KNIL (Koninklijk Nederlands-Indisch Leger).
- Pertemuan-pertemuan organisasi induk PPPKI dilarang.
- Sutan Takdir Alisjahbana menerbitkan majalah Pujangga Baru
- 1934
- Belanda mulai melakukan kebijakan proteksionis untuk menghalangi produk-produk Jepang yang lebih murah dan melindungi produk-produk Belanda yang lebih mahal.
- Belanda menekan PKN untuk meninggalkan kegiatan politiknya yang terbuka.
- Februari, Hatta dan Sjahrir ditangkap dan dikirim ke kamp tahanan Boven Digul di Papua.
- Belanda melarang kongres Partindo.
- Sayap pemuda Nahdlatul Ulama, Ansor, didirikan.
- Tjokroaminoto wafat.
- 1935
- Al-Ittihadiah (perhimpunan Islam modernis) didirikan di Medan.
- Nahdlatul Wathan, sebuah organisasi untuk pendidikan Islam, didirikan di Lombok.
- Nahdlatul Ulama mengeluarkan peraturan bahwa Hindia Belanda adalah sautu negara di mana Islam dapat dipraktikkan, dan harus dibela melawan Jepang.
- Desember, Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia bergabung untuk membentuk Partai Indonesia Raya (Parindra). Anggotanya antara lain adalah Thamrin dan dr. Sutomo; juga terdapat sejumlah anggota yang pro Jepang. Partai yang baru ini menyerukan kemerdekaan melalui kerja sama dengan Belanda.
- 1936
- Van Starkenborgh diangkat menjadi Gubernur Jenderal; jabatan ini dipegangnya hingga sekurang-kurangnya tahun 1945.
- Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke Banda.
- Juli, "Petisi Sutarjo" diterbitkan, menyerukan kemerdekaan untuk Indonesia dalam tempo 10 tahun.
- 29 September Volksraad memutuskan untuk mendukung petisi untuk otonomi Indonesia di dalam konstitusi Belanda.
- Becak menjadi sarana transportasi di Batavia.
- November, Partindo dibubarkan.
- Para geologiwan Belanda menemukan bukti kekayaan mineral — besi, tembaga, perak, dan emas — di Papua.
- 1937
- 24 Mei Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan. Anggotanya antara lain meliputi Yamin dan Amir Sjarifuddin. Sebagai sebuah organisasi Gerindo mendukung kemerdekaan, namun cenderung bekerja sama dengan Belanda dalam melawan Jepang.
- 21 September Majlis Islam A'laa Indonesia (MIAI) didirikan, sebuah organisasi payung untuk kerja sama antara Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persatuan Islam, dan kelompok-kelompok Islam lainnya.
- 17 Desember Kantor Berita Antara didirikan.
- 1938
- Sukarno, yang masih berada dalam penahanan Belanda, dipindahkan ke Bengkulu.
- Orang-orang luar pertama mencapai Lembah Baliem di Papua.
- Belanda mengadakan persidangan Tapanuli untuk mendukung para penguasa Batak setempat.
- Hindia Belanda melembagakan "hukum adat" di Minangkabau dan Banjarmasin.
- Moskwa menyuruh PKI untuk menghentikan aktivitas-aktivitas anti-Belanda.
- Persatuan Arab Indonesia terbentuk dari organisasi-organisasi Muslim Arab yang ada.
- 16 November Pemerintah Belanda menolak petisi otonomi 1936 untuk Indonesia.
- 1939
- Pakubuwono X dari Surakarta wafat, Pakubuwono XI adalah Susuhunan yang baru.
- Jepang menduduki Kepulauan Spratly.
- Mei, Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA didirikan oleh Muhammad Da'ud Beureu'eh untuk mengoordinasi kegiatan-kegiatan anti-Belanda di Aceh.
- Gabungan Politik Indonesia (GAPI), sebuah organisasi payung dari berbagai organisasi nasionalis, dibentuk. Thamrin adalah salah seorang penganjur utamanya.
- Kartosuwirjo dan pengikut-pengikutnya memisahkan diri dari Partai Sarekat Islam, dan membawa serta banyak pendukungnya di Jawa Barat.
- Desember GAPI mengorganisasi Kongres Rakyat Indonesia, sebuah pertemuan representatif yang besar di Batavia, yang mengajukan tuntutan untuk parlemen yang sepenuhnya terpilih untuk Hindia.
- 1940
- Februari, Belanda kembali menolak otonomi untuk Hindia Belanda.
- 13 Februari Jepang menolak perjanjian arbitrase dengan Belanda.
- 18 Maret Hamengkubuwono IX menjadi Sultan Yogyakarta.
- Mei, Belanda jatuh ke tangan Jerman, pemerintah Belanda melarikan diri ke London.
- 28 Juni Jepang mengatakan ingin merundingkan kembali perjanjian dagang dengan Belanda.
- Juli Barang ekspor Indonesia ke Jepang dihentikan.
- Agustus, Jepang menyatakan bahwa Perancis Indochina dan Hindia Belanda harus disatukan dengan sepenuh hati ke dalam "East Asia Co-Prosperity Sphere".
- 9 Agustus GAPI menghadirkan petisi yang lain tentang "melengkapi demokratisasi Indonesia".
- 23 Agustus Komisi untuk Studi Perubahan Konstitutional dibentuk untuk mempelajari permintaan GAPI. Thamrin dkk di Volksraad menarik proposal mereka untuk demokratisasi.
- September Tentara Jepang bergerak menuju Perancis Indochina.
- 12 September Pemerintah Hindia Belanda memulai pembicaraan perdagangan dengan delegasi Jepang di bawah pimpinan Kobayashi. Van Mook tidak mau bekerja sama dengan tuntutan Jepang untuk bahan bakar penerbangan.
- 26 Oktober Jepang dan Belanda mengeluarkan sebuah deklarasi bersama yang berisi Hindia Belanda tidak akan menjadi bagian dari "Co-Prosperity Sphere".
- 12 November Kuota atas penjualan minyak ke Jepang dari Hindia Belanda ditetapkan dalam perjanjian
MASA PENJAJAHAN JEPANG
Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Inggris. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang. Jepang membentuk persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Cosakai, dalam bahasa Jepang. Badan ini bertugas membentuk persiapan-persiapan pra-kemerdekaan dan membuat dasar negara dan digantikan oleh PPKI yg tugasnya menyiapkan kemerdekaan.
Latar belakang
Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe sebagai Perdana Menteri Jepang. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Jepang tidak menghendaki melawan beberapa negara sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941 mereka melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus, apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.
Admiral Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi perang yang sangat berani, yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi besar. Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk (pengangkut pesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal penjelajah ringan, 4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam serta 2.274 pesawat tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur, tanggal 7 Desember 1941, akan menyerang secara mendadak basis Armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor di kepulauan Hawaii. Sedangkan kekuatan kedua, sisa kekuatan Angkatan Laut yang mereka miliki, mendukung Angkatan Darat dalam Operasi Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura, yang akan dilanjutkan ke Jawa. Kekuatan yang dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11 Divisi Infantri yang didukung oleh 7 resimen tank serta 795 pesawat tempur. Seluruh operasi direncanakan selesai dalam 150 hari. Admiral Chuichi Nagumo memimpin armada yang ditugaskan menyerang Pearl Harbor.
Hari minggu pagi tanggal 7 Desember 1941, 360 pesawat terbang yang terdiri dari pembom pembawa torpedo serta sejumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua gelombang. Pengeboman Pearl Harbor ini berhasil menenggelamkan dua kapal perang besar serta merusak 6 kapal perang lain. Selain itu pemboman Jepang tesebut juga menghancurkan 180 pesawat tempur Amerika. Lebih dari 2.330 serdadu Amerika tewas dan lebih dari 1.140 lainnya luka-luka. Namun tiga kapal induk Amerika selamat, karena pada saat itu tidak berada di Pearl Harbor. Tanggal 8 Desember 1941, Kongres Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jepang.
Perang Pasifik ini berpengaruh besar terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di Asia Timur, termasuk Indonesia. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hndia-Belanda adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber minyak utama.
Organisasi yang diprakarsai oleh Jepang
- Pembela Tanah Air (Peta)
- Gakukotai (laskar pelajar)
- Heiho (barisan cadangan prajurit)
- Seinendan (barisan pemuda)
- Fujinkai (barisan wanita)
- Putera (Pusat Tenaga Rakyat)
- Jawa Hokokai
- Keibodan (barisan pembantu polisi)
- Jibakutai (pasukan berani mati)
- Kempetai (barisan polisi rahasia)
Sosial Budaya
Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Jepang
Sistem stratifikasi sosial pada zaman Jepang menempatkan golongan
bumiputera di atas golongan Eropa maupun golongan Timur Asing, kecuali
Jepang. Hal ini disebabkan oleh Jepang ingin yang mengambil hati rakyat
Indonesia untuk membantu mereka dalam perang Asia Timur Raya.
Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Industri Modern
Saat ini, industrialisasi modern tentu membawa dampak yang jauh lebih
luas daripada industrialisasi pada masa Kolonial Belanda. Di perkotaan,
terdapat pergeseran struktur pekerjaan dan angkatan kerja. Misalnya,
sekarang muncul jenis-jenis pekerjaan baru yang dahulu tidak ada, yaitu
jasa konsultan, advokasi, dan lembaga bantuan hokum. Angkatan kerja juga
mengalami pergeseran, terutama dalam hal gender. Dahulu, tenaga kerja
sangat dimonopoli kaum laki-laki. Namun saat ini, kaum perempuan telah
berperan di segala bidang pekerjaan.
Berdasarkan hal tersebut, penentuan kelas sosial tidak lagi hanya
ditentukan oleh aspek ekonomi semata, tetapi juga ditentukan oleh aspek
lain, seperti faktor kelangkaan dan profesionalitas seseorang. Hal ini
disebabkan oleh masyarakat industri yang memang sangat mengahrgai
kreativitas yang mampu memberi nilai tambah dalam pekerjaa. Akibatnya,
orang yang berpendidikan tinggi sangat dihargai oleh masyarakat
industri. Sebaliknya, orang yang berpendidikan rendah ditempatkan pada
strata bawah.
Perlawanan rakyat terhadap Jepang
- Peristiwa Cot Plieng, Aceh 10 November 1942
Pemberontakan dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di Cot Plieng Lhokseumawe.
Usaha Jepang untuk membujuk sang ulama tidak berhasil, sehingga Jepang
melakukan serangan mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang
melaksanakan salat Subuh. Dengan persenjataan sederhana/seadanya rakyat
berusaha menahan serangan dan berhasil memukul mundur pasukan Jepang
untuk kembali ke Lhokseumawe. Begitu juga dengan serangan kedua,
berhasil digagalkan oleh rakyat. Baru pada serangan terakhir (ketiga)
Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan (Teuku
Abdul Jalil) berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh, namun
akhirnya tertembak saat sedang salat.
- Peristiwa Singaparna
Perlawanan fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah Singaparna Jawa Barat di bawah pimpinan KH. Zainal Mustafa,
tahun 1943. Beliau menolak dengan tegas ajaran yang berbau Jepang,
khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei setiap pagi, yaitu memberi
penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke
arah matahari terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung perasaan
umat Islam Indonesia karena termasuk perbuatan syirik/menyekutukan
Tuhan. Selain itu beliaupun tidak tahan melihat penderitaan rakyat
akibat tanam paksa.
- Saat utusan Jepang akan menangkap, KH. Zainal Mustafa telah mempersiapkan para santrinya yang telah dibekali ilmu beladiri untuk mengepung dan mengeroyok tentara Jepang, yang akhirnya mundur ke Tasikmalaya.
- Jepang memutuskan untuk menggunakan kekerasan sebagai upaya untuk mengakhiri pembangkangan ulama tersebut. Pada tanggal 25 Februari 1944, terjadilah pertempuran sengit antara rakyat dengan pasukan Jepang setelah salat Jumat. Meskipun berbagai upaya perlawanan telah dilakukan, namun KH. Zainal Mustafa berhasil juga ditangkap dan dibawa ke Tasikmalaya kemudian dibawah ke Jakarta untuk menerima hukuman mati dan dimakamkan di Ancol.
- Peristiwa Indramayu, April 1944
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya
pemaksaan kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan
kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan
rakyat yang berkepanjangan.
- Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan di desa Karang Ampel, Sindang Kabupaten Indramayu.
- Pasukan Jepang sengaja bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah (Lohbener dan Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah mengetahi kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan.
- Pemberontakan Teuku Hamid
Teuku Hamid adalah seorang perwira Giyugun,
bersama dengan satu pleton pasukannya melarikan diri ke hutan untuk
melakukan perlawanan. Ini terjadi pada bulan November 1944.
- Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah. Kondisi tersebut memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhirnya dapat ditumpas.
- Di daerah Aceh lainnya timbul pula upaya perlawanan rakyat seperti di Kabupaten Berenaih yang dipimpin oleh kepala kampung dan dibantu oleh satu regu Giyugun (perwira tentara sukarela), namun semua berakhir dengan kondisi yang sama yakni berhasil ditumpas oleh kekuatan militer Jepang dengan sangat kejam.
- Pemberontakan Peta
- Perlawanan PETA di Blitar (29 Februari 1945)
Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi,
Syodanco Muradi, dan Dr. Ismail. Perlawanan ini disebabkan karena
persoalan pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho yang dilakukan secara
paksa dan di luar batas perikemanusiaan. Sebagai putera rakyat para
pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat. Di samping itu sikap para
pelatih militer Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit
Indonesia. Perlawanan PETA di Blitar merupakan perlawanan yang terbesar
di Jawa. Tetapi dengan tipu muslihat Jepang melalui Kolonel Katagiri
(Komandan pasukan Jepang), pasukan PETA berhasil ditipu dengan pura-pura
diajak berunding. Empat perwira PETA dihukum mati dan tiga lainnya
disiksa sampai mati. Sedangkan Syodanco Supriyadi berhasil meloloskan
diri.
Perlawanan ini dipimpin oleh Perwira Gyugun Teuku Hamid. Latar
belakang perlawanan ini karena sikap Jepang yang angkuh dan kejam
terhadap rakyat pada umumnya dan prajurit Indonesia pada khususnya.
- Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap (April 1945)
Perlawanan ini dipimpin oleh pemimpin regu (Bundanco) Kusaeri bersama
rekan-rekannya. Perlawanan yang direncanakan dimulai tanggal 21 April
1945 diketahui Jepang sehingga Kusaeri ditangkap pada tanggal 25 April
1945. Kusaeri divonis hukuman mati tetapi tidak terlaksana karena Jepang
terdesak oleh Sekutu.
- Perlawanan Pang Suma
Perlawanan Rakyat yg dipimpin oleh Pang Suma berkobar di Kalimantan Selatan. Pang Suma adalah pemimpin suku Dayak yg besar pengaruhnya dikalangan suku-suku di daerah Tayan dan Meliau. Perlawanan ini bersifat gerilya untuk mengganggu aktivitas Jepang di Kalimantan.
- Momentum perlawanan Pang Suma diawali dengan pemukulan seorang tenaga kerja Dayak oleh pengawas Jepang, satu di antara sekitar 130 pekerja pada sebuah perusahaan kayu Jepang. Kejadian ini kemudian memulai sebuah rangkaian perlawanan yang mencapai puncak dalam sebuah serangan balasan Dayak yang dikenal dengan Perang Majang Desa, dari April hingga Agustus 1944 di daerah Tayan-Meliau-Batang Tarang (Kab. Sanggau). Sekitar 600 pejuang kemerdekaan dibunuh oleh Jepang, termasuk Pang Suma.
- Perlawanan Koreri di Biak
Perlawanan ini dipimpin oleh L. Rumkorem, pimpinan Gerakan “Koreri”
yang berpusat di Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh penderitaan
rakyat yang diperlakukan sebagai budak belian, dipukuli, dan dianiaya.
Dalam perlawanan tersebut rakyat banyak jatuh korban, tetapi rakyat
melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang meninggalkan Pulau Biak.
- Perlawanan di Pulau Yapen Selatan
Perlawanan ini dipimpin oleh Nimrod. Ketika Sekutu sudah mendekat
maka memberi bantuan senjata kepada pejuang sehingga perlawanan semakin
seru. Nimrod dihukum pancung oleh Jepang untuk menakut-nakuti rakyat.
Tetapi rakyat tidak takut dan muncullah seorang pemimpin gerilya yakni
S. Papare.
- Perlawanan di Tanah Besar Papua
Perlawanan ini dipimpin oleh Simson. Dalam perlawanan rakyat di
Papua, terjadi hubungan kerja sama antara gerilyawan dengan pasukan
penyusup Sekutu sehingga rakyat mendapatkan modal senjata dari Sekutu.
- Gerakan bawah tanah
Sebenarnya bentuk perlawanan terhadap pemerintah Jepang yang
dilakukan rakyat Indonesia tidak hanya terbatas pada bentuk perlawanan
fisik saja tetapi Anda dapat pula melihat betnuk perlawanan lain/gerakan
bawah tanah seperti yang dilakukan oleh:
- Kelompok Sutan Syahrir di daerah Jakarta dan Jawa Barat dengan cara menyamar sebagai pedagang nanas di Sindanglaya.
- Kelompok Sukarni, Adam Malik dan Pandu Wiguna. Mereka berhasil menyusup sebagai pegawai kantor pusat propaganda Jepang Sendenbu (sekarang kantor berita Antara).
- Kelompok Syarif Thayeb, Eri Sudewo dan Chairul Saleh. Mereka adalah kelompok mahasiswa dan pelajar.
- Kelompok Mr. Achmad Subardjo, Sudiro dan Wikana. Mereka adalah kelompok gerakan Kaigun (AL) Jepang.
- Mereka yang tergabung dalam kelompok di bawah tanah, berusaha untuk mencari informasi dan peluang untuk bisa melihat kelemahan pasukan militer Jepang dan usaha mereka akan dapat Anda lihat hasilnya pada saat Jepang telah kalah dari Sekutu, kelompok pemudalah yang lebih cepat dapat informasi tersebut serta merekalah yang akhirnya mendesak golongan tua untuk secepatnya melakukn proklamasi.
- Demikianlah gambaran tentang aktifitas pergerakan Nasional yang dilakukan oleh kelompok organisasi maupun gerakan sosial pada masa pemerintah pendudukan Jepang, tentu Anda dapat memahami sebab-sebab kegagalan dan mengapa para tokoh pergerakan lebih memilih sikap kooperatif menghadapi pemerintahan militer Jepang yang sangat ganas/kejam.
Garis waktu
1941
- 6 Januari, Belanda menangkap Thamrin, Douwes Dekker dan beberapa tokoh nasionalis lain. Thamrin meninggal di tahanan lima hari kemudian. Douwes Dekker diasingkan ke Suriname.
- 11 Januari - Tim perundingan Jepang yang baru dan lebih agresif di bawah Yoshizawa tiba di Batavia.
- Februari - Tekanan Jepang yang kian meningkat terhadap pemerintah Hindia Belanda untuk "bergabung dengan Wilayah Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya" ditolak Van Mook.
- 14 Mei - Jepang mengirimkan sebuah ultimatum kepada pemerintah Hindia Belanda, menuntut agar pengaruh dan kehadiran Jepang dibiarkan di wilayah ini.
- 6 Juni - Perundingan antara Belanda dan Jepang gagal. Pemerintah Hindia Belanda menjawab bahwa tidak akan ada konsesi yang akan diberikan kepada Jepang, dan bahwa semua produk strategis (termasuk minyak dan karet) telah dikontrakkan untuk dikapalkan ke Inggris dan Amerika Serikat.
- 11 Juli - Volksraad membentuk sebuah milisi Indonesia.
- 25 Juli - Jepang mengumumkan pembentukan sebuah "protektorat" atas Indochina.
- 26 Juli - Semua asset Jepang di Hindia Belanda dibekukan.
- 30 Juli - Pemerintah Belanda di pembuangan menjanjikan untuk mengadakan konferensi tentang Indonesia setelah perang.
- 30 November - Angkatan Laut Belanda di Hindia mulai dimobilisasi.
- 5 Desember - Pemerintah Hindia Belanda mengirim permintaan kepada Australia untuk mengirimkan pasukannya ke Ambon dan Timor. Pesawat-pesawat Angkatan Udara Australia dan personilnya tiba pada 7 Desember.
- 8 Desember - Jepang menyerang Malaya, mendarat di ujung selatan Thailand dan utara Malaya. Jepang mulai menyerang Filipina. Belanda, di antara bangsa-bangsa lainnya, perang terhadap Jepang.
- 10 Desember - Kapal-kapal perang Inggris, Prince of Wales dan Repulse ditenggelamkan dalam perbedaan beberapa jam saja satu sama lain di lepas pantai Malaya.
- 16 Desember - Orang-orang Aceh yang anti Belanda mengadakan hubungan dengan pasukan-pasukan Jepang di Malaya.
- 17 Desember – Pasukan yang dipimpin oleh Australia mendarat di Timor Portugis. Diktator Portugal Salazar memprotes.
- 17 Desember - Jepang melakukan serangan udara atas Ternate.
- Jepang mendarat di Sarawak.
- 22 Desember – Pasukan invasi utama Jepang mendarat di Filipina.
- Hatta menulis sebuah artikel surat kabar yang menyerukan agar bangsa Indonesia melawan Jepang.
- 24 Desember - Jepang menyerang pasukan-pasukan Inggris di Kuching, Sarawak.
1942
Januari
- 2 Januari - Jepang merebut kota Manila.
- 3 Januari - Jepang merebut Sabah.
- 6 Januari - Jepang merebut Brunei.
- 6 Januari – Serangan udara Jepang pertama atas Ambon.
- 10 Januari - Jepang mulai menginvasi Indonesia di Kalimantan (Tarakan) dan Sulawesi (Manado).
- 11 Januari - Jepang merebut Tarakan.
- 12 Januari - Van Mook melakukan perjalanan darurat ke Amerika Serikat, meminta tambahan pasukan, dan agar Hindia Belanda tidak dilupakan dalam pertahanan Sekutu.
- 13 Januari - Jepang merebut Manado.
- 15 Januari - Jen. Wavell dari Inggris mengambil alih komando atas ABDACOM, komando gabungan Sekutu pertama (Australia, Inggris, Belanda, Amerika) di dalam perang.
- 16 Januari – Agen-agen Aceh kembali dari Malaya dengan janji-janji dukungan Jepang dalam melawan Belanda.
- 23 Januari - Jepang merebut Balikpapan meskipun terdapat serangan balasan dari Belanda dan A.S.
- 25 Januari - Jepang merebut Kendari di Sulawesi.
- 30 Januari - Jepang menyerang Ambon. Pasukan-pasukan KNIL dan Australia menghancurkan pasokan agar tidak jatuh ke tangan Jepang. Kota Ambon direbut dalam tempo 24 jam. Pertempuran berlanjut hingga 2 Februari. Sejumlah 90 persen pasukan pertahanan Australia menjadi korban, banyak di antaranya yang dibantai pada Februari setelah ditawan.Pasukan Inggris mengevakuasi Malaya dan lari ke Singapura.
Februari
- 1 Februari - Jepang merebut Pontianak.
- 3 Februari - Jepang mengebom Surabaya, memulai serangan udara terhadap sasaran-sasaran di Jawa.
- 4 Februari – Pertempuran Selat Makassar (pertempuran laut antara Kalimantan dan Sulawesi): Angkatan Udara dan Laut Jepang memaksa Sekutu untuk mundur hingga ke Cilacap. Jepang maju hingga ke Sulawesi.
- 6 Februari - Jepang mulai mengebom Palembang.
- 8 Februari - Jepang mulai melakukan serangan utama atas Singapura.
- 9 Februari - Jepang mengebom Batavia, Surabaya dan Malang.
- 10 Februari - Jepang merebut Makassar.
- 13 Februari - Jepang mendaratkan pasukan parasut di Palembang, merebut kota dan industri minyaknya yang berharga.
- 15 Februari - Singapura jatuh; 130.000 pasukan di bawah komando Inggris ditawan sebagai tawanan perang.
- 18 Februari - Van Mook, di Australia, memohon agar pasukan Sekutu melakukan serangan. Bali diduduki Jepang.
- 19 Februari – Pertempuran Selat Badung (pertempuran laut antara Bali dan Lombok): sebuah satuan kecil pasukan Jepang memukul mundur pasukan Belanda dan Australia. Jepang mendarat di Bali. Serangan udara pertama Jepang atas Darwin, Australia.
- 20 Februari - Jepang mendarat di Timor dan tanggal 24 Februari tentara Jepang telah menguasai Timor.
- 23 Februari – Revolusi melawan Belanda dimulai di Aceh dan Sumatra Utara, dengan dukungan Jepang.
- Belanda memindahkan Soekarno ke Padang; Soekarno lolos dalam kekacauan sementara Belanda melakukan evakuasi.
- Belanda mengevakuasi Sjahrir dan Hatta dari Banda lewat udara beberapa menit sebelum Jepang mulai mengebom pulau itu.
- Jepang mengklaim Timor; pasukan-pasukan Australia terus melakukan perang gerilya.
- 27 Februari
Pertempuran Laut Jawa: Dalam pertempuran di Laut Jawa
dekat Surabaya yang berlangsung selama tujuh jam, Angkatan Laut Sekutu
dihancurkan, kapal-kapal perusak Amerika lolos ke Australia. Sekutu
kehilangan lima kapal perangnya, sedangkan Jepang hanya menderita
kerusakan pada satu kapal perusaknya (Destroyer). Rear Admiral Karel
Willem Frederik Marie Doorman, Komandan Angkatan Laut India-Belanda,
yang baru dua hari sebelumnya, tanggal 25 Februari 1942 ditunjuk menjadi
Tactical Commander armada tentara Sekutu ABDACOM, tenggelam bersama
kapal perang utamanya (Flagship) De Ruyter.
Tanggal 28 Februari 1942, Tentara Angkatan Darat ke-16 di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mendarat di tiga tempat di Jawa. Pertama adalah pasukan Divisi ke-2 mendarat di Merak,Banten, kedua adalah Resimen ke-230 di Eretan Wetan, dekat Indramayu dan yang ketiga adalah Divisi ke-48 beserta Resimen ke-56 di Kragan. Ketiganya segera menggempur pertahanan tentara Belanda. Setelah merebut Pangkalan Udara Kalijati (sekarang Lanud Suryadarma),
Letnan Jenderal Imamura membuat markasnya di sana. Imamura memberikan
ultimatum kepada Belanda, bahwa apabila tidak menyerah, maka tentara
Jepang akan menghancurkan tentara Belanda.
Maret
Pada Maret 1942, pasukan-pasukan Sekutu di Jawa diberitahukan oleh
mata-mata bahwa suatu kekuatan Jepang sejumlah 250.000 sedang mendekati
Bandung, sementara kenyataannya kekuatannya hanya sepersepuluh jumlah
itu. Informasi yang keliru itu mungkin merupakan bagian dari alasan
mengapa Sekutu menyerah di Jawa.
Belanda sesungguhnya memindahkan kaum Komunis yang ditahan di
kamp-kamp penjara di Hindia Belanda, sebagian dari mereka sejak 1926, ke
penjara-penjara di Australia ketika Jepang tiba.
- 1 Maret - Pertempuran Selat Sunda: Pasukan invasi Jepang mendarat di Banten.
- Pasukan invasi Jepang mendarat di sebelah barat Surabaya.
- Serangan udara Jepang atas Medan.
- 5 Maret - Serangan udara Jepang di Cilacap. Jepang masuk ke Batavia.
- 7 Maret - Jepang merebut Cilacap.
- 7 Maret - Rangoon jatuh ke tangan Jepang.
- 8 Maret - Jepang merebut Surabaya.
- 9 Maret - Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang
Pada 9 Maret 1942, Gubernur Jenderal Jonkheer Tjarda van Starkenborgh
Stachouwer bersama Letnan Jenderal Hein ter Poorten, Panglima Tertinggi
Tentara India-Belanda datang ke Kalijati dan dimulai perundingan antara Pemerintah Hindia Belanda dengan pihak Tentara Jepang yang dipimpin langsung oleh Letnan Jenderal Imamura.
Imamura menyatakan, bahwa Belanda harus menandatangani pernyataan
menyerah tanpa syarat. Letnan Jenderal ter Poorten, mewakili Gubernur
Jenderal menanda-tangani pernyataan menyerah tanpa syarat. Dengan
demikian secara de facto dan de jure, seluruh wilayah
bekas Hindia-Belanda sejak itu berada di bawah kekuasaan dan
administrasi Jepang. Hari itu juga, tanggal 9 Maret Jenderal Hein ter
Poorten memerintahkan kepada seluruh tentara India Belanda untuk juga
menyerahkan diri kepada balatentara Kekaisaran Jepang.
Para penguasa yang lain, segera melarikan diri. Dr. Hubertus Johannes van Mook, Letnan Gubernur Jenderal untuk Hindia Belanda bagian timur, Dr. Charles Olke van der Plas, Gubernur Jawa Timur, melarikan diri ke Australia. Jenderal Ludolf Hendrik van Oyen, perwira Angkatan Udara Kerajaan Belanda melarikan diri dan meninggalkan isterinya di Bandung.
Tentara KNIL yang berjumlah sekitar 20.000 di Jawa yang tidak sempat
melarikan diri ke Australia ditangkap dan dipenjarakan oleh tentara
Jepang. Sedangkan orang-orang Eropa lain dan juga warganegara Amerika Serikat, diinternir. Banyak juga warga sipil tersebut yang dipulangkan kembali ke Eropa.
Secara resmi Jepang telah menguasai Indonesia sejak tanggal 8 Maret
1942, ketika Panglima Tertinggi Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa
syarat di Kalijati, Subang. Jepang tanpa banyak menemui perlawanan yang
berarti berhasil menduduki Indonesia. Bahkan, bangsa Indonesia
menyambut kedatangan balatentara Jepang dengan perasaan senang, perasaan
gembira dan disambut baik karena akan membebaskan bangsa Indonesia dari
belenggu penjajahan bangsa Belanda.
- 11 Maret - Perlawanan Aceh terlibat dalam pertempuran dengan Belanda yang sedang mengundurkan diri.
- 12 Maret - Jepang mendarat di Sabang. Operasi-operasi di Aceh selesai sekitar 15 Maret.
- 12 Maret - Jepang tiba di Medan.
- 18 Maret - Jepang merebut Padang.
- 28 Maret - Pasukan Belanda terakhir di Sumatra menyerah di Kutatjane, di selatan Aceh.
- Jepang melarang semua kegiatan politik dan semua organisasi yang ada. Volksraad dihapuskan. Bendera merah-putih dilarang.
- Angkatan Darat ke-16 Jepang menguasai Jawa; Angkatan Darat ke-25 di Sumatra (markas besar di Bukittinggi); Angkatan Laut menguasai Indonesia timur (markas besar di Makassar).
April
Pada April 1942, sekitar 200 tentara Sekutu yang telah melarikan diri ke bukit-bukit di Jawa Timur dan terus berperang, ditangkap oleh Jepang di bawah perintah Imamura. Mereka dikumpulkan dan dimasukkan ke kandang-kandang ternak dari bambu, dibawa dengan kereta-kereta api terbuka ke Surabaya, lalu dibawa ke laut dan dilemparkan ke ikan-ikan hiu, sementara masih berada di dalam kandang-kandang bambu itu. Imamura dinyatakan bersalah atas kekejaman ini oleh sebuah peradilan militer Australia setelah perang. - 7 April – Tiga orang pegawai Radio Hindia Belanda dihukum mati karena memainkan lagu kebangsaan Belanda pada 18 Maret, setelah menyerahnya Belanda.
- 7 April - Jepang merebut Ternate.
- Jepang mencoba untuk membentuk gerakan Tiga A; memulai kampanye propaganda.
-
- ABDACOM dibubarkan. Inggris dan Amerika membagi tanggung jawab perang: Inggris akan mencoba untuk merebut kembali Malaya dan Sumatra serta Burma. Sisanya di Pasifik dan Indonesia menjadi tanggung jawab AS (yang bekerja sama dengan Australia).
- 19 April - Jepang merebut Hollandia (kini Jayapura).
Mei
- 9 Mei - Jepang menduduki Lombok.
- 13 Mei - Jepang menduduki Sumbawa.
- 14 Mei - Jepang mendarat di Flores, pendudukan selesai pada 17 Mei.
- 16 Mei - Jepang menduduki Sumba.
Juni
- 17 Juni – Pemerintah Belanda di pengungsian di London membentuk dewan konsultatif untuk urusan-urusan Hindia Belanda.
Juli
Pilihan satu-satunya yang dimiliki Soekarno dan Hatta adalah
pura-pura bekerja sama dengan Jepang. Tujuan akhirnya, sudah tentu,
bukanlah untuk mendukung Jepang, melainkan untuk mendapatkan kemerdekaan
untuk Indonesia. Belakangan, Belanda yang kembali akan mencoba untuk
menuduh Soekarno sebagai kolaborator Jepang guna mendapatkan dukungan
Inggris dalam menghadapi republik Indonesia yang baru terbentuk.
Sjahrir
memimpin gerakan di bawah tanah dari rumah kakak perempuannya di
Cipanas, dekat Bogor. Informasi seringkali dan dengan diam-diam
dibagikan Soekarno, yang mendapatkannya dari lingkaran dalam Jepang, dan
Sjahrir.
- Satuan sisa-sisa tentara KNIL dikirim ke Kai, Aru dan Kepualuan Tanimbar.
- Jepang mengumpulkan Soekarno, Hatta, dan Sjahrir di Jakarta.
- Soekarno, Hatta, Sjahrir bertemu secara rahasia: Soekarno untuk mengumpulkan massa untuk kemerdekaan, Hatta untuk menangani hubungan-hubungan diplomatik, Sjahrir untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan bawah tanah.
- Soekarno menerima tawaran Jepang untuk menjadi pemimpin pemerintah Indonesia, tetapi bertanggung jawab kepada militer Jepang.
- 30 Juli - Jepang menduduki Kep. Kai dan Aru, setelah sejumlah perlawanan di Kai.
- 31 Juli - Jepang merebut Kep. Tanimbar sejumlah perlawanan oleh KNIL dan detasemen-detasemen Australia di Saumlaki.
Agustus, September, Oktober
- 29 Agustus - Jepang mulai memindahkan sejumlah pasukan dari Sumatra dan Jawa ke Kep. Solomon.
- September, orang-orang Muslim Indonesia menolak untuk memberi hormat kepada Kaisar Jepang di Tokyo. Peristiwa di Sukamanah, Singaparna Tasikmalaya-Jawa Barat bukti nyata penolakan tersebut. Haji Zaenal Mustafa mengangkat senjata kepada Jepang walaupun kemudian berhasil ditumpas dan beliau dihukum mati di Ancol. Sebagai penghormatan, nama Haji Zaenal Mustafa menjadi nama jalan terpenting di Tasikmalaya.
- Oktober, Kemajuan militer Jepang di Pasifik terhenti; para komandan Jepang disuruh mengembangkan sentimen-sentimen pro-Jepang di wilayah-wilayah pendudukan.
- 16 Oktober – Tentara ke-16 Jepang mengirimkan pasukan-pasukan pengawal ke Lombok, Sumba dan Timor.
Pada mulanya, propaganda Jepang kedengaran seperti perbaikan
dibandingkan dengan pemerintahan Belanda. Setelah itu, pasukan-pasukan
Jepang mulai mencuri makanan dan menangkapi orang untuk dijadikan
pekerja paksa, sehngga pandangan bangsa Indonesia terhadap mereka mulai
berbalik.
Militer Jepang membuat tiga kesalahan besar terhadap bangsa Indonesia:
- kerja paksa: banyak laki-laki Indonesia diambil dari tengah keluarga mereka dan dikirim hingga ke Burma untuk melakukan pekerjaan pembangunan dan banyak pekerjaan berat lainnya dalam kondisi-kondisi yang sangat buruk. Ribuan orang mati atau hilang.
- pengambilan paksa: tentara-tentara Jepang dengan paksa mengambil makanan, pakaian dan berbagai pasokan lainnya dari keluarga-keluarga Indonesia, tanpa memberikan ganti rugi. Hal ini menyebabkan kelaparan dan penderitaan semasa perang.
- perbudakan paksa terhadap perempuan: banyak perempuan Indonesia yang dijadikan "wanita penghibur " bagi tentara-tentara Jepang.
Selain itu, Jepang menahan banyak warga sipil Belanda di kamp-kamp
tahanan dalam kondisi-kondisi yang sangat buruk, dan memperlakukan
tahanan perang militer di Indonesia dalam keadaan yang buruk pula.
Namun, kejahatan-kejahatan perang di -- yang sangat serius -- pada kenyataannya tidak seburuk dengan apa yang dilakukan di Tiongkok atau Korea
pada masa yang sama. Sejumlah komandan, seperti misalnya Jen. Imamura
di Jawa, secara terbuka dikritik di koran-koran Jepang karena terlalu
"lunak". Bahkan ada sejumlah perwira Jepang yang bersimpati dengan
gagasan kemerdekaan Indonesia, dan yang bahkan memberikan dukungan
mereka kepada tokoh-tokoh dan organisasi politik Indonesia, hingga
kepada Soekarno sendiri.
November, Desember
- November, Pemberontakan di Aceh diredam oleh Jepang.
- Jenderal Imamura digantikan oleh Jenderal Harada.
- 7 Desember - Ratu Wilhelmina dari kerajaan Belanda, di pengasingan berpidato menjanjikan perbaikan hubungan kembali dengan jajahan setelah perang selesai.
- 27 Desember - Jepang membuka kamp interniran pertama untuk perempuan Belanda di Ambarawa.
1943
- Januari, Jepang menangkap Amir Sjarifuddin untuk mematahkan gerakan perlawanannya. Sjarifuddin dijatuhi hukuman mati, tetapi Soekarno mengintervensi dan membelanya atas nama pribadi. Kasus Amir Sjarifuddin ini cukup unik. Ia seorang komunis namun menerima dana dari pemerintah Belanda untuk mendukung gerakan perlawanan terhadap Jepang.
- 9 Februari - Jepang mengirim tambahan pasukan ke Tanimbar, Kepulauan Kai dan Irian Barat.
- 10 Februari - Gerilyawan Australia ditarik dari Timor Portugis setelah setahun berperang di dalam hutan.
- 9 Maret - Jepang membentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat), sebuah sayap organisasi politik. Soekarno menjadi ketuanya, Hatta dan Ki Hadjar Dewantara salah satu anggotanya.
- Jepang membentuk sayap militer lokal, disebut Heiho untuk menjadi unit reguler Jepang. Tentara Heiho dari Indonesia adalah kombinasi antara sukarelawan dan milisi. Tentara Jepang membedakan perlakuan terhadap Heiho dan tentara Jepang.
- Juli, Jepang menangkap sekitar 1000 pejuang di Kalimantan Selatan
- 7 Juli - Perdana Menteri Jepang Tojo menjanjikan pemerintahan otonomi terbatas bagi Indonesia dalam pidatonya di Gambir.
- 13 Agustus - Amerika melancarkan serangan bom dari Australi terhadap Balikpapan.
- Jepang mulai mengambil alih perkebunan gula untuk menguasai produksi gula. Para manajer Eropa dikirim kamp interniran. Di sekitar waktu ini, banyak Gereja Kristen Protestan didirikan oleh orang Indonesia setelah pendeta dan misionaris Belanda dikirim ke kamp interniran Jepang.
- September, pemberontakan melawan Jepang berhasil ditumpas di Kalimantan Selatan dan Barat.
- 8 September - Perintah dari Markas Besar Militer Jepang di Saigon untuk membentuk "Giyugun" (angkatan bersenjata lokal) di sepanjang Asia Tenggara. Pada akhir peperangan, sekitar dua juta orang Indonesia telah direkrut untuk menjadi Giyugun atau menjadi Heiho. Jepang merasa perlu merekrut orang lokal untuk pertahanan, karena tentara Jepang terus ditarik untuk perang dengan Sekutu di Pasifik.
- 3 Oktober - Jepang membentuk Giyugun di Sumatra dan Jawa. Pasukan di Jawa disebut PETA (Pembela Tanah Air). Banyak tokoh yang tergabung dalam PETA, termasuk Soedirman dan Soeharto. Aktivis kemerdekaan menganggap pelatihan militer tidak begitu mendukung kekuatan Jepang dibanding persiapan untuk kemungkinan kemerdekaan. Pada pertengahan 1945, ada 120.000 pejuang tergabung dalam PETA. Kelompok ini yang kemudian akan membentuk inti Angkatan Bersenjata Indonesia.
- 24 Oktober, payung organisasi MIAI berganti nama menjadi Masyumi (Majelis Syurah Muslimin Indonesia).
- Jepang mulai melancarkan kerja paksa terhadap penduduk desa (romusha), ribuan orang mati dan hilang. Jepang mulai menjarah beras.
- Brigade Angkatan Laut Belanda di pengasingan mulai pelatihan pada Camp Lejeune, North Carolina, dengan tujuan akhir merebut kembali Hindia Belanda.
- 3 November - Hatta berpidato menghimbau orang Indonesia untuk bergabung dengan PETA.
- 10 November - Soekarno, Hatta, dan Kyai Bagus Hadikusumo berangkat ke Tokyo untuk bertemu dengan Kaisar Jepang. Ini adalah pertama kali Soekarno bepergian ke luar negeri.
- Desember, Barisan Hizbullah dibentuk oleh Jepang, sebuah angkatan perang pemuda Muslim yang berhubungan dengan Masyumi.
1944
- Januari, Putera digantikan oleh Jawa Hokokai. Soekarno menjadi pemimpinnya.
- 19 April - Sekutu menjatuhkan bom di Sabang, Aceh.
- 22 April - Sekutu menguasai Hollandia (sekarang Jayapura).
- 9 Mei - Komandan Jepang memutuskan meninggalkan Irian Barat.
- 17 Mei - Serangan udara Sekutu di Surabaya.
- 21 Mei - Tentara Amerika mendarat di Biak.
- 4 Juni - Jepang melancarkan serangan balik ke Biak.
- Agustus, Barisan Pelopor yang dibentuk oleh sayap pemuda Jawa Hokokai (setelah kemerdekaan berganti nama menjadi Barisan Benteng).
- 11 Agustus - Serangan udara Sekutu di Palembang.
- 28 Agustus - Ambon luluh lantak akibat serangan udara Sekutu.
- 8 September - Jenderal Koiso menjanjikan Indonesia akan merdeka dalam waktu yang tidak lama lagi.
- 8 September - tentara Amerika berhasil mengusir Jepang dari Biak.
- 15 September - Sekutu mendarat di Morotai. Otoritas Jepang mulai mengorganisir dewan regional (dengan kekuasaan sebagai penasehat saja).
- Oktober, tentara Australia mulai melancarkan serangan bom ke Balikpapan. Jepang mengorganisir sebuah Dewan Penasehat Pusat, serupa dengan Volksraad, namun tanpa kekuasaan legislatif.
- November, Gubernur Militer Kumashaki Harada digantikan oleh Shigeichi Yamamoto. Pakubuwono XII menjadi Susuhunan Surakarta
1945
Januari-April
- 14 Februari - tentara Peta di Blitar menyerang gudang senjata Jepang.
- 1 Maret - Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), sebuah komite untuk mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia, diumumkan pembentukannya oleh Jepang. Anggota-anggotanya antara lain Soekarno, Hatta, Wahid Hasyim, dll. Pemimpinnya adalah Dr. Radjiman Wedyodiningrat.
- April, Laksamana Maeda, pimpinan intelijen Angkatan Laut di Indonesia, mendukung perjalanan pidato keliling Soekarno dan Hatta ke Makassar.
- 30 April - Tentara Australia dan Belanda mendarat di Tarakan.
Mei
- 3 Mei - Gerilyawan Aceh menyerang pos Jepang di Pandrah, berhasil membunuh seluruh tentara Jepang.
- 29 Mei - Diselenggarakan sidang pertama BPUPKI yang berlangsung sampai 1 Juni. Soepomo berpidato tentang integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan. Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Timor Portugis, dan seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang. Yamin juga menyarankan bahwa Indonesia baru harus mengabaikan hukum internasional dan mendeklarasikan semua area samudra antara pulau-pulau sebagai perairan teritorial. Kontroversi terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai aturan Islam dalam Indonesia yang baru.
Juni
- Maeda mendukung perjalanan Soekarno dan Hatta ke Bali dan Banjarmasin untuk berpidato.
- 1 Juni - Soekarno menjelaskan tentang doktrin "Pancasila" di depan BPUPKI.
- 10 Juni - Tentara Australia mendarat di Brunei, tentara Belanda mendarat di Sumatra Utara.
- 22 Juni - Sebuah komisi khusus dipimpin Soekarno dibentuk untuk memecahkan perselisihan atas peran Islam dalam Republik yang baru, dan setuju dengan menghadiahkan bahasa kompromi, yang kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta. Bahasa kompromi ini menyebutkan bahwa hanya yang beragama Islam yang diwajibkan untuk mengikuti Hukum Islam.
- 24 Juni - Tentara Sekutu mendarat di Halmahera.
Juli
- Militer Jepang mengadakan pertemuan di Singapura. Merencanakan pengalihan kekuasaan Indonesia kepada pimpinan pejuang kemerdekaan Indonesia.
- 1 Juli - Tentara Australia menguasai Balikpapan, pesawat Amerika menjatuhkan bom di Watampone.
- 8 Juli - Sekolah Tinggi Islam didirikan di Jakarta (Sekarang Menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) yang berpusat di Yogyakarta seiring perpindahan ibukota Indonesia ke Yogyakarta saat Agresi Militer Belanda ke II)
- 10 Juli-17 Juli - Diselenggarakan sidang kedua BPUPKI untuk membicarakan rancangan undang-undang dasar untuk Indonesia. Hatta melakukan kritik terhadap pernyataan Yamin, dan menyarankan Irian Barat sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam Indonesia. Soekarno mendukung Yamin. Haji Agus Salim menyarankan agar rakyat yang berada di bawah bekas kekuasaan Inggris dan Portugis dapat memilih apakan akan bergabung dengan Indonesia atau tidak. Mayoritas anggota memilih bahwa Indonesia harus memasukkan Malaya, Sarawak, Sabah dan Timor Portugis, seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.
- 11 Juli - Amerika melancarkan serangan udara di Sabang.
Periode menjelang Kemerdekaan RI
Pada 6 Agustus 1945, 2 bom atom dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat.
Ini menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya.
Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya.
7 Agustus - BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi.
Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi
Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio pada tanggal 10 Agustus 1945,
bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah
bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk
kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Saat Soekarno, Hatta
dan Radjiman kembali ke tanah air pada tanggal 14 Agustus 1945,
Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan.
Namun Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan
proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah
yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia
belum siap.
15 Agustus - Jepang menyerah kepada Sekutu.
Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena
Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke
tangan Belanda.
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945 mereka menculik Soekarno dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.
Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah
dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Jenderal Moichiro Yamamoto dan bermalam di kediaman Laksamana Muda Maeda Tadashi.
Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa
ini, Soekarno dan Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada
Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.
Mengetahui bahwa proklamasi tanpa pertumbahan darah telah tidak mungkin lagi, Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya malam itu juga rapat dan menyiapkan teks Proklamasi yang kemudian dibacakan pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945.
Tentara Pembela Tanah Air,
kelompok muda radikal, dan rakyat Jakarta mengorganisasi pertahanan di
kediaman Soekarno. Selebaran kemudian dibagi-bagikan berisi tentang
pengumuman proklamasi kemerdekaan. Adam Malik juga mengirim pesan
singkat pengumuman Proklamasi ke luar negeri.
PERISTIWA RENGASDENGKLOK
14 Agustus 1945, Pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada pihak
sekutu. Berita ini diketahui oleh kalangan pemuda bangsa Indonesia di
Bandung, 15 Agustus 1945 melalui berita siaran radio BBC (British
Broadcasting Corporation) London.
15 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta beru kembali ke tanah air memenuhi panggilan Panglima Mandala Asia Tenggara, Marsekal Terauchi di Saigon, Vietnam.
Dari sinilah, terjadi pro dan kontra tentang proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Golongan muda ingin cepat-cepat dilaksanakannya proklamasi kemerdekaan Indonesia karena hal ini merupakan hak dan masalah rakyat Indonesia sendiri tanpa bergantung pada negara atau bangsa yang lain.
Sedangkan golongan tua menginginkan bahwa kemerdekaan Indonesia harus dilakukan secara teroganisir. Misalnya dengan pernyataan dari bangsa-bangsa lain dengan melampirkan tanda tangan, dan sebagainya.
perbedaan pendapat ini membuat para golongan muda untuk membawa Soekarno-Hatta (golongan tua) ke Rengasdengklok, tempat yang jauh dari jalan raya utama Jakarta-Cirebon tanggal 16 Agustus 1945. Hal ini dilakukan agar mereka jauh dari pengaruh pemerintah pendudukan Jepang.
Saat itu di Jakarta terjadi perundingan antara Ahmad Subardjo (wakil golongan tua) dengan Wikan (wakil golongan muda) dan tercapai kesepakatan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta.
Akhirnya Soekarno-Hatta dijemput dari Rengasdengklok ke rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 yang sekarang menjadi Perpustakaan Nasional, Depdiknas.
Naskah proklamasi dirumuskan oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Ahmad Subardjo. Banyak pertimbangan sebelum tercapainya kata sepakat mengenai kepastian isi dan redaksi naskah teks proklamasi. Selanjutnya Sayuti Melik yang mengetik sesuai dengan naskah yang telah mengalami perubahan yang telah disepakati. Penyusunan teks berlangsung hingga dini hari tanggal 17 Agustus 1945.
15 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta beru kembali ke tanah air memenuhi panggilan Panglima Mandala Asia Tenggara, Marsekal Terauchi di Saigon, Vietnam.
Dari sinilah, terjadi pro dan kontra tentang proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Golongan muda ingin cepat-cepat dilaksanakannya proklamasi kemerdekaan Indonesia karena hal ini merupakan hak dan masalah rakyat Indonesia sendiri tanpa bergantung pada negara atau bangsa yang lain.
Sedangkan golongan tua menginginkan bahwa kemerdekaan Indonesia harus dilakukan secara teroganisir. Misalnya dengan pernyataan dari bangsa-bangsa lain dengan melampirkan tanda tangan, dan sebagainya.
perbedaan pendapat ini membuat para golongan muda untuk membawa Soekarno-Hatta (golongan tua) ke Rengasdengklok, tempat yang jauh dari jalan raya utama Jakarta-Cirebon tanggal 16 Agustus 1945. Hal ini dilakukan agar mereka jauh dari pengaruh pemerintah pendudukan Jepang.
Saat itu di Jakarta terjadi perundingan antara Ahmad Subardjo (wakil golongan tua) dengan Wikan (wakil golongan muda) dan tercapai kesepakatan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta.
Akhirnya Soekarno-Hatta dijemput dari Rengasdengklok ke rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 yang sekarang menjadi Perpustakaan Nasional, Depdiknas.
Naskah proklamasi dirumuskan oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Ahmad Subardjo. Banyak pertimbangan sebelum tercapainya kata sepakat mengenai kepastian isi dan redaksi naskah teks proklamasi. Selanjutnya Sayuti Melik yang mengetik sesuai dengan naskah yang telah mengalami perubahan yang telah disepakati. Penyusunan teks berlangsung hingga dini hari tanggal 17 Agustus 1945.
Pasca-Kemerdekaan
18 Agustus
- PPKI membentuk sebuah pemerintahan sementara dengan Soekarno sebagai
Presiden dan Hatta sebagai Wakil Presiden. Piagam Jakarta yang
memasukkan kata "Islam" di dalam sila Pancasila, dihilangkan dari
mukadimah konstitusi yang baru.
Republik Indonesia yang baru lahir ini terdiri 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil.
Pada 22 Agustus
Jepang mengumumkan mereka menyerah di depan umum di Jakarta. Jepang
melucuti senjata mereka dan membubarkan PETA Dan Heiho. Banyak anggota
kelompok ini yang belum mendengar tentang kemerdekaan.
23 Agustus - Soekarno mengirimkan pesan radio pertama ke seluruh negeri Indonesia. Badan Keamanan Rakyat,
angkatan bersenjata Indonesia yang pertama mulai dibentuk dari bekas
anggota PETA dan Heiho. Beberapa hari sebelumnya, beberapa batalion PETA
telah diberitahu untuk membubarkan diri.
29 Agustus - Rancangan konstitusi bentukan PPKI yang telah diumumkan pada 18 Agustus, ditetapkan sebagai UUD 45. Soekarno dan Hatta secara resmi diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden. PPKI kemudian berubah nama menjadi KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat). KNIP ini adalah lembaga sementara yang bertugas sampai pemilu dilaksanakan. Pemerintahan Republik Indonesia yang baru, Kabinet Presidensial, mulai bertugas pada 31 Agustus.
Sekutu
Sesuai dengan perjanjian Wina pada tahun 1942, bahwa negara-negara sekutu
bersepakat untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang kini diduduki
Jepang pada pemilik koloninya masing-masing bila Jepang berhasil diusir
dari daerah pendudukannya.
Menurut Sekutu sebagai pihak yang memenangkan Perang Dunia II, Lord Mountbatten
sebagai Komandan Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara adalah orang yang
diserahi tanggung jawab kekuasaan atas Sumatra dan Jawa. Tentara
Australia diberi tanggung jawab terhadap Kalimantan dan Indonesia bagian
Timur.
Pada 23 Agustus 1945 tentara Belanda mendarat di Sabang, Aceh.
15 September 1945, tentara sekutu tiba di Jakarta, ia didampingi Dr Charles van der Plas, wakil Belanda pada Sekutu. Kehadiran tentara sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration - pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr Hubertus J van Mook.
Dampak Pendudukan Jepang Dalam Berbagai Aspek Kehidupan Bangsa Indonesia
Aspek Politik
Kebijakan pertama yang dilakukan Dai Nippon (pemerintah militer
Jepang) adalah melarang semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal 20 Maret 1942, dikeluarkan peraturan yang membubarkan semua organisasi politik dan semua bentuk perkumpulan. Pada tanggal 8 September 1942 dikeluarkan UU no. 2 Jepang mengendalikan seluruh organisasi nasional.
Selain itu, Jepangpun melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan cara:
- Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko Ichiu)
- Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung Asia)
- Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar.
- Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji
- Menarik simpati organisasi Islam MIAI.
- Melancarkan politik dumping
- Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda.
Selain propaganda, Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa pembentukan badan-badan kerjasama seperti berikut:
- Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang.
- Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi sentral dan terdiri dari berbagai macam profesi (dokter, pendidik, kebaktian wanita pusat dan perusahaan).
Penerapan sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan
sendiri dan kebutuhan perang). Sistem ini diterapkan di setiap wilayah
ekonomi. Contoh Jawa menjadi 17 daerah, Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu
(daerah yang diperintah Angkatan Laut) 3 daerah. Setelah penyerahan
kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di Kalijati maka seluruh daerah
Hindia Belanda menjadi 3 daerah pemerintahan militer:
- Daerah bagian tengan meliputi Jawa dan Madura dikuasai oleh tentara keenambelas denagn kantor pusat di Batavia (Jakarta).
- Daerah bagian Barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat di Bukittinggi dikuasai oleh tentara keduapuluhlima.
- Daerah bagian Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusantara, Maluku dan Irian Jaya dibawah kekuasaan armada selatan kedua dengan pusatnya di Makassar.
Selain kebijakan politik di atas, pemerintah Militer Jepang juga
melakukan perubahan dalam birokrasi pemerintahan, diantaranya adalah
pembentukan organisasi pemerintahan di tingkat pusat dengan membentuk
Departemen dan pembentukan Cou Sang In/dewan penasehat. Untuk mempermudah pengawasan dibentuk tiga pemerintahan militer yakni:
- Pembentukan Angkatan Darat/Gunseibu, membawahi Jawa dan Madura dengan Batavia sebagai pusat dan dikenal dengan tentara ke enam belas dipimpin oleh Hitoshi Imamura.
- Pembentukan Angkatan Darat/Rikuyun, yang membawahi Sumatera dengan pusat Bukit Tinggi (Sumatera Barat) yang dikenal dengan tentara ke dua puluh lima dipimpin oleh Jendral Tanabe.
- Pembentukan Angkatan Laut/Kaigun, yang membawahi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian dengan pusatnya Ujung Pandang (Makasar) yang dikenal dengan Armada Selatan ke dua dengan nama Minseifu dipimpin Laksamana Maeda.Untuk kedudukan pemerintahan militer sementara khusus Asia Tenggara berpusat di Dalat/Vietnam.
Aspek Ekonomi dan Sosial
Pada kedua aspek ini, Anda akan menemukan bagaimana praktek
eksploitasi ekonomi dan sosial yang dilakukan Jepang terhadap bangsa
Indonesia dan Anda bisa membandingkan dampak ekonomi dan sosial dengan
dampak politis dan birokrasi. Hal-hal yang diberlakukan dalam sistem
pengaturan ekonomi pemerintah Jepang adalah sebagai berikut:
- Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi sumber daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang. Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, Bank dan perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis.
- Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang. Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang. Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan sekaligus memonopoli penjualannya. Pembatasan teh, kopi dan tembakau, karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan perang. Monopoli tebu dan gula, pemaksaan menanam pohon jarak dan kapas pada lahan pertanian dan perkebunan merusak tanah.
- Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang). Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua kekayaan dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat baik fisik maupun material.
Pada tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak,
sehingga tuntutan akan kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat.
Untuk mengatasinya pemerintah Jepang mengadakan kampanye penyerahan
bahan pangan dan barang secara besar-besaran melalui Jawa Hokokai dan
Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta instansi resmi pemerintah.
Dampak dari kondisi tersebut, rakyat dibebankan menyerahkan bahan
makanan 30% untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40% menjadi hak
pemiliknya. Sistem ini menyebabkan kehidupan rakyat semakin sulit,
gairah kerja menurun, kekurangan pangan, gizi rendah, penyakit mewabah
melanda hampir di setiap desa di pulau Jawa salah satunya: Wonosobo (Jateng) angka kematian 53,7% dan untuk Purworejo
(Jateng) angka kematian mencapai 224,7%. Bisa Anda bayangkan bagaimana
beratnya penderitaan yang dirasakan bangsa Indonesia pada masa Jepang
(bahkan rakyat dipaksa makan makanan hewan seperti keladi gatal,
bekicot, umbi-umbian).
Aspek Kehidupan Militer
Pada aspek militer ini, Anda akan memahami bahwa badan-badan militer
yang dibuat Jepang semata-mata karena kondisi militer Jepang yang
semakin terdesak dalam perang Pasifik.
Memasuki tahun kedua pendudukannya (1943),
Jepang semakin intensif mendidik dan melatih pemuda-pemuda Indonesia di
bidang militer. Hal ini disebabkan karena situasi di medan pertempuran
(Asia – Pasifik) semakin menyulitkan Jepang. Mulai dari pukulan Sekutu
pada pertempuran laut di Midway (Juni 1942) dan sekitar Laut Karang (Agustus ’42 – Februari 1943). Kondisi tersebut diperparah dengan jatuhnya Guadalacanal yang merupakan basis kekuatan Jepang di Pasifik (Agustus 1943).
Situasi di atas membuat Jepang melakukan konsolidasi kekuatan dengan
menghimpun kekuatan dari kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai
tenaga potensial yang akan diikutsertakn dalam pertempuran menghadapi
Sekutu.
Dampak Positif dan Negatif Pendudukan Jepang di Indonesia
Masa Pendudukan Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat
berpengaruh bagi perkembangan Indconesia, selain itu hampir tidak adanya
tantangan yang berarti kepada Belanda sebelumnya. Dalam masanya yang
singkat itu, Jepang membawa dampak yang positif dan jua membawa dampak
yang negatif bagi bangsa Indonesia pada umumnya. Pada umumnya kebanyakan
beranggapan masa pendudukan Jepang adalah masa-masa yang kelam, akan
tetapi tidak semuanya itu benar, ada juga yang membawa kebaikannya pula.
Dampak Positif Pendudukan Jepang
Tidak banyak yang mengetahui tentang dampak positifnya Jepang
menduduki Indonesia. Ada pun dampak positif yang dapat dihadirkan antara
lain :
- Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa komunikasi nasional dan menyebabkan bahasa Indonesia mengukuhkan diri sebagai bahasa nasional.
- Dalam bidang ekonomi didirikannya kumyai yaitu koperasi yang bertujuan untuk kepentingan bersama.
- Mendirikan sekolah-sekolah seperti SD 6 tahun, SMP 9 tahun, dan SLTA
- Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu rukun tetangga (RT) atau Tonarigumi
- Diperkenalkan suatu sistem baru bagi pertanian yaitu line system (sistem pengaturan bercocok tanam secara efisien) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan.
- Dibentuknya BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dari sini muncullah ide Pancasila.
- Jepang dengan terprogram melatih dan mempersenjatai pemuda-pemuda Indonesia demi kepentingan Jepang pada awalnya, namun oleh pemuda hal ini dijadikan modal untuk berperang.
- Dalam pendidikan dikenalkannya sistem Nipon sentris dan diperkenalkannya kegiatan upacara dalam sekolah.
Dampak Negatif Pendudukan Jepang
Selain dampak positifnya tadi diatas, Jepang juga membawa dampak negatif yang luar biasa antara lain :
- Penghapusan semua organisasi politik
- Romusha
- Krisis ekonomi yang sangat parah : hal ini dikarenakan dengan disalurkannya uang pendudukan secara besar-besaran sehingga menyebabkan terjadinya inflasi.
- Akibat dari self sufficiency yang terputusnya hubungan antar daerah
- Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independen, semuanya dibawah pengawasan Jepang.
- Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi yang parah seperti perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.
- Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris yang menyebabkan pendidikan yang lebih tinggi terasa mustahil.
- Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat pada masa itu yang menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.
Masa kemerdekaan Dan Sistem Pemerintahan
Soekarno
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda
menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat
sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta
diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik
Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat,
yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari
seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka
pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik
Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat
sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir.
Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden
konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan
setelah berkonsultasi dengannya.
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat
dikalangan rakyat dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni
perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal sebagai "kabinet
seumur jagung" membuat Presiden Soekarno kurang mempercayai sistem
multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak
jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh
militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti
peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.
Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika,
masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya
sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil
inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang
menghasilkan Dasa Sila.
Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik
akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap
masih mementingkan imperialisme dan kolonialisme,
ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang mengubah
peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam
pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok.
Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang memperoleh
kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami
konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam
pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa.
Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang
tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia.
Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia
internasional, Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu
dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC).
Kejatuhan
Situasi politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh dalam peristiwa yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September atau G30S pada 1965.Pelaku sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya.
Kemudian massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI
(Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan
menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan.Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme). Sikap Soekarno yang menolak membuabarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik.
Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Soekarno. Isi dari surat tersebut merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden. Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.
Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966
tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang
memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk
setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan.
Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum ke-IV MPRS. Pidato tersebut berjudul "Nawaksara" dan dibacakan pada 22 Juni 1966. MPRS kemudian meminta Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut. Pidato "Pelengkap Nawaskara" pun disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967 namun kemudian ditolak oleh MPRS pada 16 Februari tahun yang sama.
Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka. Dengan ditandatanganinya surat tersebut maka Soeharto de facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia.
Setelah melakukan Sidang Istimewa maka MPRS pun mencabut kekuasaan
Presiden Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar Revolusi dan mengangkat
Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan umum berikutnya.
Gerakan 30 September PKI
Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI, Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.
Latar belakang
PKI merupakan partai komunis yang terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet.
Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan
pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai
3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani), organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung.
Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan
konstitusi di bawah dekrit presiden - sekali lagi dengan dukungan penuh
dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan bersenjata dengan mengangkat
para jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan
sistem "Demokrasi Terpimpin".
PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin" Sukarno dengan hangat dan anggapan
bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara
Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM.
Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI
dan kaum burjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen
kaum buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan
ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah.
Pada kunjungan Menlu Subandrio ke Tiongkok, Perdana Menteri Zhou Enlai
memberikan 100.000 pucuk senjata chung. Penawaran ini gratis tanpa
syarat dan kemudian dilaporkan ke Bung Karno tetapi belum juga
menetapkan waktunya sampai meletusnya G30S. Pada bulan Juli 1959
parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit
presiden - sekali lagi dengan hasutan dari PKI. Ia memperkuat tangan
angkatan bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke
posisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan sistem "Demokrasi Terpimpin".
PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin" Sukarno dengan hangat dan anggapan
bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara
Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM.
Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI
dan nasionalis dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh
dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang
mendesak. Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah.
Angkatan kelima
Pada kunjungan Menlu Subandrio ke Tiongkok, Perdana Menteri Zhou Enlai menjanjikan 100.000 pucuk senjata jenis chung,
penawaran ini gratis tanpa syarat dan kemudian dilaporkan ke Bung Karno
tetapi belum juga menetapkan waktunya sampai meletusnya G30S.
Pada awal tahun 1965 Bung Karno atas saran dari PKI akibat dari tawaran perdana mentri RRC, mempunyai ide tentang Angkatan Kelima
yang berdiri sendiri terlepas dari ABRI. Tetapi petinggi Angkatan Darat
tidak setuju dan hal ini lebih menimbulkan nuansa curiga-mencurigai
antara militer dan PKI.
Dari tahun 1963,
kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha memprovokasi
bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dan polisi dan militer.
Pemimpin-pemimpin PKI juga menginfiltrasi polisi dan tentara denga
slogan "kepentingan bersama" polisi dan "rakyat". Pemimpin PKI DN Aidit mengilhami slogan "Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di bulan Agustus 1964,
Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari
"sikap-sikap sektarian" kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua
pengarang dan seniman sayap-kiri untuk membuat "massa tentara" subyek
karya-karya mereka.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965
ribuan petani bergerak merampas tanah yang bukan hak mereka atas
hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dan polisi
dan para pemilik tanah.
Bentrokan-bentrokan tersebut dipicu oleh propaganda PKI yang
menyatakan bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli tanah
siapa pun (milik negara=milik bersama). Kemungkinan besar PKI meniru
revolusi Bolsevik di Rusia, di mana di sana rakyat dan partai komunis
menyita milik Tsar dan membagi-bagikannya kepada rakyat.
Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan minyak milik Amerika Serikat.
Kepemimpinan PKI menjawab ini dengan memasuki pemerintahan dengan
resmi. Pada waktu yang sama, jendral-jendral militer tingkat tinggi juga
menjadi anggota kabinet. Jendral-jendral tersebut masuk kabinet karena
jabatannya di militer oleh Sukarno disamakan dengan setingkat mentri.
Hal ini dapat dibuktikan dengan nama jabatannya (Menpangab, Menpangad,
dan lain-lain).
Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi
militer di dalam kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong
ilusi yang sangat berbahaya bahwa angkatan bersenjata adalah merupakan bagian dari revolusi demokratis "rakyat".
Aidit memberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah angkatan
bersenjata di mana ia berbicara tentang "perasaan kebersamaan dan
persatuan yang bertambah kuat setiap hari antara tentara Republik
Indonesia dan unsur-unsur masyarakat Indonesia, termasuk para komunis".
Rezim Sukarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan melarang
aksi-aksi mogok di industri. Kepemimpinan PKI tidak berkeberatan karena
industri menurut mereka adalah milik pemerintahan NASAKOM.
Tidak lama PKI mengetahui dengan jelas persiapan-persiapan untuk
pembentukan rezim militer, menyatakan keperluan untuk pendirian
"angkatan kelima" di dalam angkatan bersenjata, yang terdiri dari
pekerja dan petani yang bersenjata. Bukannya memperjuangkan mobilisasi
massa yang berdiri sendiri untuk melawan ancaman militer yang sedang
berkembang itu, kepemimpinan PKI malah berusaha untuk membatasi
pergerakan massa yang makin mendalam ini dalam batas-batas hukum
kapitalis negara. Mereka, depan jendral-jendral militer, berusaha
menenangkan bahwa usul PKI akan memperkuat negara. Aidit menyatakan
dalam laporan ke Komite Sentral PKI bahwa "NASAKOMisasi" angkatan
bersenjata dapat dicapai dan mereka akan bekerjasama untuk menciptakan
"angkatan kelima". Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan aspirasi
revolusioner kaum buruh di Indonesia. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI
masih mendorong ilusi bahwa aparatus militer dan negara sedang diubah
untuk mengecilkan aspek anti-rakyat dalam alat-alat negara.
Isu sakitnya Bung Karno
Sejak tahun 1964
sampai menjelang meletusnya G30S telah beredar isu sakit parahnya Bung
Karno. Hal ini meningkatkan kasak-kusuk dan isu perebutan kekuasaan
apabila Bung Karno meninggal dunia. Namun menurut Subandrio, Aidit tahu
persis bahwa Bung Karno hanya sakit ringan saja, jadi hal ini bukan
merupakan alasan PKI melakukan tindakan tersebut.
Tahunya Aidit akan jenis sakitnya Sukarno membuktikan bahwa hal
tersebut sengaja dihembuskan PKI untuk memicu ketidakpastian di
masyarakat.
Isu masalah tanah dan bagi hasil
Pada tahun 1960 keluarlah Undang-Undang Pokok Agraria (UU Pokok Agraria) dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UU Bagi Hasil) yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari Panitia Agraria yang dibentuk pada tahun 1948.
Panitia Agraria yang menghasilkan UUPA terdiri dari wakil pemerintah
dan wakil berbagai ormas tani yang mencerminkan 10 kekuatan partai
politik pada masa itu. Walaupun undang-undangnya sudah ada namun
pelaksanaan di daerah tidak jalan sehingga menimbulkan gesekan antara
para petani penggarap dengan pihak pemilik tanah yang takut terkena
UUPA, melibatkan sebagian massa pengikutnya dengan melibatkan backing
aparat keamanan. Peristiwa yang menonjol dalam rangka ini antara lain
peristiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara dan peristiwa di Klaten yang
disebut sebagai ‘aksi sepihak’ dan kemudian digunakan sebagai dalih oleh
militer untuk membersihkannya.
Keributan antara PKI dan Islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan
Persis dan Muhammadiyah) itu pada dasarnya terjadi di hampir semua
tempat di Indonesia, di Jawa Barat, Jawa Timur, dan di propinsi-propinsi
lain juga terjadi hal demikian, PKI di beberapa tempat bahkan sudah
mengancam kyai-kyai bahwa mereka akan disembelih setelah tanggal 30
September 1965 (hal ini membuktikan bahwa seluruh elemen PKI mengetahui
rencana kudeta 30 September tersebut).
Faktor Malaysia
Negara Federasi Malaysia yang baru terbentuk pada tanggal 16 September 1963 adalah salah satu faktor penting dalam insiden ini[1]. Konfrontasi Indonesia-Malaysia
merupakan salah satu penyebab kedekatan Presiden Soekarno dengan PKI,
menjelaskan motivasi para tentara yang menggabungkan diri dalam gerakan
G30S/Gestok (Gerakan Satu Oktober), dan juga pada akhirnya menyebabkan PKI melakukan penculikan petinggi Angkatan Darat.
“ | Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, di mana para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman—Perdana Menteri Malaysia saat itu—dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledak. | ” |
Soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan Tunku yang menginjak-injak lambang negara Indonesia dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan sebutan "Ganyang Malaysia" kepada negara Federasi Malaysia
yang telah sangat menghina Indonesia dan presiden Indonesia. Perintah
Soekarno kepada Angkatan Darat untuk meng"ganyang Malaysia" ditanggapi
dengan dingin oleh para jenderal pada saat itu. Di satu pihak Letjen Ahmad Yani
tidak ingin melawan Malaysia yang dibantu oleh Inggris dengan anggapan
bahwa tentara Indonesia pada saat itu tidak memadai untuk peperangan
dengan skala tersebut, sedangkan di pihak lain Kepala Staf TNI Angkatan Darat A.H. Nasution
setuju dengan usulan Soekarno karena ia mengkhawatirkan isu Malaysia
ini akan ditunggangi oleh PKI untuk memperkuat posisinya di percaturan
politik di Indonesia.
Posisi Angkatan Darat pada saat itu serba salah karena di satu pihak
mereka tidak yakin mereka dapat mengalahkan Inggris, dan di lain pihak
mereka akan menghadapi Soekarno yang mengamuk jika mereka tidak
berperang. Akhirnya para pemimpin Angkatan Darat memilih untuk berperang
setengah hati di Kalimantan. Tak heran, Brigadir Jenderal Suparjo, komandan pasukan di Kalimantan Barat, mengeluh, konfrontasi tak dilakukan sepenuh hati dan ia merasa operasinya disabotase dari belakang.
Hal ini juga dapat dilihat dari kegagalan operasi gerilya di Malaysia,
padahal tentara Indonesia sebenarnya sangat mahir dalam peperangan
gerilya.
Mengetahui bahwa tentara Indonesia tidak mendukungnya, Soekarno
merasa kecewa dan berbalik mencari dukungan PKI untuk melampiaskan
amarahnya kepada Malaysia. Soekarno, seperti yang ditulis di otobiografinya,
mengakui bahwa ia adalah seorang yang memiliki harga diri yang sangat
tinggi, dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah keinginannya
meng"ganyang Malaysia".
“ | Soekarno adalah seorang individualis. Manusia jang tjongkak dengan suara-batin yang menjala-njala, manusia jang mengakui bahwa ia mentjintai dirinja sendiri tidak mungkin mendjadi satelit jang melekat pada bangsa lain. Soekarno tidak mungkin menghambakan diri pada dominasi kekuasaan manapun djuga. Dia tidak mungkin menjadi boneka. | ” |
Di pihak PKI, mereka menjadi pendukung terbesar gerakan "ganyang Malaysia" yang mereka anggap sebagai antek Inggris, antek nekolim.
PKI juga memanfaatkan kesempatan itu untuk keuntungan mereka sendiri,
jadi motif PKI untuk mendukung kebijakan Soekarno tidak sepenuhnya
idealis.
Pada saat PKI memperoleh angin segar, justru para penentangnyalah
yang menghadapi keadaan yang buruk; mereka melihat posisi PKI yang
semakin menguat sebagai suatu ancaman, ditambah hubungan internasional
PKI dengan Partai Komunis sedunia, khususnya dengan adanya poros Jakarta-Beijing-Moskow-Pyongyang-Phnom Penh.
Soekarno juga mengetahui hal ini, namun ia memutuskan untuk
mendiamkannya karena ia masih ingin meminjam kekuatan PKI untuk
konfrontasi yang sedang berlangsung, karena posisi Indonesia yang
melemah di lingkungan internasional sejak keluarnya Indonesia dari PBB (20 Januari 1965).
Dari sebuah dokumen rahasia badan intelejen Amerika Serikat (CIA) yang baru dibuka yang bertanggalkan 13 Januari 1965
menyebutkan sebuah percakapan santai Soekarno dengan para pemimpin
sayap kanan bahwa ia masih membutuhkan dukungan PKI untuk menghadapi
Malaysia dan oleh karena itu ia tidak bisa menindak tegas mereka. Namun
ia juga menegaskan bahwa suatu waktu "giliran PKI akan tiba. "Soekarno
berkata, "Kamu bisa menjadi teman atau musuh saya. Itu terserah kamu.
... Untukku, Malaysia itu musuh nomor satu. Suatu saat saya akan
membereskan PKI, tetapi tidak sekarang."
Dari pihak Angkatan Darat, perpecahan internal yang terjadi mulai mencuat ketika banyak tentara yang kebanyakan dari Divisi Diponegoro
yang kesal serta kecewa kepada sikap petinggi Angkatan Darat yang takut
kepada Malaysia, berperang hanya dengan setengah hati, dan berkhianat
terhadap misi yang diberikan Soekarno. Mereka memutuskan untuk
berhubungan dengan orang-orang dari PKI untuk membersihkan tubuh
Angkatan Darat dari para jenderal ini.
Faktor Amerika Serikat
Amerika Serikat pada waktu itu sedang terlibat dalam perang Vietnam dan berusaha sekuat tenaga agar Indonesia tidak jatuh ke tangan komunisme. Peranan badan intelejen Amerika Serikat (CIA) pada peristiwa ini sebatas memberikan 50 juta rupiah (uang saat itu) kepada Adam Malik dan walkie-talkie
serta obat-obatan kepada tentara Indonesia. Politisi Amerika pada
bulan-bulan yang menentukan ini dihadapkan pada masalah yang
membingungkan karena mereka merasa ditarik oleh Sukarno ke dalam
konfrontasi Indonesia-Malaysia ini.
Salah satu pandangan mengatakan bahwa peranan Amerika Serikat dalam
hal ini tidak besar, hal ini dapat dilihat dari telegram Duta Besar
Green ke Washington pada tanggal 8 Agustus 1965
yang mengeluhkan bahwa usahanya untuk melawan propaganda anti-Amerika
di Indonesia tidak memberikan hasil bahkan tidak berguna sama sekali.
Dalam telegram kepada Presiden Johnson tanggal 6 Oktober,
agen CIA menyatakan ketidakpercayaan kepada tindakan PKI yang dirasa
tidak masuk akal karena situasi politis Indonesia yang sangat
menguntungkan mereka, dan hingga akhir Oktober masih terjadi kebingungan
atas pembantaian di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali dilakukan oleh PKI atau NU/PNI.
Pandangan lain, terutama dari kalangan korban dari insiden ini,
menyebutkan bahwa Amerika menjadi aktor di balik layar dan setelah
dekrit Supersemar Amerika memberikan daftar nama-nama anggota PKI kepada
militer untuk dibunuh. Namun hingga saat ini kedua pandangan tersebut
tidak memiliki banyak bukti-bukti fisik.
Faktor ekonomi
Ekonomi masyarakat Indonesia pada waktu itu yang sangat rendah
mengakibatkan dukungan rakyat kepada Soekarno (dan PKI) meluntur. Mereka
tidak sepenuhnya menyetujui kebijakan "ganyang Malaysia" yang dianggap
akan semakin memperparah keadaan Indonesia.
Inflasi yang mencapai 650% membuat harga makanan melambung tinggi,
rakyat kelaparan dan terpaksa harus antri beras, minyak, gula, dan
barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Beberapa faktor yang berperan
kenaikan harga ini adalah keputusan Suharto-Nasution untuk menaikkan
gaji para tentara 500% dan penganiayaan terhadap kaum pedagang Tionghoa
yang menyebabkan mereka kabur. Sebagai akibat dari inflasi tersebut,
banyak rakyat Indonesia yang sehari-hari hanya makan bonggol pisang, umbi-umbian, gaplek, serta bahan makanan yang tidak layak dikonsumsi lainnya; pun mereka menggunakan kain dari karung sebagai pakaian mereka.
Faktor ekonomi ini menjadi salah satu sebab kemarahan rakyat atas pembunuhan keenam jenderal tersebut, yang berakibat adanya backlash terhadap PKI dan pembantaian orang-orang yang dituduh anggota PKI di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali serta tempat-tempat lainnya.
Peristiwa
Pada 1 Oktober 1965 dini hari, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol. Untung. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan tersebut.
Isu Dewan Jenderal
Pada saat-saat yang genting sekitar bulan September 1965 muncul isu adanya Dewan Jenderal
yang mengungkapkan adanya beberapa petinggi Angkatan Darat yang tidak
puas terhadap Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya. Menanggapi
isu ini, Soekarno disebut-sebut memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk
menangkap dan membawa mereka untuk diadili oleh Soekarno. Namun yang
tidak diduga-duga, dalam operasi penangkapan jenderal-jenderal tersebut,
terjadi tindakan beberapa oknum yang termakan emosi dan membunuh Letjen
Ahmad Yani, Panjaitan, dan Harjono. GBU.
Isu Dokumen Gilchrist
Dokumen Gilchrist yang diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia Andrew Gilchrist
beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jenderal. Dokumen
ini, yang oleh beberapa pihak disebut sebagai pemalsuan oleh intelejen Ceko di bawah pengawasan Jenderal Agayant dari KGB Rusia,
menyebutkan adanya "Teman Tentara Lokal Kita" yang mengesankan bahwa
perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh pihak Barat.
Kedutaan Amerika Serikat juga dituduh memberikan daftar nama-nama
anggota PKI kepada tentara untuk "ditindaklanjuti". Dinas intelejen
Amerika Serikat mendapat data-data tersebut dari berbagai sumber, salah
satunya seperti yang ditulis John Hughes, wartawan The Nation yang
menulis buku "Indonesian Upheaval", yang dijadikan basis skenario film "The Year of Living Dangerously", ia sering menukar data-data apa yang ia kumpulkan untuk mendapatkan fasilitas teleks untuk mengirimkan berita.
Isu Keterlibatan Soeharto
Hingga saat ini tidak ada bukti keterlibatan/peran aktif Soeharto
dalam aksi penculikan tersebut. Satu-satunya bukti yang bisa dielaborasi
adalah pertemuan Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Pangkostrad
(pada zaman itu jabatan Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan
Darat tidak membawahi pasukan, berbeda dengan sekarang) dengan Kolonel Abdul Latief di Rumah Sakit Angkatan Darat.
Meski demikian, Suharto merupakan pihak yang paling diuntungkan dari
peristiwa ini. Banyak penelitian ilmiah yang sudah dipublikasikan di
jurnal internasional mengungkap keterlibatan Suharto dan CIA. Beberapa
diantaranya adalah karya Benedict R.O'G. Anderson and Ruth T. McVey
(Cornell University), Ralph McGehee (The Indonesian Massacres and the
CIA), Government Printing Office of the US (Department of State, INR/IL
Historical Files, Indonesia, 1963-1965. Secret; Priority; Roger Channel;
Special Handling), John Roosa (Pretext for Mass Murder: The September
30th Movement and Suharto's Coup d'État in Indonesia), Prof. Dr. W.F.
Wertheim (Serpihan Sejarah Th65 yang Terlupakan).
Korban
Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
- Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
- Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
- Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
- Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
- Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
- Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan beliau, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
- Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
- Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
- Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.
Pasca kejadian
Pasca pembunuhan beberapa perwira TNI AD, PKI mampu menguasai dua sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi
yang terletak di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI, PKI menyiarkan
pengumuman tentang Gerakan 30 September yang ditujukan kepada para
perwira tinggi anggota “Dewan Jenderal” yang akan mengadakan kudeta
terhadap pemerintah. Diumumkan pula terbentuknya “Dewan Revolusi” yang
diketuai oleh Letkol Untung Sutopo.
Di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan terhadap
Kolonel Katamso (Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel
Sugiyono (Kepala Staf Korem 072/Yogyakarta). Mereka diculik PKI pada
sore hari 1 Oktober 1965. Kedua perwira ini dibunuh karena secara tegas
menolak berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pada tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan sekretaris jendral PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan Revolusioner oleh para "pemberontak" dengan berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari perlindungan.
Pada tanggal 6 Oktober
Sukarno mengimbau rakyat untuk menciptakan "persatuan nasional", yaitu
persatuan antara angkatan bersenjata dan para korbannya, dan penghentian
kekerasan. Biro Politik dari Komite Sentral PKI segera menganjurkan
semua anggota dan organisasi-organisasi massa untuk mendukung "pemimpin
revolusi Indonesia" dan tidak melawan angkatan bersenjata. Pernyataan
ini dicetak ulang di koran CPA bernama "Tribune".
Pada tanggal 12 Oktober 1965, pemimpin-pemimpin Uni-Sovyet Brezhnev, Mikoyan dan Kosygin
mengirim pesan khusus untuk Sukarno: "Kita dan rekan-rekan kita
bergembira untuk mendengar bahwa kesehatan anda telah membaik...Kita
mendengar dengan penuh minat tentang pidato anda di radio kepada seluruh
rakyat Indonesia untuk tetap tenang dan menghindari kekacauan...Imbauan
ini akan dimengerti secara mendalam."
Pada tanggal 16 Oktober 1965, Sukarno melantik Mayjen Suharto menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat di Istana Negara. Berikut kutipan amanat presiden Sukarno kepada Suharto pada saat Suharto disumpah[5]:
“ | Saya perintahkan kepada
Jenderal Mayor Soeharto, sekarang Angkatan Darat pimpinannya saya
berikan kepadamu, buatlah Angkatan Darat ini satu Angkatan dari pada
Republik Indonesia, Angkatan Bersenjata daripada Republik Indonesia yang
sama sekali menjalankan Panca Azimat Revolusi, yang sama sekali berdiri
di atas Trisakti, yang sama sekali berdiri di atas Nasakom, yang sama
sekali berdiri di atas prinsip Berdikari, yang sama sekali berdiri atas
prinsip Manipol-USDEK.
Manipol-USDEK telah ditentukan oleh lembaga kita yang tertinggi
sebagai haluan negara Republik Indonesia. Dan oleh karena Manipol-USDEK
ini adalah haluan daripada negara Republik Indonesia, maka dia harus
dijunjung tinggi, dijalankan, dipupuk oleh semua kita. Oleh Angkatan
Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Kepolisian Negara. Hanya
jikalau kita berdiri benar-benar di atas Panca Azimat ini, kita
semuanya, maka barulah revousi kita bisa jaya. Soeharto, sebagai panglima Angkatan Darat, dan sebagai Menteri dalam kabinetku, saya perintahkan engkau, kerjakan apa yang kuperintahkan kepadamu dengan sebaik-baiknya. Saya doakan Tuhan selalu beserta kita dan beserta engkau! |
” |
Dalam sebuah Konferensi Tiga Benua di Havana
di bulan Februari 1966, perwakilan Uni-Sovyet berusaha dengan segala
kemampuan mereka untuk menghindari pengutukan atas penangkapan dan
pembunuhan orang-orang yang dituduh sebagai PKI, yang sedang terjadi
terhadap rakyat Indonesia. Pendirian mereka mendapatkan pujian dari
rejim Suharto. Parlemen Indonesia mengesahkan resolusi pada tanggal 11 Februari,
menyatakan "penghargaan penuh" atas usaha-usaha perwakilan-perwakilan
dari Nepal, Mongolia, Uni-Sovyet dan negara-negara lain di Konperensi
Solidaritas Negara-Negara Afrika, Asia dan Amerika Latin, yang berhasil
menetralisir usaha-usaha para kontra-revolusioner apa yang dinamakan
pergerakan 30 September, dan para pemimpin dan pelindung mereka, untuk
bercampur-tangan di dalam urusan dalam negeri Indonesia."
Penangkapan dan pembantaian
Dalam bulan-bulan setelah peristiwa ini, semua anggota dan pendukung
PKI, atau mereka yang dianggap sebagai anggota dan simpatisan PKI, semua
partai kelas buruh yang diketahui dan ratusan ribu pekerja dan petani
Indonesia yang lain dibunuh atau dimasukkan ke kamp-kamp tahanan untuk
disiksa dan diinterogasi. Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa Tengah (bulan Oktober), Jawa Timur (bulan November) dan Bali
(bulan Desember). Berapa jumlah orang yang dibantai tidak diketahui
dengan persis - perkiraan yang konservatif menyebutkan 500.000 orang,
sementara perkiraan lain menyebut dua sampai tiga juga orang. Namun
diduga setidak-tidaknya satu juta orang menjadi korban dalam bencana
enam bulan yang mengikuti kudeta itu.
Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari organisasi-organisasi muslim sayap-kanan
seperti barisan Ansor NU dan Tameng Marhaenis PNI melakukan
pembunuhan-pembunuhan massal, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Ada laporan-laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya menjadi penuh mayat-mayat sampai di tempat-tempat tertentu sungai itu "terbendung mayat".
Pada akhir 1965, antara 500.000 dan satu juta anggota-anggota dan
pendukung-pendukung PKI telah menjadi korban pembunuhan dan ratusan ribu
lainnya dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi, tanpa adanya perlawanan
sama sekali. Sewaktu regu-regu militer yang didukung dana CIA [1]
menangkapi semua anggota dan pendukung PKI yang terketahui dan
melakukan pembantaian keji terhadap mereka, majalah "Time" memberitakan:
- "Pembunuhan-pembunuhan itu dilakukan dalam skala yang sedemikian sehingga pembuangan mayat menyebabkan persoalan sanitasi yang serius di Sumatra Utara, di mana udara yang lembap membawa bau mayat membusuk. Orang-orang dari daerah-daerah ini bercerita kepada kita tentang sungai-sungai kecil yang benar-benar terbendung oleh mayat-mayat. Transportasi sungai menjadi terhambat secara serius."
Di pulau Bali,
yang sebelum itu dianggap sebagai kubu PKI, paling sedikit 35.000 orang
menjadi korban di permulaan 1966. Di sana para Tamin, pasukan komando
elite Partai Nasional Indonesia, adalah pelaku pembunuhan-pembunuhan ini. Koresponden khusus dari Frankfurter Allgemeine Zeitung
bercerita tentang mayat-mayat di pinggir jalan atau dibuang ke dalam
galian-galian dan tentang desa-desa yang separuh dibakar di mana para
petani tidak berani meninggalkan kerangka-kerangka rumah mereka yang
sudah hangus.
Di daerah-daerah lain, para terdakwa dipaksa untuk membunuh
teman-teman mereka untuk membuktikan kesetiaan mereka. Di kota-kota
besar pemburuan-pemburuan rasialis "anti-Tionghoa" terjadi.
Pekerja-pekerja dan pegawai-pegawai pemerintah yang mengadakan aksi
mogok sebagai protes atas kejadian-kejadian kontra-revolusioner ini
dipecat.
Paling sedikit 250,000 orang pekerja dan petani dipenjarakan di
kamp-kamp konsentrasi. Diperkirakan sekitar 110,000 orang masih
dipenjarakan sebagai tahanan politik pada akhir 1969. Eksekusi-eksekusi masih dilakukan sampai sekarang, termasuk belasan orang sejak tahun 1980-an. Empat tapol, Johannes Surono Hadiwiyino, Safar Suryanto, Simon Petrus Sulaeman dan Nobertus Rohayan, dihukum mati hampir 25 tahun sejak kudeta itu.
Supersemar
Lima bulan setelah itu, pada tanggal 11 Maret 1966, Sukarno memberi Suharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah Sebelas Maret.
Ia memerintah Suharto untuk mengambil "langkah-langkah yang sesuai"
untuk mengembalikan ketenangan dan untuk melindungi keamanan pribadi dan
wibawanya. Kekuatan tak terbatas ini pertama kali digunakan oleh
Suharto untuk melarang PKI. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya,
Sukarno dipertahankan sebagai presiden tituler diktatur militer itu sampai Maret 1967.
Kepemimpinan PKI terus mengimbau massa agar menuruti kewenangan rejim
Sukarno-Suharto. Aidit, yang telah melarikan diri, ditangkap dan
dibunuh oleh TNI pada tanggal 24 November, tetapi pekerjaannya diteruskan oleh Sekretaris Kedua PKI Nyoto.
Pertemuan Jenewa, Swiss
Menyusul peralihan tampuk kekuasaan ke tangan Suharto,
diselenggarakan pertemuan antara para ekonom orde baru dengan para CEO
korporasi multinasional di Swiss, pada bulan Nopember 1967. Korporasi
multinasional diantaranya diwakili perusahaan-perusahaan minyak dan
bank, General Motors, Imperial Chemical Industries, British Leyland,
British American Tobacco, American Express, Siemens, Goodyear, The
International Paper Corporation, US Steel, ICI, Leman Brothers, Asian
Development Bank, dan Chase Manhattan. Tim Ekonomi Indonesia menawarkan:
tenaga buruh yang banyak dan murah, cadangan dan sumber daya alam yang
melimpah, dan pasar yang besar.
Hal ini didokumentasikan oleh Jhon Pilger dalam film The New Rulers
of World (tersedia di situs video google) yang menggambarkan bagaimana
kekayaan alam Indonesia dibagi-bagi bagaikan rampasan perang oleh
perusahaan asing pasca jatuhnya Soekarno. Freeport mendapat emas di
Papua Barat, Caltex mendapatkan ladang minyak di Riau, Mobil Oil
mendapatkan ladang gas di Natuna, perusahaan lain mendapat hutan tropis.
Kebijakan ekonomi pro liberal sejak saat itu diterapkan.
Peringatan
Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September. Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Pada masa pemerintahan Soeharto, biasanya sebuah film mengenai kejadian tersebut juga ditayangkan di seluruh stasiun televisi di Indonesia setiap tahun pada tanggal 30 September. Selain itu pada masa Soeharto biasanya dilakukan upacara bendera di Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya dan dilanjutkan dengan tabur bunga di makam para pahlawan revolusi di TMP Kalibata. Namun sejak era Reformasi bergulir, film itu sudah tidak ditayangkan lagi dan hanya tradisi tabur bunga yang dilanjutkan.
Pada 29 September - 4 Oktober 2006,
diadakan rangkaian acara peringatan untuk mengenang peristiwa
pembunuhan terhadap ratusan ribu hingga jutaan jiwa di berbagai pelosok
Indonesia. Acara yang bertajuk "Pekan Seni Budaya dalam rangka
memperingati 40 tahun tragedi kemanusiaan 1965" ini berlangsung di
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok. Selain civitas academica
Universitas Indonesia, acara itu juga dihadiri para korban tragedi
kemanusiaan 1965, antara lain Setiadi, Murad Aidit, Haryo Sasongko, dan
Putmainah.
Sakit hingga meninggal
Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan Agustus 1965.Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964.Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina
menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat tetapi ia menolaknya dan
lebih memilih pengobatan tradisional.Ia masih bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan politik.Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi.Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan.Tidak lama kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani
oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal
Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati.
Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:
- Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Ir. Soekarno semakin memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.
- Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Ir. Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.
- Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Ir. Soekarno hingga saat meninggalnya.
Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno.Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970.Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya.Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur upacara.Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.
Peninggalan
Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, maka Kantor Filateli Jakarta menerbitkan perangko "100 Tahun Bung Karno".[8] Perangko yang diterbitkan merupakan empat buah perangko berlatarbelakang bendera Merah Putih serta menampilkan gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi Presiden Republik Indonesia.[8]
Perangko pertama memiliki nilai nominal Rp500 dan menampilkan potret
Soekarno pada saat sekolah menengah. Yang kedua bernilai Rp800 dan
gambar Soekarno ketika masih di perguruan tinggi tahun 1920an
terpampang di atasnya. Sementara itu, perangko yang ketiga memiliki
nominal Rp. 900 serta menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi
kemerdekaan RI. Perangko yang terakhir memiliki gambar Soekarno ketika
menjadi Presiden dan bernominal Rp. 1000. Keempat perangko tersebut
dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak 2,5 juta set oleh Perum
Peruri.[8]
Selain perangko, Divisi Filateli PT Pos Indonesia menerbitkan juga lima
macam kemasan perangko, album koleksi perangko, empat jenis kartu pos,
dua macam poster Bung Karno serta tiga desain kaus Bung Karno.[8]
Perangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh Pemerintah Kuba pada tanggal 19 Juni 2008. Perangko tersebut menampilkan gambar Soekarno dan presiden Kuba Fidel Castro.[19] Penerbitan itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba.
Nama Soekarno pernah diabadikan sebagai nama sebuah gelanggang olahraga pada tahun 1958. Bangunan tersebut, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno, didirikan sebagai sarana keperluan penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta. Pada masa Orde Baru, komplek olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora Senayan. Tapi sesuai keputusan Presiden Abdurrahman Wahid, Gelora Senayan kembali pada nama awalnya yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno. Hal ini dilakukan dalam rangka mengenang jasa Bung Karno.[20]
Setelah kematiannya, beberapa yayasan
dibuat atas nama Soekarno. Dua di antaranya adalah Yayasan Pendidikan
Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan Pendidikan Soekarno adalah
organisasi yang mencetuskan ide untuk membangun universitas dengan pemahaman yang diajarkan Bung Karno. Yayasan ini dipimpin oleh Rachmawati Soekarnoputri, anak ketiga Soekarno dan Fatmawati. Pada tahun 25 Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie meresmikan Universitas Bung Karno yang secara resmi meneruskan pemikiran Bung Karno, Nation and Character Building kepada mahasiswa-mahasiswanya.
Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan melestarikan benda-benda seni maupun non-seni kepunyaan Soekarno yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.Yayasan tersebut didirikan pada tanggal 1 Juni 1978 oleh delapan putra-putri Soekarno yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra dan Kartika Sari Dewi Soekarno.Di tahun 2003, Yayasan Bung Karno membuka stan di Arena Pekan Raya Jakarta.Di stan tersebut ditampilkan video pidato Soekarno berjudul "Indonesia
Menggugat" yang disampaikan di Gedung Landraad tahun 1930 serta
foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden.Selain memperlihatkan video dan foto, berbagai cinderamata Soekarno dijual di stan tersebut.Diantaranya adalah kaus, jam emas, koin emas, CD berisi pidato Soekarno serta kartu pos Soekarno.
Seseorang yang bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan Soekarno.Soenuso mengaku merupakan mantan sersan dari Batalyon Artileri Pertahanan Udara Sedang.Ia pernah menunjukkan benda-benda yang dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di rumahnya di Cileungsi, Bogor.Benda-benda tersebut antara lain adalah sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam register emas JM London, emas putih dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta plakat logam berwarna kuning dengan tulisan ejaan lama berupa deposito hibah. Selain itu terdapat pula uang UBCN (Brasil) dan Yugoslavia serta sertifikat deposito obligasi garansi di Bank Swiss dan Bank Netherland.Meskipun emas yang ditunjukkan oleh Soenuso bersertifikat namun belum ada pakar yang memastikan keaslian dari emas tersebut.
Penghargaan
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri.Perguruan tinggi dalam negeri yang memberikan gelar kehormatan kepada Soekarno antara lain adalah Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanuddin dan Institut Agama Islam Negeri Jakarta.Sementara itu, Columbia University (Amerika Serikat), Berlin University (Jerman), Lomonosov University (Rusia) dan Al-Azhar University (Mesir) merupakan beberapa universitas luar negeri yang menganugerahi Soekarno dengan gelar Doktor Honoris Causa.
Pada bulan April 2005, Soekarno yang sudah meninggal selama 104 tahun mendapatkan penghargaan dari Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki.Penghargaan tersebut adalah penghargaan bintang kelas satu The Order of the Supreme Companions of OR Tambo yang diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya dilapisi emas.Soekarno mendapatkan penghargaan tersebut karena dinilai telah
mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh
negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan
dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari apartheid.Acara penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings di Pretoria dan dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri yang mewakili ayahnya dalam menerima penghargaan.
MASA PEMERINTAHAN SOEHARTO
Keluarga Soeharto
Ketika itu keluarga Prawirowihardjo, orang tua angkatnya mengutus Mbok
Bongkek sebagai pembawa pesan lamaran disertai foto Soeharto yang ketika
itu berusia sekitar 26 tahun. Akhirnya, ia resmi menikah dengan Raden Ayu Siti Hartinah,
anak KRMT Soemoharyomo. Soemoharyomo adalah seorang Wedana di Solo.
Perkawinan Letnan Kolonel (Letkol) Soeharto dengan Siti Hartinah (yang
kemudian dikenal dengan Tien Soeharto) dilangsungkan pada 26 Desember
1947 di Solo. Ketika itu, usia Soeharto 26 tahun dan Siti Hartinah berusia 24 tahun. Pasangan ini dikarunia enam putra-putri, yaitu Siti Hardiyanti Hastuti (Tutut), Sigit Harjojdanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi (Titiek) , Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek).
Awal hidup dan pendidikan
Pada 8 Juni 1921, Ibu Sukirah melahirkan bayi laki-laki di rumahnya yang sederhana di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.
Kelahiran itu dibantu dukun bersalin bernama Mbah Kromodiryo yang juga
adik kakek Sukirah, Mbah Kertoirono. Oleh ayahnya, Kertoredjo alias
Wagiyo alias Panjang alias Kertosudiro bayi laki-laki itu diberi nama
Soeharto. Dia adalah anak ketiga Kertosudiro dengan Sukirah yang
dinikahinya setelah lama menduda. Dengan istri pertama, Kertosudiro yang
menjadi petugas pengatur air desa atau ulu-ulu, dikaruniai dua anak.
Perkawinan Kertosudiro dan Sukirah tidak bertahan lama. Keduanya
bercerai tidak lama setelah Soeharto lahir. Sukirah menikah lagi dengan
Pramono dan dikaruniai tujuh anak, termasuk putra kedua, Probosutedjo.
Belum genap 40 hari, bayi Soeharto dibawa ke rumah Mbah Kromo karena
ibunya sakit dan tidak bisa menyusui. Mbah Kromo kemudian mengajari
Soeharto kecil untuk berdiri dan berjalan. Soeharto juga sering diajak
ke sawah. Sering, Mbah Kromo menggendong Soeharto kecil di punggung
ketika sedang membajak sawah. Kenangan itu tidak pernah dilupakan
Soeharto. Terlebih ketika kakeknya memberi komando pada kerbau saat
membajak sawah. Karena dari situlah, Soeharto belajar menjadi pemimpin.
Soeharto juga suka bermain air, mandi lumpur atau mencari belut.
Ketika semakin besar, Soeharto tinggal bersama kakeknya, Mbah
Atmosudiro, ayah dari ibunya. Soeharto sekolah ketika berusia delapan
tahun, tetapi sering berpindah. Semula disekolahkan di Sekolah Dasar
(SD) di Desa Puluhan, Godean. Lalu, pindah ke SD Pedes (Yogyakarta)
lantaran ibu dan ayah tirinya, Pramono pindah rumah ke Kemusuk Kidul.
Kertosudiro kemudian memindahkan Soeharto ke Wuryantoro, Wonogiri, Jawa
Tengah. Soeharto dititipkan di rumah bibinya yang menikah dengan seorang
mantri tani bernama Prawirowihardjo. Soeharto diterima sebagai putra
paling tua dan diperlakukan sama dengan putra-putri Prawirowihardjo.
Soeharto kemudian disekolahkan dan menekuni semua pelajaran, terutama
berhitung. Dia juga mendapat pendidikan agama yang cukup kuat dari
keluarga bibinya.
Kegemaran bertani tumbuh selama Soeharto menetap di Wuryantoro. Di
bawah bimbingan pamannya yang mantri tani, Soeharto menjadi paham dan
menekuni pertanian. Sepulang sekolah, Soeharto belajar mengaji di
langgar bersama teman-temannya. Belajar mengaji bahkan dilakukan sampai
semalam suntuk. Ia juga aktif di kepanduan Hizbul Wathan dan mulai
mengenal para pahlawan seperti Raden Ajeng Kartini dan Pangeran
Diponegoro dari sebuah koran yang sampai ke desa. Setamat Sekolah Rendah
(SR) empat tahun, Soeharto disekolahkan oleh orang tuanya ke sekolah
lanjutan rendah di Wonogiri. Setelah berusia 14 tahun, Soeharto tinggal
di rumah Hardjowijono. Pak Hardjowijono adalah teman ayahnya yang
pensiunan pegawai kereta api. Hardjowijono juga seorang pengikut setia
Kiai Darjatmo, tokoh agama terkemuka di Wonogiri waktu itu.
Karena sering diajak, Soeharto sering membantu Kiai Darjatmo membuat
resep obat tradisional untuk mengobati orang sakit. Soeharto kembali ke
kampung asalnya, Kemusuk untuk melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Muhammadiyah di Yogyakarta. Itu dilakukannya karena di
sekolah itu siswanya boleh mengenakan sarung dan tanpa memakai alas kaki
(sepatu).
Setamat SMP, Soeharto sebenarnya ingin melanjutkan ke sekolah yang
lebih tinggi. Apa daya, ayah dan keluarganya yang lain tidak mampu
membiayai karena kondisi ekonomi. Soeharto pun berusaha mencari
pekerjaan ke sana ke mari, namun gagal. Ia kembali ke rumah bibinya di
Wuryantoro. Di sana, ia diterima sebagai pembantu klerek pada sebuah
Bank Desa (Volk-bank). Tidak lama kemudian, dia minta berhenti.
Suatu hari pada tahun 1942, Soeharto membaca pengumuman penerimaan
anggota Koninklijk Nederlands Indisce Leger (KNIL). KNIL adalah tentara
kerajaan Belanda. Ia mendaftarkan diri dan diterima menjadi tentara.
Waktu itu, ia hanya sempat bertugas tujuh hari dengan pangkat sersan,
karena Belanda menyerah kepada Jepang. Sersan Soeharto kemudian pulang
ke Dusun Kemusuk. Justru di sinilah, karier militernya dimulai.
Karier militer
Pada 1 Juni 1940, ia diterima sebagai siswa di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah.
Setelah enam bulan menjalani latihan dasar, ia tamat sekolah militer
sebagai lulusan terbaik dan menerima pangkat kopral. Ia terpilih menjadi
prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong serta resmi menjadi
anggota TNI pada 5 Oktober 1945.
Dia bergabung dengan pasukan kolonial Belanda, KNIL. Saat Perang Dunia II berkecamuk pada 1942, ia dikirim ke Bandung
untuk menjadi tentara cadangan di Markas Besar Angkatan Darat selama
seminggu. Setelah berpangkat sersan tentara KNIL, dia kemudian menjadi
komandan peleton, komandan kompi di dalam militer yang disponsori Jepang yang dikenal sebagai tentara PETA, komandan resimen dengan pangkat mayor, dan komandan batalyon berpangkat letnan kolonel.
Setelah Perang Kemerdekaan
berakhir, ia tetap menjadi Komandan Brigade Garuda Mataram dengan
pangkat letnan kolonel. Ia memimpin Brigade Garuda Mataram dalam operasi
penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi. Kemudian, ia ditunjuk
sebagai Komadan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat)
Sektor Kota Makassar yang bertugas mengamankan kota dari gangguan eks
KNIL/KL.
Pada 1 Maret 1949, ia ikut serta dalam serangan umum yangberhasil menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam. Inisiatif itu muncul atas saran Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Panglima Besar Soedirman
bahwa Brigade X pimpinan Letkol Soeharto segera melakukan serangan umum
di Yogyakarta dan menduduki kota itu selama enam jam untuk membuktikan
bahwa Republik Indonesia (RI) masih ada.
Pada usia sekitar 32 tahun, tugasnya dipindahkan ke Markas Divisi dan
diangkat menjadi Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan
kolonel (1 Maret 1953). Pada 3 Juni 1956,
ia diangkat menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV
Diponegoro di Semarang. Dari Kepala Staf, ia diangkat sebagai pejabat
Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro. Pada 1 Januari 1957,
pangkatnya dinaikkan menjadi kolonel.
Lembaran hitam juga sempat mewarnai lembaran kemiliterannya. Ia dipecat oleh Jenderal Nasution sebagai Pangdam Diponegoro. Peristiwa pemecatan pada 17 Oktober 1959 tersebut akibat ulahnya yang diketahui menggunakan institusi militernya untuk meminta uang dari perusahaan-perusahan di Jawa Tengah. Kasusnya hampir dibawa ke pengadilan militer oleh Kolonel Ahmad Yani[rujukan?]. Atas saran Jendral Gatot Subroto saat itu, dia dibebaskan dan dipindahkan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD) di Bandung, Jawa Barat.
Pada usia 38 tahun, ia mengikuti kursus C SSKAD (Sekolah Staf dan
Komando AD) di Bandung dan pangkatnya dinaikkan menjadi brigadir
jenderal pada 1 Januari 1960. Kemudian, dia diangkat sebagai Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat di usia 39 tahun.
Pada 1 Oktober 1961,
jabatan rangkap sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum
AD) yang telah diembannya ketika berusia 40 tahun bertambah dengan
jabatan barunya sebagai Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD). Pada
tahun 1961 tersebut, ia juga mendapatkan tugas sebagai Atase Militer
Republik Indonesia di Beograd, Paris (Perancis), dan Bonn (Jerman). Di usia 41 tahun, pangkatnya dinaikkan menjadi mayor jenderal (1 Januari 1962)
dan menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dan
merangkap sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar.
Sekembalinya dari Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat
menjadi mayor jenderal, ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal A.H. Nasution. Di pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965.
Sekitar setahun kemudian, tepatnya, 2 Januari 1962,
Brigadir Jenderal Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Mandala
Pembebasan Irian Barat. Mayor Jenderal Soeharto dilantik sebagai Menteri
Panglima Angkatan Darat dan segera membubarkan Partai Komunis Indonesia
(PKI) dan ormas-ormasnya. Setelah diangkat sebagai Panglima Komando
Strategis Angkatan Darat (Kostrad) pada 1 Mei 1963, ia membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) untuk mengimbangi G-30-S yang berkecamuk pada 1 Oktober 1965. Dua hari kemudian, tepatnya 3 Oktober 1965,
Mayjen Soeharto diangkat sebagai Panglima Kopkamtib. Jabatan ini
memberikan wewenang besar untuk melakukan pembersihan terhadap
orang-orang yang dituduh sebagai pelaku G-30-S/PKI.
Naik ke kekuasaan
Pada pagi hari 1 Oktober 1965, beberapa pasukan pengawal Kepresidenan, Tjakrabirawa di bawah Letnan Kolonel Untung Syamsuri bersama pasukan lain menculik dan membunuh enam orang jendral. Pada peristiwa itu Jendral A.H. Nasution
yang menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Hankam dan Kepala Staf
Angkatan Bersenjata berhasil lolos. Satu yang terselamatkan, yang tidak
menjadi target dari percobaan kudeta adalah Mayor Jendral Soeharto,
meski menjadi sebuah pertanyaan apakah Soeharto ini terlibat atau tidak
dalam peristiwa yang dikenal sebagai G-30-S
itu. Beberapa sumber mengatakan, Pasukan Tjakrabirawa yang terlibat itu
menyatakan bahwa mereka mencoba menghentikan kudeta militer yang
didukung oleh CIA
yang direncanakan untuk menyingkirkan Presiden Soekarno dari kekuasaan
pada "Hari ABRI", 5 Oktober 1965 oleh badan militer yang lebih dikenal
sebagai Dewan Jenderal.
Peristiwa ini segera ditanggapi oleh Mayjen Soeharto untuk segera mengamankan Jakarta, menurut versi resmi sejarah pada masa Orde Baru,
terutama setelah mendapatkan kabar bahwa Letjen Ahmad Yani, Menteri /
Panglima Angkatan Darat tidak diketahui keberadaannya. Hal ini
sebenarnya berdasarkan kebiasaan yang berlaku di Angkatan Darat bahwa
bila Panglima Angkatan Darat berhalangan hadir, maka Panglima Kostrad
yang menjalankan tugasnya. Tindakan ini diperkuat dengan turunnya Surat
Perintah yang dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret (Supersemar)
dari Presiden Soekarno yang memberikan kewenangan dan mandat kepada
Soeharto untuk mengambil segala tindakan untuk memulihkan keamanan dan
ketertiban. Langkah yang diambil Soeharto adalah segera membubarkan
Partai Komunis Indonesia (PKI) sekalipun sempat ditentang Presiden
Soekarno, penangkapan sejumlah menteri yang diduga terlibat
G-30-S (Gerakan 30 September). Tindakan ini menurut pengamat
internasional dikatakan sebagai langkah menyingkirkan Angkatan
Bersenjata Indonesia yang pro-Soekarno dan pro-Komunis yang justru
dialamatkan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia di mana jajaran
pimpinannya khususnya Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Omar Dhani yang dinilai pro Soekarno dan Komunis, dan akhirnya memaksa Soekarno untuk menyerahkan kekuasaan eksekutif. Tindakan pembersihan dari unsur-unsur komunis
(PKI) membawa tindakan penghukuman mati anggota Partai Komunis di
Indonesia yang menyebabkan pembunuhan sistematis sekitar 500 ribu
"tersangka komunis", kebanyakan warga sipil, dan kekerasan terhadap
minoritas Tionghoa Indonesia. Soeharto dikatakan menerima dukungan CIA
dalam penumpasan komunis. Diplomat Amerika 25 tahun kemudian
mengungkapkan bahwa mereka telah menulis daftar "operasi komunis"
Indonesia dan telah menyerahkan sebanyak 5.000 nama kepada militer
Indonesia. Been Huang,
bekas anggota kedutaan politik AS di Jakarta mengatakan di 1990 bahwa:
"Itu merupakan suatu pertolongan besar bagi Angkatan Bersenjata. Mereka
mungkin membunuh banyak orang, dan saya kemungkinan memiliki banyak
darah di tangan saya, tetapi tidak seburuk itu. Ada saatnya di mana anda
harus memukul keras pada saat yang tepat." Howard Fenderspiel, ahli
Indonesia di State Department's Bureau of Intelligence and Research di 1965: "Tidak ada yang peduli, selama mereka adalah komunis, bahwa mereka dibantai. Tidak ada yang bekerja tentangnya."1 Dia mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia dalam rangka membebaskan sumber daya di militer.
Setelah dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat pada 14 Oktober 1965, ia segera membubarkan PKI dan ormas-ormasnya. Tepat 11 Maret 1966, dia menerima Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) dari Presiden Soekarno melalui tiga jenderal, yaitu Basuki
Rachmat, Amir Machmud, dan M Yusuf. Isi Supersemar adalah memberikan
kekuasaan kepada Soeharto untuk dan atas nama Presiden/Panglima
Tertinggi/Panglima Besar Revolusi agar mengambil tindakan yang dianggap
perlu demi terjaminnya keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya
pemerintahan dan jalannya revolusi. Sehari kemudian, 12 Maret 1996,
Menpangad Letjen Soeharto membubarkan PKI dan menyatakan sebagai partai
terlarang di Indonesia.
Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI,
Sidang Istimewa MPRS pada Maret 1967, Soeharto yang telah menerima
kenaikan pangkat sebagai jenderal bintang empat pada 1 Juli 1966 ditunjuk sebagai pejabat presiden berdasarkan Tap MPRS No XXXIII/1967 pada 22 Februari 1967.
Selaku pemegang Ketetapan MPRS No XXX/1967, Soeharto kemudian menerima
penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno. Melalui Sidang
Istimewa MPRS, pada 7 Maret 1967, Soeharto ditunjuk sebagai pejabat presiden sampai terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.
Jenderal Soeharto ditetapkan sebagai pejabat presiden pada 12 Maret 1967 setelah pertanggungjawaban Presiden Soekarno (NAWAKSARA) ditolak MPRS. Kemudian, Soeharto menjadi presiden sesuai hasil Sidang Umum MPRS (Tap MPRS No XLIV/MPRS/1968) pada 27 Maret 1968. Selain sebagai presiden, ia juga merangkap jabatan sebagai Menteri Pertahanan/Keamanan. Pada 1 Juni 1968 Lama. Mulai saat ini dikenal istilah Orde Baru.
Susunan kabinet yang diumumkan pada 10 Juni 1968 diberi nama Kabinet
Pembangunan "Rencana Pembangunan Lima Tahun" I. Pada 15 Juni 1968,
Presiden Soeharto membentuk Tim Ahli Ekonomi Presiden yang terdiri atas
Prof Dr Widjojo Nitisastro, Prof Dr Ali Wardhana, Prof Dr Moh Sadli,
Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo, Prof Dr Subroto, Dr Emil Salim, Drs
Frans Seda, dan Drs Radius Prawiro.
Pada 3 Juli 1971,
presiden mengangkat 100 anggota DPR dari Angkatan Bersenjata dan
memberikan 9 kursi wakil Provinsi Irian Barat untuk wakil dari Golkar.
Setelah menggabungkan kekuatan-kekuatan partai politik, Soeharto dipilih
kembali menjadi presiden oleh Sidang Umum MPR (Tap MPR No IX/MPR/1973)
pada 23 Maret 1973 untuk jabatan yang kedua kali. Saat ini, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX mendampinginya sebagai wakil presiden.
Pada usia 55 tahun, Soeharto memasuki masa pensiun dari dinas militer
(Keprres No 58/ABRI/1974). Pencapaian puncak di dunia politik turut
melengkapi kisahnya hidupnya sebagai seorang penguasa. Setelah mencapai
posisi pucuk di republik, geliat kekuasaanya mulai menampakkan
taringnya. Pada 20 Januari 1978, Presiden Soeharto melarang terbit tujuh surat kabar, yaitu Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore. Beberapa di antaranya kemudian meminta maaf kepada Soeharto.
Pada 22 Maret 1978,
Soeharto dilantik kembali presiden untuk periode ketiga kalinya dan
Adam Malik sebagai wakil presiden. Sidang Umum MPR 1 Maret 1983
memutuskan memilih kembali Soeharto sebagai presiden dan Umar
Wirahadikusumah sebagai wakil presiden. Melalui Tap MPR No V tahun 1983,
MPR mengangkat Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Republik Indonesia.
Pada 16 Maret 1983,
Presiden Soeharto mengumumkan susunan Kabinet Pembangunan IV yang
terdiri atas 21 menteri, tiga menteri koordinator, delapan menteri muda,
dan tiga pejabat setingkat menteri. Pada 1 Januari 1984, Presiden Soeharto mengisi formulir keanggotaan Golkar dan sejak itu ia resmi menjadi anggota Golkar.
Beberapa pengamat politik baik dalam negeri maupun luar negeri mengatakan bahwa Soeharto membersihkan parlemen dari komunis, menyingkirkan serikat buruh dan meningkatkan sensor. Dia juga memutuskan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina dan menjalin hubungan dengan negara barat dan PBB. Dia menjadi penentu dalam semua keputusan politik.
Jendral Soeharto dikatakan meningkatkan dana militer dan mendirikan
dua badan intelijen - Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) dan Badan Koordinasi Intelijen Nasional (Bakin). Sekitar 2 juta orang dieksekusi dalam pembersihan
massal dan lebih dari 200.000 ditangkap hanya karena dicurigai terlibat
dalam kudeta. Banyak komunis, tersangka komunis dan yang disebut "musuh negara" dihukum mati (meskipun beberapa hukuman ditunda sampai 1990).
Diduga bahwa daftar tersangka komunis diberikan ke tangan Soeharto oleh CIA. Sebagai tambahan, CIA melacak nama dalam daftar ini ketika rezim Soeharto mulai mencari mereka. Dukungan yang tidak dibicarakan ini dari Pemerintah Amerika Serikat untuk rezim Soeharto tetap diam sampai invasi Timor Timur, dan terus berlangsung sampai akhir 1990-an. Karena kekayaan sumber daya alamnya dan populasi konsumen yang besar, Indonesia dihargai sebagai rekan dagang Amerika Serikat
dan begitu juga pengiriman senjata tetapi dipertahankan ke rezim
Soeharto. Ketika Soeharto mengumjungi Washington pada 1995 pejabat
administratif Clinton dikutip di New York Times mengatakan bahwa Soeharto adalah "orang seperti kita" atau "orang golongan kita".
Pada 12 Maret 1967 Soeharto diangkat sebagai Pejabat Presiden Indonesia oleh MPR Sementara. Setahun kemudian, pada 27 Maret 1968
dia resmi diangkat sebagai Presiden untuk masa jabatan lima tahun yang
pertama. Dia secara langsung menunjuk 20% anggota MPR. Partai Golkar menjadi partai favorit dan satu-satunya yang diterima oleh pejabat pemerintah. Indonesia juga menjadi salah satu pendiri ASEAN.
Ekonomi Indonesia benar-benar amburadul di pertengahan 1960-an.
Soeharto pun kemudian meminta nasihat dari tim ekonom hasil didikan
Barat yang banyak dikenal sebagai "mafia Berkeley".
Tujuan jangka pendek pemerintahan baru ini adalah mengendalikan
inflasi, menstabilkan nilai rupiah, memperoleh hutang luar negeri, serta
mendorong masuknya investasi asing. Dan untuk satu hal ini, kesuksesan
mereka tidak bisa dipungkiri. Peran Sudjono Humardani sebagai asisten finansial besar artinya dalam pencapaian ini.
Di bidang sosial politik, Soeharto menyerahkannya kepada Ali Murtopo
sebagai asisten untuk masalah-masalah politik. Menghilangkan oposisi
dengan melemahkan kekuatan partai politik dilakukan melalui fusi dalam sistem kepartaian.
Sebagai presiden
Roma, Italia, 14 November 1985. Musim dingin yang membekap Kota Roma
ketika itu turut menggigit tubuh setiap peserta Konfrensi ke-23
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Tidak kurang dari 165
negara anggota mengirimkan wakilnya ke perhelatan yang membetot
perhatian mata dunia terhadap Indonesia kala itu. Presiden Soeharto yang
sukses mengantarkan Indonesia dari pengimpor besar terbesar di dunia
menjadi swasembada didapuk maju ke podium untuk memberikan pidatonya.
Dia menyerahkan bantuan satu juta ton padi kering (gabah) dari para
petani untuk diberikan kepada rakyat Afrika yang mengalami kelaparan.
“Jika pembangunan di bidang pangan ini dinilai berhasil, itu
merupakan kerja raksasa dari seluruh bangsa Indonesia,” kata Presiden
Soeharto dalam pidatonya. Karena itu, FAO mengganjar keberhasilan itu
dengan penghargaan khusus berbentuk medali emas pada 21 Juli 1986.
Prestasi Soeharto di bidang pertanian memang fantastik atau dahsyat.
Indonesia mengecap swasembada besar mulai 1984. Produksi besar pada
tahun itu mencapai 25,8 juta ton. Padahal, data 1969 beras yang
dihasilkan Indonesia hanya 12,2 juta ton. Hasil itu memaksa Indonesia
mengimpor beras minimal 2 juta ton.
Sebab itu, pada 10 Maret 1988, Soeharto kembali terpilih sebagai
presiden oleh MPR yang kelima kalinya. Posisi wakil presiden diserahkan
kepada Sudharmono. Sekali lagi, mata dunia tertuju lagi kepada seorang
Soeharto. Karena sukses dalam pelaksanaan program kependudukan dan
keluarga berencana, Presiden Soeharto mendapat piagam penghargaan
perorangan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York
pada 8 Juni 1989. “Kenaikan produksi pangan tidak banyak berarti jika
pertambahan jumlah penduduk tidak terkendali,” tandas Soeharto.
Dia dianugerahi UN Population Award, penghargaan tertinggi PBB di
bidang kependudukan. Penghargaan itu disampaikan langsung oleh
Sekretaris Jenderal PBB, Javier de Cueller di Markas Besar PBB, New York
bertepatan dengan ulang tahun Soeharto yang ke-68 pada 8 Juni 1989.
Soeharto makin dilirik ketika berhasil menegakkan harkat bangsa
Indonesia di latar ekonomi Asia. Di ASEAN, dia dianggap berjasa ikut
mengembangkan organisasi regional ini sehingga diperhitungkan di dunia.
“Tanpa kebaikan dan kehadiran Soeharto, kami akan menghabiskan banyak
jatah produk domestic bruto di bidang pertahanan,” ujar Perdana Menteri
Australia Paul Keating ketika itu. Paul Keating menyebut Soeharto
sebagai “ayah”.
Dalam bukunya, Soeharto; Political Biography, Robert Edward Elson
menulis, “Soeharto adalah tokoh yang amat penting selama abad XX di
Asia.” Dua Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon dan Ronald Reagan
juga memuji gebrakan Soeharto. Tetapi, Soeharto mengklaim dirinya anak
petani dengan nilai-nilai biasa yang tidak berambisi menguasai negeri
Indonesia dan mendahului kepentingan bangsa. “Saya di rumah, di antara
istri dan anak-anak merasa sebagai seorang biasa, hanya secara kebetulan
diberi kepecayaan oleh rakyat untuk memimpin negara ini sebagai
presiden,” tutur Soeharto dalam suatu temu wicara pada Peringatan Hari
Ibu ke-67 di Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur pada 22
Desember 1989.
Sebab itu, pada 14 September 1991, Presiden Soeharto menolak
permintaan Amerika Serikat untuk memperoleh pangkalan militer di
Indonesia setelah pindah dari Filipina. Soeharto dipilih oleh MPR
sebagai presiden untuk yang keenam kalinya pada 10 Maret 1993. Kali ini,
Try Sutrisno sebagai wakil presiden. Setelah enam kali berturut-turut
ditetapkan MPR sebagai presiden, Soeharto mulai menyatakan jika dirinya
tidak berambisi menjadi presiden seumur hidup (12 Maret 1994). Pada
kepemimpinannya periode ini, Presiden Soeharto memberhentikan Prof Dr
Satrio Budiharjo Joedono selaku Menteri Perdagangan sebelum akhir masa
jabatan (6 Desember 1995).
Soeharto yang mengawali kekuasaannya sebagai pejabat presiden pada 12
Maret 1967 dan menjadi presiden pada 27 Maret 1968 terus menggenggam
jabatan itu selama 31 tahun. Semula ada yang memperkirakan bahwa
Soeharto akan menolak pencalonannya kembali sebagai presiden untuk
periode yang keenam pada tahun 1998 setelah istrinya meninggal dunia
pada 28 April 1996. Perkiraan itu ternyata keliru. Ketika usianya
mencapai 75 tahun, ia bukan saja bersedia untuk dicalonkan kembali
tetapi menerima untuk diangkat kembali sebagai presiden untuk periode
1998-2003. Ia menerima penganugerahan Bintang Lima atau Pangkat Jenderal
Besar saat berusia 76 tahun (39 September 1997).
Pada 25 Juli 1996, Presiden Soeharto menerima PDI pimpinan Soerjadi
dan menolak kepemimpinan Megawati Soekarnoputri untuk memimpin Partai
Demokrasi Indonesia (PDI). Dua hari kemudian terjadi kerusuhan 27 Juli
berdarah.
Upaya mengatasi krisis dan meredam oposisi
Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 menerpa juga ke
Indonesia. Bahkan, krisis itu menerjang juga sektor krisis ekonomi. Pada
8 Oktober 1997, Presiden meminta bantuan IMF dan Bank Dunia untuk
memperkuat sektor keuangan dan menyatakan badai pasti berlalu. Presiden
minta seluruh rakyat tetap tabah dalam menghadapi gejolak krisis moneter
(29 November 1997).
Di tengah krisis ekonomi yang parah dan adanya penolakan yang cukup
tajam, pada 10 Maret 1998, MPR mengesahkan Soeharto sebagai presiden
untuk ketujuh kalinya. Kali ini, Prof Ing BJ Habibie sebagai wakil
presiden. Pada 17 Maret 1998, ia menyumbangkan seluruh gaji dan
tunjangannya sebagai presiden dan meminta kerelaan para pejabat tinggi
lainnya untuk menyerahkan gaji pokoknya selama satu tahun dalam rangka
krisis moneter.
Menghadapi tuntutan untuk mundur, pada 1 Mei 1998, Soeharto
menyatakan bahwa reformasi akan dipersiapkan mulai tahun 2003. Ketika di
Mesir pada 13 Mei 1998, Presiden Soeharto menyatakan bersedia mundur
kalau memang rakyat menghendaki dan tidak akan mempertahankan
kedudukannya dengan kekuatan senjata. Sebelas menteri bidang ekonomi dan
industri (ekuin) Kabinet Pembangunan VII mengundurkan diri (20 Mei
1998). Krisis moneter dan ekonomi benar-benar menggerogoti sistem
kepemimpinannya. Dampaknya, Soeharto tidak bisa bertahan di pucuk
kepemimpinan negeri.
Hanya berselang 70 hari setelah diangkat kembali menjadi presiden
untuk periode yang ketujuh kalinya, Soeharto terpaksa mundur dari
jabatannya sebagai presiden. Presiden Soeharto lengser tepat 21 Mei
1998. Tepat pukul 09.00 WIB (Waktu Indonesia Barat), Soeharto berhenti
dari jabatannya sebagai presiden. Layar kaca televisi saat itu
menyiarkan secara langsung detik per detik proses pengunduran dirinya.
Tanggal 12-20 Mei 1998 menjadi periode yang teramat panjang.
Bagaimanapun, masa-masa itu kekuasaannya semakin tergerus oleh berbagai
aksi dan peristiwa. Aksi mahasiswa menyebar ke seantero negeri. Ribuan
mahasiswa menggelar aksi keprihatinan di berbagai tempat. Mahasiswa
Trisaksi, Jakarta mengelar aksinya tidak jauh dari kampus mereka.
Peserta aksi mulai keluar dari halaman kampus dan memasuki jalan
artileri serta berniat datang ke Gedung MPR/DPR yang memang sangat
stategis. Tanggal 12 Mei 1998 sore, terdengar siaran berita meninggalnya
empat mahasiswa Trisakti.
Sehari kemudian, tanggal 13 Mei 1998, jenasah keempat mahasiswa yang
tewas diberangkatkan ke kediaman masing-masing. Mahasiswa yang hadir
menyanyikan lagu Gugur Bunga. Tewasnya para mahasiswa disiarkan secara
luas melalui pemberitaan radio, televise, dan surat kabar. Tewasnya
keempat mahasiswa seakan sebagai ledakan suatu peristiwa yang lebih
besar. Kamis, 14 Mei 1998, ibukota negara (Jakarta) dilanda kerusuhan
hebat. Tanggal 15 Mei 1998, pesawat yang membawa Presiden Soeharto dan
rombongan mendarat menjelang pukul 05.00 WIB pagi di pangkalan udara
utama TNI AU Halim Perdanakusuma dari kunjungan ke Kairo, Mesir untuk
mengikuti Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok 15 (Group 15/G-15).
Tanggal 16 Mei 1998, Presiden mengadakan serangkaian pertemuan
termasuk berkonsultasi dengan unsure pimpinan DPR. Tanggal 17 Mei 1998,
Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya Abdul Latief mengajukan surat
pengunduran diri sebagai menteri. Tanggal 18 Mei 1998, ribuan mahasiswa
mendatangi Gedung MPR/DPR. Aksi tersebut berakhir seiring dengan
mundurnya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998.
Mereka yang tewas adalah dua mahasiswa angkatan 1995 dan dua
mahasiswa angkatan 1996. Angkatan 1995 terdiri dari Hery Hartanto
(Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin) dan Hafidhin Alifidin Royan
(Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin). Sedang, mahasiswa yang tewas
angkatan 1996 adalah Elang Mulia Lesmana (Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Jurusan Arsitektur) dan Hendriawan Sie (Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen) .
Soeharto membangun dan memperluas konsep "Jalan Tengah"-nya Jenderal Nasution menjadi konsep dwifungsi
untuk memperoleh dukungan basis teoritis bagi militer untuk memperluas
pengaruhnya melalui pejabat-pejabat pemerintahan, termasuk cadangan
alokasi kursi di parlemen dan pos-pos utama dalam birokrasi sipil. Peran
dwifungsi ini adalah peran militer di bidang politik yang permanen.
Sepak terjang Ali Murtopo dengan badan inteligennya mulai mengancam Soeharto. Persaingan antara Ali Moertopo dan Sumitro dipergunakan untuk menyingkirkan Ali. Namun Sumitro pun segera ditarik dari jabatannya dan kendali Kopkamtib
dipegang langsung oleh Soeharto karena dianggap potensial mengancam.
Beberapa bulan setelah peristiwa Malari sebanyak 12 surat kabar ditutup
dan ratusan rakyat Indonesia termasuk mahasiswa ditangkap dan
dipenjarakan.
Pada 1978 untuk mengeliminir gerakan mahasiswa maka segera diberlakukannya NKK/BKK
(Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan).
Kebijakan ini ditentang keras oleh banyak organisasi mahasiswa. Hubungan
kegiatan mahasiswa dengan pihak kampus hanyalah kepada mereka yang
diperbolehkan pemerintah lewat mekanisme kontrol dekanat dan rektorat.
Mulut pers pun dibungkam dengan lahirnya UU Pokok Pers No. 12 tahun
1982. UU ini mengisyaratkan adanya restriksi atau peringatan mengenai
isi pemberitaan ataupun siaran. Organisasi massa yang terbentuk harus
memperoleh izin pemerintah dengan hanya satu organisasi profesi buatan
pemerintah yang diperbolehkan berdiri. Sehingga organisasi massa tak
lebih dari wayang-wayang Orde Baru.
Kemudian pada tahun 1979-1980 muncul sekelompok purnawirawan perwira
tinggi angkatan bersenjata dan tokoh-tokoh sipil yang dikenal kritis,
yang tergabung dalam Petisi 50,
mengeluarkan serial selebaran yang mengeluhkan sikap politik pemerintah
Orde Baru yang menjadikan Angkatan Darat sebagai pendukung kemenangan
Golkar, serta menuntut adanya reformasi politik. Sebagai balasannya,
pemerintah mencekal mereka. Kelompok ini pun gagal serta tak pernah
mampu tampil lagi sebagai kelompok oposisi yang efektif terhadap
pemerintahan Orde Baru.
Puncak Orde Baru
Pada masa pemerintahannya, Presiden Soeharto menetapkan pertumbuhan
ekonomi sebagai pokok tugas dan tujuan pemerintah. Dia mengangkat banyak
teknokrat dan ahli ekonomi yang sebelumnya bertentangan dengan Presiden
Soekarno yang cenderung bersifat sosialis. Teknokrat-teknokrat yang
umumnya berpendidikan barat dan liberal (Amerika Serikat) diangkat adalah lulusan Berkeley sehingga mereka lebih dikenal di dalam klik ekonomi sebagai Mafia Berkeley
di kalangan Ekonomi, Industri dan Keuangan Indonesia. Pada masanya,
Indonesia mendapatkan bantuan ekonomi dan keuangan dari negara-negara
donor (negara-negara maju) yang tergabung dalan IGGI yang diseponsori oleh pemerintah Belanda. Namun pada tahun 1992,
IGGI dihentikan oleh pemerintah Indonesia karena dianggap turut campur
dalam urusan dalam negeri Indonesia, khususnya dalam kasus Timor Timur pasca Insiden Dili. Peran IGGI ini digantikan oleh lembaga donor CGI yang disponsori Perancis. Selain itu, Indonesia mendapat bantuan dari lembaga internasional lainnya yang berada dibawah PBB seperti UNICEF, UNESCO dan WHO. Namun sayangnya, kegagalan manajemen ekonomi yang bertumpu dalam sistem trickle down effect
(menetes ke bawah) yang mementingkan pertumbuhan dan pengelolaan
ekonomi pada segelintir kalangan serta buruknya manajemen ekonomi
perdagangan industri dan keuangan (EKUIN) pemerintah, membuat Indonesia
akhirnya bergantung pada donor Internasional terutama paska Krisis 1997. Dalam bidang ekonomi juga, tercatat Indonesia mengalami swasembada beras pada tahun 1984.
Namun prestasi itu ternyata tidak dapat dipertahankan pada tahun-tahun
berikutnya. Kemudian kemajuan ekonomi Indonesia saat itu dianggap sangat
signifikan sehingga Indonesia sempat dimasukkan dalam negara yang
mendekati negara-negara Industri Baru bersama dengan Malaysia, Filipina dan Thailand, selain Singapura, Republik Cina, dan Korea Selatan.
Di bidang politik, Presiden Soeharto melakukan penyatuan partai-partai politik sehingga pada masa itu dikenal tiga partai politik yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia
(PDI) dalam upayanya menyederhanakan kehidupan berpolitik di Indonesia
sebagai akibat dari politik masa presiden Soekarno yang menggunakan
sistem multipartai yang berakibat pada jatuh bangunnya kabinet dan
dianggap penyebab mandeknya pembangunan. Kemudian dikeluarkannnya UU
Politik dan Asas tunggal Pancasila yang mewarnai kehidupan politik saat
itu. Namun dalam perjalanannya, terjadi ketimpangan dalam kehidupan
politik di mana muncullah istilah "mayoritas tunggal" di mana GOLKAR
dijadikan partai utama dan mengebirikan dua parpol lainnya dalam setiap
penyelenggaraan PEMILU. Berbagai ketidakpuasan muncul, namun dapat
diredam oleh sistem pada masa itu.
Seiring dengan naiknya taraf pendidikan pada masa pemerintahannya
karena pertumbuhan ekonomi, muncullah berbagai kritik dan ketidakpuasan
atas ketimpangan ketimpangan dalam pembangunan. Kesenjangan ekonomi,
sosial dan politik memunculkan kalangan yang tidak puas dan menuntut
perbaikan. Kemudian pada masa pemerintahannya, tercatat muncul peristiwa
kekerasan di masyarakat yang umumnya sarat kepentingan politik, selain
memang karena ketidakpuasan dari masyarakat.
Beberapa catatan atas tindakan represif Orde Baru
Presiden Soeharto dinilai memulai penekanan terhadap suku Tionghoa, melarang penggunaan tulisan Tionghoa tertulis
di berbagai material tertulis, dan menutup organisasi Tionghoa karena
tuduhan simpati mereka terhadap komunis. Walaupun begitu, Soeharto
terlibat persahabatan yang akrab dengan Lee Kuan Yew yang pernah manjadi Perdana Menteri Singapura yang beretnis Tionghoa.
Pada 1970 Soeharto melarang protes pelajar setelah demonstrasi yang meluas melawan korupsi.
Sebuah komisi menemukan bahwa korupsi sangat umum. Soeharto menyetujui
hanya dua kasus dan kemudian menutup komisi tersebut. Korupsi kemudian
menjadi sebuah endemik.
Dia memerintah melalui kontrol militer dan penyensoran media. Dia menguasai finansial dengan memberikan transaksi mudah dan monopoli
kepada saudara-saudaranya, termasuk enam anaknya. Dia juga terus
memainkan faksi berlainan di militer melawan satu sama lain, dimulai
dengan mendukung kelompok nasionalis dan kemudian mendukung unsur Islam.
Pada 1973 dia memenangkan jangka lima-tahun berikutnya melalui pemilihan "electoral college". dan juga terpilih kembali pada 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Soeharto mengubah UU Pemilu dengan mengizinkan hanya tiga partai yang boleh mengikuti pemilihan, termasuk partainya sendiri, Golkar. Oleh karena itu semua partai Islam yang ada diharuskan bergabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan, sementara partai-partai non-Islam (Katolik dan Protestan) serta partai-partai nasionalis digabungkan menjadi Partai Demokrasi Indonesia.
Pada 1975, dengan persetujuan bahkan permintaan Amerika Serikat dan Australia, ia memerintahkan pasukan Indonesia untuk memasuki bekas koloni Portugal Timor Timur setelah Portugal mundur dan gerakan Fretilin
memegang kuasa yang menimbulkan kekacauan di masyarakat Timor Timur
Sendiri, serta kekhawatiran Amerika Serikat atas tidakan Fretilin yang
menurutnya mengundang campur tangan Uni Soviet. Kemudian pemerintahan
pro integrasi dipasang oleh Indonesia meminta wilayah tersebut
berintegrasi dengan Indonesia. Pada 15 Juli 1976 Timor Timur menjadi provinsi Timor Timur sampai wilayah tersebut dialihkan ke administrasi PBB pada 1999.
Korupsi menjadi beban berat pada 1980-an. Pada 5 Mei 1980 sebuah kelompok yang kemudian lebih dikenal dengan nama Petisi 50
menuntut kebebasan politik yang lebih besar. Kelompok ini terdiri dari
anggota militer, politisi, akademik, dan mahasiswa. Media Indonesia
menekan beritanya dan pemerintah mecekal penandatangannya. Setelah pada 1984 kelompok ini menuduh bahwa Soeharto menciptakan negara satu partai, beberapa pemimpinnya dipenjarakan.
Catatan hak asasi manusia Soeharto juga semakin memburuk dari tahun ke tahun. Pada 1993 Komisi HAM PBB
membuat resolusi yang mengungkapkan keprihatinan yang mendalam terhadap
pelanggaran hak-hak asasi manusia di Indonesia dan di Timor Timur.
Presiden AS Bill Clinton mendukungnya.
Pada 1996 Soeharto berusaha menyingkirkan Megawati Soekarnoputri dari kepemimpinan Partai Demokrasi Indonesia
(PDI), salah satu dari tiga partai resmi. Di bulan Juni, pendukung
Megawati menduduki markas besar partai tersebut. Setelah pasukan
keamanan menahan mereka, kerusuhan pecah di Jakarta pada tanggal 27 Juli 1996 (peristiwa Sabtu Kelabu) yang dikenal sebagai "Peristiwa Kudatuli" (Kerusuhan Dua Tujuh Juli).
Kejatuhan Presiden Soeharto
Pada 1997, menurut Bank Dunia, 20 sampai 30% dari dana pengembangan Indonesia telah disalahgunakan selama bertahun-tahun. Krisis finansial Asia
di tahun yang sama tidak membawa hal bagus bagi pemerintahan Presiden
Soeharto ketika ia dipaksa untuk meminta pinjaman, yang juga berarti
pemeriksaan menyeluruh dan mendetail dari IMF.
Meskipun sempat menyatakan untuk tidak dicalonkan kembali sebagai Presiden pada periode 1998-2003, terutama pada acara Golongan Karya, Soeharto tetap memastikan ia terpilih kembali oleh parlemen untuk ketujuh kalinya di Maret 1998. Setelah beberapa demonstrasi, kerusuhan, tekanan politik dan militer, serta berpuncak pada pendudukan gedung DPR/MPR RI, Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998
untuk menghindari perpecahan dan meletusnya ketidakstabilan di
Indonesia. Pemerintahan dilanjutkan oleh Wakil Presiden Republik
Indonesia, B.J. Habibie.
Dalam pemerintahannya yang berlangsung selama 32 tahun lamanya, telah
terjadi penyalahgunaan kekuasaan termasuk korupsi dan pelanggaran HAM. Hal ini merupakan salah satu faktor berakhirnya era Soeharto.
Di Credentials Room, Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara,
Jakarta, Presiden Soeharto membacakan pidato yang terakhir kali,
demikian:
Sejak beberapa waktu terakhir, saya mengikuti dengan cermat
perkembangan situasi nasional kita, terutama aspirasi rakyat untuk
mengadakan reformasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.
Atas dasar pemahaman saya yang mendalam terhadap aspirasi tersebut dan
terdorong oleh keyakinan bahwa reformasi perlu dilaksanakan secara
tertib, damai, dan konstitusional.
Demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa serta
kelangsungan pembangunan nasional, saya telah menyatakan rencana
pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan
VII. Namun demikian, kenyataan hingga hari ini menunjukkan Komite
Reformasi tersebut tidak dapat terwujud karena tidak adanya tanggapan
yang memadai terhadap rencana pembentukan komite tersebut.
Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara
sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya
Komite Reformasi, maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII
menjadi tidak diperlukan lagi.
Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya berpendapat sangat
sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan
pembangunan dengan baik. Oleh karena itu, dengan memperhatikan Pasal 8
UUD 1945 dan secara sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan DPR
dan pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk
menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI terhitung
sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari Kamis, 21 Mei 1998.
Pernyataan saya berhenti dari jabatan sebagai Presiden RI saya
sampaikan di hadapan saudara-saudara pimpinan DPR dan juga adalah
pimpinan MPR pada kesempatan silaturahmi. Sesuai Pasal 8 UUD 1945, maka
Wakil Presiden RI, Prof. Dr. Ing. BJ Habibie yang akan melanjutkan sisa
waktu jabatan Presiden/Mandataris MPR 1998-2003. Atas bantuan dan
dukungan rakyat selama saya memimpin negara dan bangsa Indonesia ini
saya ucapkan terima kasih dan minta maaf bila ada kesalahan dan
kekurangan-kekurangannya semoga bangsa Indonesia tetap jaya dengan
Pancasila dan UUD 1945.
Mulai hari ini pula Kabinet Pembangunan VI demisioner dan kepada
para menteri saya ucapkan terima kasih. Oleh karena keadaan tidak
memungkinkan untuk menyelenggarakan pengucapan sumpah di hadapan DPR,
maka untuk menghindari kekosongan pimpinan dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara, kiranya saudara wakil presiden sekarang juga akan
melaksanakan sumpah jabatan presiden di hadapan Mahkamah Agung RI.
Sesaat kemudian, Presiden Soeharto menyerahkan pucuk pimpinan negeri
kepada Prof. Dr. Ing. BJ Habibie. Setelah melaksanakan sumpah jabatan,
akhirnya BJ Habibie resmi memangku jabatan presiden ke-3 RI. Ucapan
selamat datang mulai dari mantan Presiden Soeharto, pimpinan dan
wakil-wakil pimpinan MPR/DPR, para menteri serta siapa saja yang turut
dalam pengucapan sumpah jabatan presiden ketika itu.
Tak berselang terlalu lama, Menteri Pertahanan Keamanan merangkap
Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto membacakan pernyataan sikap,
demikian: pertama, memahami situasi yang berkembang dan aspirasi
masyarakat, ABRI mendukung dan menyambut baik permintaan berhenti Bapak
Soeharto sebagai Presiden RI serta berdasarkan konstutusi mendukung
Wakil Presiden Bapak BJ Habibie sebagai Presiden RI.
Kedua, ABRI yang tetap kompak dan satu berharap dan mengajak kepada
seluruh rakyat Indonesia untuk menerima kehendak pribadi Presiden
Soeharto tersebut yang telah sesuai dengan konstitusi, yakni Pasal 8 UUD
1945. Ketiga, dalam hal ini, ABRI akan tetap berperan aktif guna
mencegah penyimpangan dan hal-hal lain yang dapat mengancam keutuhan
bangsa.
Keempat, menjunjung tinggi nilai luhur budaya bangsa, ABRI akan tetap
menjaga keselamatan dan kehormatan para mantan Presiden/Mandataris MPR
termasuk Bapak Soeharto beserta keluarganya. Kelima, ABRI mengajak semua
pihak agar bersikap tenang, mencegah terjadinya kerusuhan dan tindak
kekerasan yang akhirnya akan merugikan masyarakat sendiri.
Kasus dugaan korupsi
Setelah Soeharto resmi mundur dari jabatannya sebagai presiden,
berbagai elemen masyarakat mulai menuntut agar digelar pengusutan dan
pengadilan atas mantan presiden yang bekuasa paling lama di Indonesia
itu. Pada 1 September
1998, tim Kejaksaan Agung mengumumkan adanya indikasi penggunaan uang
yayasan di bawah pemerintahan mantan Presiden Soeharto. Melalui Televisi
Pendidikan Indonesia (TPI) pada 6 September 1998, Soeharto muncul dan menyatakan bahwa dia tidak mempunyai kekayaan di luar negeri.
Jaksa Agung AM Ghalib dan Menko Wasbang/PAN Hartarto menemuinya di
Jalan Cendana (Jakarta) untuk mengklarifikasi penyataan tersebut (21 September 1998). Pada 21 November
1998, Fraksi Karya Pembangunan (FKP) mengusulkan kepada pemerintah agar
menetapkan mantan Presiden Soeharto sebagai tahanan kota. Ini merupakan
tindak awal pengusutan harta dan kekayaan Soeharto yang diduga berasal
dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN).
Pada 3 Desember
1998, Presiden BJ Habibie menginstruksikan Jaksa Agung AM Ghalib segera
mengambil tindakan hukum memeriksa mantan Presiden Soeharto. Pada 9 Desember
1998, Soeharto diperiksa tim Kejaksaan Agung di Kejaksaan Tinggi
Jakarta sehubungan dengan dana yayasan, program mobil nasional, kekayaan
Soeharto di luar negeri, dan kasus Tapos. Majalah Time melansir berita
tentang kekayaan Soeharto di luar negeri yang mencapai US$15 miliar (22 Mei 1999). Pada 27 Mei
1999, Soeharto menyerahkan surat kuasa khusus kepada Jaksa Agung AM
Ghalib untuk menelisik kekayaannya di Swiss dan Austria, seperti
diberitakan Majalah Time. Pada 2 Juni
1999, Soeharto mengadukan Majalah Time ke Markas Besar Kepolisian
Republik Indonesia atas tuduhan memfitnah pada pemberitaannya. Soeharto
menuntut ganti rugi sekitar 27 miliar dollar AS.
Soeharto memiliki dan mengetuai tujuh buah yayasan, yaitu Yayasan
Dana Sejahtera Mandiri, Yayasan Supersemar, Yayasan Dharma Bhakti Sosial
(Dharmais), Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti (Dakab), Yayasan Amal
Bhakti Muslim Pancasila, Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan, Yayasan
Trikora. Pada 1995, Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 90
Tahun 1995. Keppres ini menghimbau para pengusaha untuk menyumbang 2
persen dari keuntungannya untuk Yayasan Dana Mandiri.
Hasil penyidikan kasus tujuh yayasan Soeharto menghasilkan berkas
setebal 2.000-an halaman. Berkas ini berisi hasil pemeriksaan 134 saksi
fakta dan 9 saksi ahli, berikut ratusan dokumen otentik hasil penyitaan
dua tim yang pernah dibentuk Kejaksaan Agung, sejak tahun 1999.
Menurut Transparency International,
Soeharto menggelapkan uang dengan jumlah terbanyak dibandingkan
pemimpin dunia lain dalam sejarah dengan perkiraan 15–35 miliar dolar
A.S. selama 32 tahun masa pemerintahannya.[4]
Pada 12 Mei 2006, bertepatan dengan peringatan sewindu Tragedi Trisakti, Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya telah mengeluarkan Surat Keputusan Penghentian Penuntutan (SKPP) perkara mantan Presiden Soeharto, yang isinya menghentikan penuntutan dugaan korupsi mantan Presiden Soeharto pada tujuh yayasan
yang dipimpinnya dengan alasan kondisi fisik dan mental terdakwa yang
tidak layak diajukan ke persidangan. SKPP itu dikeluarkan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan pada 11 Mei 2006, namun SKPP ini lalu dinyatakan tidak sah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 12 Juni 2006.
Peninggalan
Bidang politik
Sebagai presiden Indonesia selama lebih dari 30 tahun, Soeharto telah
banyak memengaruhi sejarah Indonesia. Dengan pengambil alihan kekuasaan
dari Soekarno, Soeharto dengan dukungan dari Amerika Serikat memberantas paham komunisme dan melarang pembentukan partai komunis. Dijadikannya Timor Timur sebagai provinsi ke-27 (saat itu) juga dilakukannya karena kekhawatirannya bahwa partai Fretilin (Frente Revolucinaria De Timor Leste Independente /partai yang berhaluan sosialis-komunis) akan berkuasa di sana bila dibiarkan merdeka. Hal ini telah mengakibatkan menelan ratusan ribu korban jiwa sipil.Sistem otoriter yang dijalankan Soeharto dalam masa pemerintahannya membuatnya populer dengan sebutan Bapak, yang pada jangka panjangnya menyebabkan pengambilan keputusan-keputusan di DPR kala itu disebut secara konotatif oleh masyarakat Indonesia sebagai sistem "ABS" atau "Asal Bapak Senang".
Bidang kesehatan
Untuk mengendalikan jumlah penduduk Indonesia, Soeharto memulai kampanye Keluarga Berencana
yang menganjurkan setiap pasangan untuk memiliki secukupnya 2 anak. Hal
ini dilakukan untuk menghindari ledakan penduduk yang nantinya dapat
mengakibatkan berbagai masalah, mulai dari kelaparan, penyakit sampai
kerusakan lingkungan hidup.
Bidang pendidikan
Dalam bidang pendidikan Soeharto mempelopori proyek Wajib Belajar
yang bertujuan meningkatkan rata-rata taraf tamatan sekolah anak
Indonesia. Pada awalnya, proyek ini membebaskan murid pendidikan dasar
dari uang sekolah (Sumbangan Pembiayaan Pendidikan) sehingga anak-anak dari keluarga miskin juga dapat bersekolah. Hal ini kemudian dikembangkan menjadi Wajib Belajar 9 tahun.
Bidang perekonomian
Meninggal dan pemakaman
Di tengah upaya membela diri berkaitan dengan kasus penyalahgunaan
kekuasaan, Soeharto terkena serangan stroke ringan dan dirawat selama
sepuluh hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta pada 20 Juni
1999. Pada 14 Agustus 1999, Soeharto dirawat untuk kedua kalinya di
RSPP selama lima hari, karena pendarahan pasa usus. Pada 7 Mei 2006,
Soeharto kembali masuk RSPP dan menjalani operasi pembedahan untuk
menghentikan pendarahan pada saluran cerna oleh tim dokter terpadu.
Soeharto kembali dirawat di RSPP karena kadar hemoglobin rendah, tekanan
darah turun, dan ada penimbunan cairan sehingga tubuhnya membengkak.
Setelah dirawat 245 hari sejak 4 Januari 2008, Soeharto meninggal dunia
pada 27 Januari 2008 akibat kegagalan multi-organ.
Minggu, 27 Januari 2008 pukul 13.10 WIB, 27 Januari 2008[5] di hari ke-24 dirawat di RSPP (Jakarta),
mantan Presiden Soeharto dipanggil Sang Khalik. Kepastian kabar
wafatnya Soeharto bukan disampaikan oleh keluarga, pengacara, dokter,
atau pejabat negara. Kabar itu disampaikan langsung dan pertama kali
kepada wartawan oleh Kepala Kepolisian Sektor Kebayoran Baru Komisaris
Dicky Sondani[5] di depan lobi utama RSPP sepuluh menit setelah Soeharto wafat.
Keterangan resmi Soeharto meninggal baru disampaikan Siti Hardiyanti Hastuti Indra Rukmana (Tutut) bersama dua adiknya dan Tim Dokter Kepresidenan pada pukul 13.45 WIB pada hari Minggu tanggal 27 Januari 2008.
Suasana di RSPP pada akhir pecan itu sepi. Wartawan yang meliput berita
tentang mantan orang kuat di Indonesia itu pun tidak banyak. Sejak
dinyatakan Soeharto dalam keadaan kritis, wartawan mulai berdatangan. Di
sekitar lobi utama RSPP suasana berubah tegang ketika lima tentara
lewat di antara tempat parkir mobil. Semua kameramen televise langsung
bergerak ke depan rumah sakit.
Komisaris Dicky Sondani yang datang ke RSPP sekitar pukul 12.30 WIB
terlihat mondar-mandir. Sebentar masuk ke dalam rumah sakit, kemudian
keluar lagi. Awalnya, puluhan wartawan yang berjaga tidak menghiraukan
kehadiran Kapolres Kebayoran Baru, Jakarta tersebut. Para wartawan
menganggap bahwa Dicky sedang berjaga-jaga untuk menanti kehadiran
pejabat negara. Rasa penasaran wartawan memuncak saat polisi dan tentara
semakin banyak yang datang dan Dicky masih mondar-mandir. Ketika Dicky
keluar lobi utama, dia berdiri pas di depan pintu, wartawan sepakat
bertanya ada apa dengan pengamanan yang ketat itu. Dicky berada di
tengah kerumunan wartawan dan kamera televise mengarah ke wajahnya.
Tepat pukul 13.20 WIB, Dicky mengatakan,” Telah berpulang ke
Rahmatullah, Haji Muhammad Soeharto pukul 13.10 WIB. Rencanya akan
dibawa ke Cendana, tetapi belum tahu pukul berapa.” Berulang kali Dicky
harus mengulang kalimat itu karena banyak kameramen dan reporter radio
yang belum merekam suaranya. Bahkan, ada yang meminta Dicky bersuara
hanya untuk mengatakan jam berapa Soeharto meninggal. Semua orang
membutuhkan suara Dicky yang menjadi pemberi informasi pertama untuk
publik.
Warga yang ingin berbelasungkawa diizinkan memasuki kediaman keluarga
Soeharto pada malamnya. Warga boleh masuk secara berombongan, sekitar
20 orang untuk setiap rombongan. Warga pun memanfaatkan kesempatan itu.
Soeharto meninggalkan wasiat kepada keluarga agar dimakamkan di sisi
almarhumah Ny Tien Soeharto di Kompleks Astana Giribangun, Solo, Jawa
Tengah, sebelum dzuhur, sekitar pukul 12.00 WIB. Jenasah Soeharto
diserahkan oleh pihak keluarga yang diwakili Tutut kepada pemerintah
pada Senin, 28 Januari 2008 pagi untuk selanjutnya diberangkatkan ke
Solo, Jawa Tengah.
Nun di ketinggian 666 meter di atas permukaan laut, Soeharto
mendirikan istana terakhirnya. Istana itu bernama Astana Giribangun.
Inilah sebuah kompleks makam termuda leluhur dinasti Mataram Imogiri,
Yogyakarta. Astana Giribangun terletak di lereng barat Gunung Lawu,
persisnya di Kelurahan Karangbangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah. Kira-kiranya jaraknya 40 kilometer dari Kota
Solo. Giribangun berdampingan dengan Gunung Mangadeg yang memiliki
ketinggian 750 meter di atas permukaan laut.
Mengutip buku Panduan Berziarah Astana Giribangun koleksi
Perpustakaan Rekso Pustoko Puro Mangkunegaran (Solo), usia Astana
Giribangun sebagai salah satu makam leluhur keluarga besar Mangkunegaran
adalah kompleks makam termuda dibandingkan kompleks makam lain.
Urutannya adalah Makam Mangkunegaran Kartasura di Imogiri Bantul
(Yogyakarta), Astana Mangadeg Astana Girilayu, Astana Oetara, Astana
Giri, Astana Kablokan, Pesarean Mantenan, Pesarean Karangtengah,
Pesarean Randusongo, Pesarean Temuireng, Pesarean Ngendo Kerten, dan
Astana Giribangun.
Di belakang atau di sebelah setalan bukit Giribangun mengalir Kali
Samin. Di depan pintu kompleks Makam Giribangun yang selalu tertutup
terdapat dua pohon jambu mawar yang masing-masing berada di kanan-kiri
pintu. Ini memang sebuah tempat yang teduh dan nyaman. Fasilitas
kompleks makam juga lengkap, seperti pelereman atau bangunan khusus
untuk menginap keluarga Soeharto dan masjid. Pengurus dan pegawai Astana
Giribangun juga secara berdedikasi memeliharanya. Kayu jati masih
tampak mengkilap, sesekali dipelitur. Makam rajin dipoles, bunga
peziarah selalu dibersihkan setiap pagi, dan karpet pun dicuci setiap
minggu. Semua siap di makam yang dibangun oleh 700 pekerja tanpa
penggunakan traktor dan alat berat lainnya itu. Makam yang terletak
sekitar 35 kilometer dari Solo itu dapat ditempuh dalam waktu sekitar
satu jam karena jalan menuju kompleks makam dari Matesih sangat lancar.
Astana Giribangun dibangun oleh Yayasan Mangadeg, sebuah yayasan yang
bertujuan membangun dan memperbaiki makam-makam leluhur seperti makam
Pangeran Sambernyawa. Soeharto dan Hartinah (Tien Soeharto) masuk
sebagai pendiri yayasan yang berdiri pada 28 Oktober 1969 tersebut.
Makam yang dibangun di atas bukit Giribangun diresmikan pada Jumat
Wage, 23 Juli 1976. Acara tersebut ditandai dengan dipindahkannya
kerangka jenazah ayah dan ibu Hartinah, KRMTH Soemoharjomo dan KRA
Soeharjomo. Karena kompleks makam Astana Mangadeg semakin penuh, pada 27
November 1974, pembangunan Astana Giribangun dimulai. Waktu itu, Gunung
Bangun dipotong sekitar 22 meter agar ketinggiannya tidak melebihi
Astana Mangadeg. Upacara peresmiannya dilakukan pada 23 Juli 1976.
Bangunan utama makam terdiri atas bagian yang ditandai dengan
trap-trap. Bagian pelataran bawah disebut Cungkup Argotuwuh. Siapa pun
yang masuk ke area ini harus melepaskan alas kaki. Anggota keluarga
Yayasan Mangadeg dapat dimakamkan di area seluas 700 meter persegi ini.
Trap selanjutnya adalah Argokembang dengan luas 600 meter persegi. Yang
paling puncak adalah Argosari seluar 300 meter persegi.
Di Argosari inilah terletak makam utama keluarga Soeharto, yaitu di
ruangan 80 meter persegi dikelilingi gebyok ukiran. Terletak di tingkat
teratas dari makam dengan kapasitas 65 badan. Terdiri dari Cungkup
Argosari dalam dinding gebyok lima badan, emper Cungkup Argosasi 12
badan, dan selasar Cungkup Argosari 45 badan. Karpet empuk cokelat muda
terhampar di rungan ini. Seluruh bangunan didominasi kayu jati; dari
kayu untuk atap hingga tiang penyangga.
Pada bangunan utama terdapat empat makam yang sudah lama terisi dan
satu petak yang sengaja dikosongkan. Berurutan dari ujung timur terdapat
makam kakak tertua Hartinah, Siti Hartini Oudang, kemudian ayah dan ibu
Harinah. Di ujung paling barat ada makam Hartinah. Di antara makam
itulah, makam Soeharto berada.
Emper Cungkup Argosari direncanakan dipergunakan bagi putra-putri dan
menantu, yakni enam pasang badan atau 12 badan. Selasar Cungkup
Argosari dicadangkan untuk pengurus Yayasan Mangadeg, yaitu penasihat 10
badan, pengurus harian 14 badan, anggota pengurus/komisaris 14 badan,
direksi, dan komisaris 10 badan.
Untuk makam tingkat kedua, yakni Argokembang diperuntukkan bagi para
anggota pengurus pleno dan seksi Yayasan Mangadeg dan bukan anggota
Yayasan Mangadeg yang oleh pengurus yayasan dianggap banyak memberikan
jasa-jasa kepada yayasan. Argokembang berkapasitas 58 pasang atau 116
badan. Tingkat terakhir adalah Argotuwuh. Tingkat ini diperuntukkan bagi
para pengurus pleno dan anggota seksi yayasan. Di samping itu, untuk
keluarga besar Yayasan Mangadeg, bukan anggota pengurus yayasan yang
dianggap banyak memberikan jasa-jasa kepada yayasan. Akomodasi ini
berkapasitas 78 pasang atau 156 calon badan.
Kematian Soeharto
Kemudian sekitar pukul 14.35, jenazah mantan Presiden Soeharto
diberangkatkan dari RSPP menuju kediaman di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta..
Ambulan yang mengusung jenazah Pak Harto diiringi sejumlah kendaraan
keluarga dan kerabat serta pengawal. Sejumlah wartawan merangsek
mendekat ketika iring-iringan kendaraan itu bergerak menuju Jalan
Cendana, mengakibatkan seorang wartawati televisi tertabrak.
Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan Cendana ribuan masyarakat
menyambut kedatangan iringan kendaraan yang membawa jenazah Pak Harto.
Rangkaian kendaraan yang membawa jenazah mantan Presiden Soeharto
memasuki Jalan Cendana, sekitar pukul 14.55, Minggu (27/1).
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan beberapa menteri yang tengah mengikuti rapat kabinet terbatas tentang ketahanan pangan,
menyempatkan mengadakan jumpa pers selama 3 menit dan 28 detik di
Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (27/1). Presiden menyampaikan
belasungkawa yang mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI Kedua Haji
Muhammad Soeharto.
Minggu Sore pukul 16.00 WIB, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, lebih dulu melayat ke Cendana.
Pemakaman
Jenazah mantan presiden Soeharto diberangkatkan dari rumah duka di
Jalan Cendana, Jakarta, Senin, 28 Januari 2008, pukul 07.30 WIB menuju Bandara Halim Perdanakusuma. Selanjutnya jenazah akan diterbangkan dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Solo pukul 10.00 WIB untuk kemudian dimakamkan di Astana Giri Bangun, Solo,
Senin (28/1). Jenazah tiba di Astana Giri Bangun siang itu sebelum
pukul 12.00 WIB. Almarhum diturunkan ke liang lahat pada pukul 12.15 WIB
bersamaan dengan berkumandangnya adzan dzuhur. Almarhum sudah berada di
liang lahat siang itu pukul 12.17 WIB. Upacara pemakaman Soeharto
tersebut dipimpin oleh inspektur upacara Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.
Pemerintahan Habibie
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional
dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia
juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada
kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pemerintahan Wahid
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999,
MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai
wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet
pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan
perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping
ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga
menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat,
masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat
tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur
pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang
besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan
Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001,
ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan
diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah
tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam
pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan
kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati
mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.Kabinet pada masa
pemerintahan Megawati disebut dengan kabinet gotong royong.
Pemerintahan Yudhoyono
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono
tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal
masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar,
seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh.